Chereads / SILLY CURSE / Chapter 21 - Awal buruk yang Tak Terduga

Chapter 21 - Awal buruk yang Tak Terduga

Waktu terasa begitu lama berlalu. Selama itu eugene menghabiskan dengan menghitung kata 'jadi' yang di lontarkan guru matematika didepannya. Sungguh ia tak peduli bagaimana hubungan x dan y yang sangat rumit, bagaimana penghitungan segitiga dengan rumus cos bisa terlihat sangat panjang untuk di jabarkan.

Ia sudah cukup paham, beruntung lah otaknya tak diganti menjadi dungu. Walau kadar hormon esterogen didalam tubuhnya membuat eugene kesusahan berfikir realistis. Perasaannya mudah bercampur aduk bahkan untuk hal hal sepele.

"Hiks.. hiks.."

Samar isakan itu lolos dari bibir tebalnya. Eugene masih menundukan kepala diantara kedua lengannya.

Casey kim menoleh ke arah samping, tepatnya pada bangku eugene. Nafas gadis itu memburu walau ketara sekali eugene berusaha menutupinya. "Heeyy pssstt..."

Gadis berambut sebahu itu menoleh, tercetak jelas buliran air mata mengalir dari pelupuk nya. "Kau menangis ?!" Seru Casey setengah berbisik.

Aneh sekali, pikirannya mentah mentah menolak namun hatinya entah kenapa sangat sesak. Eugene menghapus air mata yang tersisa dan membalas pertanyaan casey dengan mengangkat tangannya membentuk tanda 'okay'.

"Sialan !" Umpatan itu lolos tanpa rem dan sayangnya keluar dengan volume yang kencang, cukup untuk membuat seluruh manusia didalam kelas terkejut dan menatap serentak kearah eugene.

"Apa yang membuat mu begitu kesal di jam pelajaran saya nona Ahn ?"

"Maaf pak, teman saya sedang tak enak badan" Casey berdiri mendahului sebelum guru mengambil tindakan lebih. Gadis itu menarik lengan eugene agar ikut bangun "saya akan antar dia ke UKS, permisi" sedangkan eugene hanya menurut saja.

"Apa yang terjadi ?" Seloroh Casey begitu selesai membaringkan eugene di ranjang UKS. "Sesuatu membuat mu terluka ?" Si gadis jangkung itu hanya meremas perutnya sembari meringis kesakitan.

"Jangan bilang kau..." Eugene lalu mengangguk pasrah. Hanya dengan tatapan saja ia sudah bisa menebak apa yang akan ditanyakan Casey.

"Tunggu sebentar, aku akan mencari bantuan.." tak bisa disembunyikan lagi jika casey tengah panik. Ia lalu bergegas keluar setelah mendial nomor seseorang.

"Bagaimana ? Kau sudah mengerti seberapa susahnya menjadi wanita kan ?"

Suara menyebalkan kembali terdengar. Eugene rasa Ana telah menunggu hingga hanya dirinya sendiri. "Kau sengaja yah ingin membuatku tersiksa ?"

"Dasar, kau masih saja menyalahkan orang lain ?" Kali ini bukan hanya suara, sosok gadis mungil itu nampak terduduk di jendela yang sengaja dibuka. "Aku tak perlu repot-repot membuatmu tersiksa, hukum alam berlaku disini Eugene~" ujar Ana dengan nada sing a song, mengejek raut kesakitan eugene.

Jika saja eugene kuat, jika saja perutnya tak keram parah ia sudah melemparkan vas bunga pada gadis itu. "Jika kau hanya ingin meledekku lebih baik pergi, kau sama sekali tak berguna"

"Astaga, dimana sopan santunmu~ aku rela jauh jauh menjenguk loh"

Memutar bola matanya jengah, eugene lalu menatap tajam pada Anastasya. Gadis mungil itu malah terkekeh tidak jelas. Bisa ditebak separuh tujuannya kemari tak lain untuk mengejek eugene.

"Baiklah baiklah... Kali ini aku serius" Ana mencoba meluruskan raut wajahnya, walau sesekali terkekeh kembali. "Kau ingin menjadi pria lagi ?"

"MAUUU LAH JELAS !" Reflek eugene terduduk tegap, walau setelah nya ia memaki untuk rasa sakit yang kembali menyerang. "Sial sakit sekali.."

"Sebenernya cukup mudah sih.." alis eugene bertaut menatap penuh harap pada gadis mungil dihadapannya. Seperti anak anjing.

" Kau hanya harus membuat seorang gadis bahagia"

"Hanya itu?" Merasa tak puas akan jawaban Ana yang terdengar sangat mudah. Bukankah harus ada pengorbanan lagi, seperti mungkin saja ia harus tertabrak bus lagi agar kembali menjadi pria. Tapi tentu saja kemungkinan nya sangat kecil.

"Kau ini, di mudahkan malah ingin yang susah.. jadi mau melakukannya tidak ?"

"kenapa kau baru mengatakannya sekarang ? dan.. kau yakin hanya itu saja" Ana itu licik, sejak Eugene bertemu dengan makhluk itu pasti ada saja hal malang yang menimpanya. Jika diibaratkan Ana cocok dengan dewi kemalangan walau parasnya bisa dibilang sangat imut.

Ana menghela nafas, berkacak pinggang serta menatap serius ke arah eugene "Kau jatuh cinta pada Michelle kan ?"

Eugene mengangguk

"kau pasti penasaran apa yang selama ini di tutupi oleh gadis itu"

Eugene mengangguk kembali

"lalu apa yang kau tunggu lagi, kau yakin ada yang tidak beres dengan Michelle. Tunjukan padanya bahwa dunia tak sekejam yang dia alami. aku tak bisa memberitahumu semuanya saat ini. tapi aku janji, kau akan menemukan petunjuk dari apa yang aku ucapkan.. good luck"

Ana menjelaskan panjang lebar tanpa jeda, tanpa memberi kesempatan Eugene untuk sekedar bertanya. kembali eugene mendapatkan puzzle yang susah untuk disatukan.

'BRAAAK !!'

Pintu UKS sukses di banting dengan paksa. Gadis bersurai coklat datang dengan nafas memburu. bisa di tebak dia telah berlari sampai disini. "kalau tak kuat kenapa kau berangkat ?!!" seru Michelle tepat di hadapan eugene.

"a—aku tidak tahu kenapa bisa sesakit ini" sedikit takut namun eugene merasa sangat senang saat gadis yang sedang ada di pikirannya sekarang berada dihadapannya. bibir tipis itu berdecih kesal akan jawaban eugene.

"tunggu sebentar aku akan mengambilkan air hangat"

"casey tadi keluar mengambil itu"

perkataan eugene menghentikan langkah Michelle. "jadi kau tak butuh bantuan lagi yah ? baiklah aku akan pergi"

"jangan" eugene hendak meraih lengan Michelle hanya saja perutnya kembali sakit hingga ia tak sanggup bangkit.

pintu UKS kembali terbuka dengan casey yang membawa air hangat, hot pack, dan juga obat pereda nyeri. Michelle menatap sinis gadis berambut ikal itu, berbalik kearah eugene dan berdecih lagi.

"Michelle nampak tak suka dengan diriku.." ujar Casey, suaranya terdengar ragu dan sedih. Apa mungkin Michelle marah karena ia telah meninggalkan eugene sendirian.

"tidak apa.. mungkin ini salah ku juga"

Eugene menerima hot pack dari Casey, menaruh tepat pada perutnya yang sakit. rasa lega mulai menjalar kala suhu panas menetralkan keram perutnya.

'apa jangan jangan yang di sukai Michelle adalah Casey?' batin eugene, melihat bagaimana perlakuan casey dan sikap gadis itu siapa yang tak mungkin jatuh hati.

"ada yang salah dengan wajahku ?" si gadis berambut ikal itu terheran. sedari tadi eugene tak berhenti menatapnya.

"Casey, apa kau ingin dekat dengan Michelle ?"

"tentu saja, kenapa kau bertanya ?" menjawab sembari membuka botol obat pereda nyeri. Casey rasa eugene sedang iseng bertanya. bukankah itu sangat jelas jika dirinya ingin berteman dekat dengan Michelle.

"Baiklah.. akan ku beri tahu apa yang harus kau lakukan jika ingin dekat dengan Michelle"

Casey menatap penuh tanya pada maksud ucapan eugene. Terdengar sangat ambisius seperti sedang membicarakan perburuan harta karun. atau mungkin itu sifat eugene lainnya selain mengatakan kalimat hiperbola.

'jika harus membuatmu bahagia, tentu saja dengan menjodohkanmu dengan casey.. heheh'

cengiran bodoh menghiasi wajah eugene. Gadis di sampingnya hanya menggeleng maklum. mungkin saja menstruasi ini membuat mood eugene naik turun dengan cepat.

.

.

Baru saja ingin kembali ke kelas, seseorang tiba-tiba menghadangnya. "minggir" mood Michelle sedang tak baik dan ia ingin segera menyingkir namun pemuda itu terus menutupi jalannya.

"berkencan lah denganku dan aku akan menyingkir" ucap pemuda itu padat. Tak memberi peluang Michelle untuk menolak karena setelahnya pemuda itu mendekatkan wajahnya menghapus jarak pada wajah Michelle.

_to be continued_