"GEON!"
Seorang pemuda yang namanya merasa terpanggil berbalik badan dan menatap datar kearah Ilyan yang melambai riang kearahnya. Pemuda itu menaikkan salah satu alisnya mengisyaratkan ia tengah bertanya lewat kode tubuh.
"Mau bareng yo! motor gue mogok! kuy!"Ucap Ilyan cukup dadakan sembari duduk dibelakang jok motor Geon. "Seenak jidat, gue belum ijinin ya, elo udah seenak jidat naik!"Omel Geon sembari menampol kepala Ilyan dengan cukup kasar.
"HEH! CEPET JALAN! GAK USAH MAIN TAMPOL PANGERAN! CEFFAT!"
"Numpang gak ada adab!"Maki Geon sembari menaiki motornya dan segera menuju ke sekolah.
Di tengah perjalanan. Ilyan sudah merasakan hawa tak enak akibat ulah Geon. Pemuda itu menghitung 1 sampai 10 didalam hati dengan perasaan was-was takut suatu kejadian akan terjadi.
"1..."
"2..."
"3..."
"4..."
"5..."
"6..."
"7..."
"8..."
"9...
"10..."
"GEON JIBANGAN!"
Benar dugaannya, dihitungan yang ke sepuluh Geon menambahkan kecepatan motornya sampai 120 km/jam. Ilyan bahkan sudah memeluk erat tas hitam Geon dibelakang saking takutnya.
"GEON BAMSAT!"
"PELAN-PELAN ANAK MONYET!"
"WOY GUE TAKUT!"
"INI SIAPAPUN HELP!"
"WAAAAAAAAAANJERRRRRRRRR!"
TIN! TIN!
Ilyan menoleh ke sumber suara dan menemukan William tengah membonceng Alvin dibelakangnya juga tengah ngebut. Alvin bahkan sudah hampir mual akibat gas motor William yang tidak main-main.
"WILL! AYO BALAPAN!"Ajak Geon dengan semangatnya yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Ilyan dan Alvin.
"GAK USAH!"
"NGADI-NGADI YA KALEAN!"
"GUE BELOM KAWIN!"
"HEH ANJING! GUE MASIH PENGEN HIDUP YA!"
Geon dan William malah saling melemparkan senyum penuh kemenangan sembari menatap lurus kearah jalanan.
"YAN! PERASAAN GUE GAK ENAK!"
"SAMA ANJIR!"
"SEKARANG!"
"WASUUUUUUU! BENARAN BALAPAN!"
"SIAPAPUN HELP MEEEEEEEEE!"
•|•|•|
"Hah?"
Fiana menatap aneh kearah Ilyan dan Alvin yang malah terlentang diatas lantai parkiran. Apalagi melihat nafas mereka yang ngos-ngosan bak habis dikejar mantan pedopil.
"Kalian kenapa...?"
"GUE KAPOK DIBONCENG GEON!"
"Nyawa gue melayang-layang~"
PLAK!
"I-ilyan! jangan gitu sama Alvin! kasihan dia!"Protes Fiana sembari menarik lengan Ilyan agar tak menampar Alvin kembali.
"Lah? masih hidup mereka? gue kira udah innalilahi."
"William ih mulutnya... gak boleh gitu!"Cegah Fiana dengan wajah mengeruh membuat William membeku ditempat.
"Ada apa sih rame-rame? masih pagi, gak usah tawuran, nanti aja di kelas lanjut aja."Kata Jihan yang baru saja ikut nimbrung bersama Treno.
"Kek nya gue paham nih, Geon ngajak William balapan lagi kan?"Tebak Treno tepat sasaran yang dibalas anggukan penuh kelemasan oleh Ilyan.
"Hah? balapan???"Tanya Fiana penuh keheranan yang dibalas anggukan mantap oleh Geon. "Iya balapan, gue kadang suka ajakin anak-anak balapan."
"Mati gak?"
"HEH! MULUT FIANA MINTA DI BULDOSER!"
"Astaghfirullah kebablasan tadi."Ucap Fiana sembari menepuk pelan mulutnya yang asal ceplos. "Mulut mana bisa di buldoser?"Tanya Treno sembari berpikir keras bak orang pintar.
"Sok pinter banget jubaedah!"Ketus Jihan sembari menampol belakang kepala Treno sampai pemuda itu terjungkal kedepan.
"Heh! gak usah gelud dulu! ayo masuk kelas!"Perintah William yang baru saja menggeret Ilyan dan Alvin pergi dari parkiran.
"Kalian udah biasa gelud gitu? maksudnya gak ada yang merasa tersakiti karena... dibully gitu?"Tanya Fiana sedikit berhati-hati yang malah dibalas tawa oleh Jihan, Geon dan juga Treno.
"Mana ada, kami udah biasa kali Fin, namanya juga cowok! udah biasa!"Jawab Treno dengan perasaan yang amat sombong membuat Geon segera menarik kasar tas hitam milik pemuda itu dan membuangnya ketempat sampah.
"HELP! TAS GUEEEE! ITU PEMBERIAN RIANA HUWAAAAAA!"
Pemuda yang menjabat sebagai pria tertampan seantero sekolah itu memungut tas hitam miliknya yang penuh dengan kenangan. Dengan mendramatisir, ia memeluk penuh cinta tas pemberian gadis gebetannya itu.
"Riana? anak kelas 9E? siapanya Treno?"Tanya Fiana begitu penasaran saat mendengar Treno menyebutkan nama salah satu siswa kelas 9E.
"Gebetannya, Treno tuh bucin abis sama Riana, cuman ya ditolak gitu gara-gara Riana pengen real friend forever sama Treno, gak ada hubungan lebih, yaudah, Treno jadi sedboi."Jelas Geon terkesan sinis sembari terkekeh kecil mengingat masa-masa Treno menjadi sedboi dulu.
"Seharusnya Treno belajar kayak Alvin, ditolak gebetan auto cari yang lain."Kekeh Fiana mengingat sikap pakboi salah satu teman sekelasnya itu.
"Kalau bukan jodoh ya gimana? Treno banyak degem sih, tapi katanya gak ada yang kayak Riana, makanya dia gak 'srek' sama mereka."Kembali menjelaskan, kali ini Geon melirik Treno yang sudah berjalan disampingnya dengan hidung kembang-kempis.
"AMPUN BANG JAGO! AMPUN BANG JAGO! AMPUN BANG JAGO!"
"PIW PIW PIW! ANAK TOKTOK DATANG!"
Teriak Geon sembari ikut berkumpul diantara para gadis dan beberapa anak cowok yang sudah berjoget heboh ala anak tiktok. Jihan menutup kedua matanya merasa malu sendiri melihat kelakuan Geon yang bucin dengan apk tiktok itu.
"BUKAN TEMEN GUE! AYO KITA MASUK KELAS! CEFFAT!"Teriak Treno penuh kehebohan sembari menarik lengan Jihan dan Fiana menjauh dari lokasi jogetan anak tiktok.
"TARIK SIS! SEMONGKO!"Geon mengambil alih kepemimpinan jogetan anak tiktok, sembari menaiki meja yang sudah ditata rapi didepan kelas.
"WOOOOOO AYO DIGOYANG!"
"ASEK-ASEK JOS!"
"WIDIH! GEON KUMAT NIH!"
"IKUTAN JOGET SAMA BUCIN TIKTOK KUY!"
"SKUY LAH GASKENNNNN!"
"DI GOYANG AJA DULU! MASALAH UJIAN BELAKANGAN!"
"YOOOOOOO VOTE GEON!"
"VOTE GEONNNNNNN!"
"EKHM!"
"Hah?"
Geon melirik kebelakang tubuhnya dan mendapati Bu Henny tengah menatapnya tajam. Pemuda itu cengengesan tanpa ada rasa bersalah sembari turun dari meja.
"SUDAH SIANG! CEPAT MASUK KELAS! ATAU KALIAN IBU HUKUM!"
Semua murid mulai membubarkan diri masing-masing tak ingin mencari masalah lebih lanjut dengan Bu Henny.
"Yah, Bu Henny gak seru! padahal tadi masih enak-enakan joget Bu."Keluh Geon yang dibalas delikan maut oleh Bu Henny.
"APA KAMU!? MAU LAWAN IBU!?"Semprot Bu Henny tanpa rem yang langsung mendapat tatapan julid dari Geon.
"Apa sih Bu galak bener etdah, kan saya cuman protes, Bu Henny nih! kurang holidey!"Balas Geon terkesan santai membuat Bu Henny segera mengangkat tangannya.
"EIT! GAK KENA!"Geon yang memang peka akan keadaan lebih dahulu berlari menuju kelasnya.
Hampir saja pintu kelas ditutup oleh Rivan, tapi dengan kecepatannya, Geon mendorong kuat bahu Rivan agar terjungkal kebelakang sedangkan ia menutup pintu kelas rapat-rapat.
"GEON ANJIR! SALAH GUE APAAN TIBA-TIBA DI DORONG!"
"DIAM! ADA BU HENNY NOH NGEJAR GUE!"
"MAMPUS!"
"GEON HAIDAR EVENCIO! AWAS KAMU YA! ISTIRAHAT KE RUANGAN SAYA!"
"ENGGAK MAU BU! NANTI SAYA MAU BUCIN SAMA NENG GEULIS!"
"HALAH! GAK ADA TAPI-TAPIAN! FIANA! NANTI BAWA GEON KE RUANGAN SAYA! ATAU KALAU ENGGAK! KAMU IKUTAN KENA JUGA YA!"
"Astaghfirullah Bu, salah saya teh apa?"
"GAK USAH BAWA-BAWA FIANA! SAYA NANTI AKAN LANGSUNG KE RUANGAN ANDA!"
"Nah pinter, yaudah, Ibu mau pergi dulu, awas kamu Geon!"Ucap Bu Henny sembari berjalan anggun menuju salah satu kelas.
"Ini kenapa gue jadi korban?"Kata Fiana sembari menatap julid kearah pintu kelas yang tertutup rapat.
"Lu kan korban ebel Fin!"Jawab Geon seadanya yang dibalas tampolan maut oleh Leon. "Mulutnya gak ada adab!"
"APA SIH LO OM-OM NGAJAK RIBUT GUE!"
"OM-OM MUATAMU!"
"SINI GELUD!"
"HAYUK!"
"Dahlah, mau minggat aja aku dari sini."