Juli 2015
Semua siswa sibuk dengan recananya masing-masing. Sebagian memilih mulai ikut melamar kerja pada lowongan yang disediakan oleh bkk sekolah, ada yang langsung memilih daftar untuk bekerja di Malaysia, ada yang sudah menentukan kampus mana yang dipilih untuk melanjutkan pendidikan nanti, ada yang sudah memikirkan akan menikah dengan siapa, dan sebagian lainnya memilih lebih baik makan nasi lengko dan gorengan bu Nendra daripada pusing memikirkan tujuannya hendak kemana. Kami merasa bahwa cita-cita selayaknya diperjuangkan dengan sungguh, tidak terkecuali aku. Aku sadar jurusan yang ku pilih saat ini sepi peminat dan banyak yang meremehkan. Tapi sekali lagi tak ada yang benar-benar berkuasa selain kuasa tuhan akan takdir.
Witya yang duduk di kursi depan lab. Multimedia, sementara Ghya asyik dengan laptopnya " gy , mau lanjut kemana? ". " mau lanjut pulang terus tidur. Ngantuk wit." "yeeeuuhhh sendok semen!. Kamu tujuannya kemana gitu gy? Sebentar lagi teman-teman kita akan mengejar yang mereka impikan entah cinta atau cita. Tapi yang aku baru sadar adalah kenapa ya gy temenku yang selalu nempel kemana-mana dan yang ngerti absurdnya aku ya cuma kamu ghya. Aku susah nyaman sama orang lain kalau engga bener-bener kenal banget. Takdir macam apa sih gy ini haha"
" takdirmu bersahabat dengan orang tampan seeeeeee...pendapat sendiri haha. Aku engga tahu wit, kamu sendiri kan tahu aku orangnya terlampau cuek sama apapun karena kalau difikirin sekarang-sekarang aku takut salah langkah wit. Yang jelas aku pengen kerja dulu. Pengen ngerasain dapet uang sendiri dari hasil kerja. Pengen sih kuliah, tapi males ah nanti kamu kalah saing dengan kepintaranku ahaha. Entah nanti gimana takdir kita kedepan, aku yakin engga ada yang bisa ngerubah persahabatan kita selain emang tuhan udah takdirin salah satu dari kita pulang kepada-nya"
Hari itu, yang mendaftar SBMPTN sedang menunggu kabar baik yang mereka harapkan. Dari usaha yang telah dikerahkan, semoga segalanya sesuai. Witya memilih untuk menunggu pengumuman di sekolah saja karena witya ingin menikmati masa-masa terakhir duduk bersantai di sekolah ini. Tempat yang sudah menempanya selama 3 tahun dengan banyak pengalaman yang tak terlupakan. " wit, bentar lagi lho... siap kamu?" " ah ghyaaaa jangan bikin deg-degan. Aku engga mau berharap tapi berharap..ih gimana sih ini" raut wajah witya mulai gelisah, yang justru lucu bagi ghya.
Pukul 17.00 wib, tibalah pengumuman sbmptn. Ghya yang membukakan pengumumannya karena witya terlalu takut. "bismillah wit.."
Nomor Peserta : 115-46-08502
Nama : Adiwitya Antavirya
Tanggal Lahir : 02 November 1996
Selamat atas keberhasilan anda!
anda dinyatakan lulus pada seleksi SBMPTN 2015 pada program studi :
3512092 – BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
Persyaratan pendaftaran ulang calon mahasiswa baru dapat dilihat di sini
anda dapat mencetak kembali kartu Tanda Bukti Pendaftaran di sini
" WITYAAAAA SELAMAT ... PROUD OF YOU,MY BEST"
" Ghya yang bener? Ya allah alkhamdulillah gyyy aku lulus.. Aku jadi kuliah di Purwokerto gy". Air mata bahagia witya tak terbendung, mengalir begitu saja. Kini ia harus siap melangkah lagi memulia perjuangan baru di kota orang. " Wit, kamu jaga diri baik-baik ya, aku selalu ada buat kamu, selalu ada sama kamu. Jalan berbeda bukan berarti kita engga bisa sejalan"
" Ghya engga boleh pergi dari hidup aku. Tuhan, jaga kami berdua hingga segalanya memang sudah siap" harap witya dalam hati. Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara Tono, teman ghya dari belakang " pacaran terooooos". " apa sih tooon sirik aja ya andah" lalu mereka bertiga tertawa bersama.
*******************************************************************
Adzan subuh berkumandang, waktunya mensyukuri atas satu hari lagi kesempatan bernafas bebas dengan cara bersujud kepada-Nya. Witya mengambil wudhu dan bersiap untuk shalat. 15 menit berlalu, witya memandangi foto yang ada di meja lampu tidur dekat tempat tidurnya. Foto 5 anak maba Unsoed yang baru saja selesai ospek. Witya rindu sahabat-sahabatnya, khususnya pria berkacamata yang tak banyak kata tetapi lumayan dekat dengan Witya.
" kak, cepetan kebawah sarapan dulu. Ibu bikin sarapan pagi-pagi tuh" " iya kak, enak lho. Nanti kalau kakak terlambat sedikiiiiiit aja bakal ada yang ngabisin sarapannya" adik laki-laki kembar witya , Sastra dan Aksa menghampiri witya sambil melakukan ritual pagi mereka : tidur dan mengacak-acak kasur witya. Sastra dan aksa berumur 12 tahun, sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Mereka kembar identik, yang membedakan sedikit hanya dari warna rambut. Sastra berambut hitam sedangkan Aksa memilik rambut agak sedikit pirang. " ada siapa sih dek?" " liat aja sendiriiii" lalu mereka kabur dari kamar witya. " SASTRAAAA, AKSAAAAA .... JANGAN NUMPAHIN BEDAK KAKAAAAAK". Terdengar suara tawa puas dari mereka berdua dari bawah sana.
" berantem terooooss" kata ghya sambil mengunyah gorengan tempe buatan ibunda witya. " oh ini makhluk yang datang pagi-pagi mau ngabisin sarapan aku. Lagian ibu tumben banget ya bikin sarapan sepagi ini" kata witya sambil berkacak pinggang. " ibu sengaja ya, bikin sarapan sepagi ini. Ghya kan mau dines jam 8 pagi, jadi ibu bikin sarapan dan bekal buat ghya. Kalian makan yang akur. Yaya panggilin adik-adik kamu, terus suruh mereka mandi nanti terlambat masuk sekolah" ibu mengelus kepala witya dengan lembut. " ini sebenernya anak ibu tuh siapaaa? Yaya apa ghya sih buuu? Ghya disuruh sarapan, yaya disuruh ngurus duo rusuh heeeuh" witya ngambek dan berjalan malas menuju kamar adik-adiknya. " ghya sayang ibuuuu. Yaya ga usah disayang ya bu hahaha". Di keluarganya, sedari kecil, witya selalu dipanggil dengan sebutan yaya. Tak ada arti apapun, menurut ibu witya, itu lucu.
Witya mengantar ghya sampai depan rumah "ghya hati-hati dinesnya, jangan sekalian liburan. Soalnya engga ajak aku" " aku udah hafal wiiiit haha. Oh ya, hari ini kamu mau kemana?". "akuu..mmm..keliling-keliling cirebon aja mungkin buat cari inspirasi naskahku yang engga kelar-kelar. Pengen keluar pokoknya. Pengen kangen-kangenan sama Cirebon, kasian 3 tahun aku tinggal tanpa kata". Sebelum berpamitan, ghya lagi-lagi mengusili Witya ; menarik kucir rambut witya. " GHYAAAA SAKIIIT WOY". Ghya yang takut kena amukan witya pagi-pagi langsung menuju mobilnya dan berangkat ke stasiun.
Tempat yang pertama witya kunjungi adalah alun-alun kejaksan. Tempat kabur Witya setelah pulang sekolah selain lab. Multimedia. Disini begitu ramai, anak-anak yang sedang bermain. Orang dewasa yang sedang menikmati waktu santainya setelah perjalanan jauh. Pedagang-pedagang yang memadati area alun-alun kejaksan menjadi pelengkap yang wajib ada dan tak boleh hilang. Witya mulai memotret dengan kamera yang dia punya, pemberian dari Ayahnya sewaktu witya lulus SBMPTN. Lalu, mereka-reka adegan untuk naskahnya dengan inpirasi yang ia dapat disini. Untuk urusan mencari inspirasi, Witya memang suka sendirian. Bahkan seorang Ghya pun tak boleh mengganggu. Beristirahat sejenak sambil meminum es jeruk di pinggir alun-alun, tibalah adzan dhuhur berkumandang dan witya segera menuju masjid At-Taqwa untuk menunaikan shalat dhuhur. 15 menit berlalu, witya memakai sepatunya dan bersiap menuju tempat selanjutnya yang hendak ia kunjungi.
TAP..TAP..TAP!!
Tanpa sengaja, Witya mendengar suara yang tak asing di telinganya. Suara hentak sepatu sebanyak 3 kali. Mengingatkan Witya akan sesuatu kebiasaan kecil namun hangat di kenangan. Witya sadar ini tidak mungkin, tapi suara itu sangat mirip. Suara itu berasal dari tempat sepatu dan sandal laki-laki.
Suara itu selalu menandakan bahwa salah satu dari mereka menyadari kehadiran masing-masing dan harus menunggu sampai orang tersebut keluar dari kelas. Suara hentak sepatu sebanyak 3 kali, tidak keras tetapi terdengar jelas. Kode yang tak sengaja diciptakan diantara mereka dan hanya mereka yang paham. Lagi dan lagi, meneliksik pikiran Witya. Jika ia hentakan, apakah orang tersebut akan keluar dan berdiri di depannya? Yang pasti, ia berharap bisa bertemu. Sekali lagi.
Witya berjalan santai dari alun-alun kejaksan, menyusuri udara Jl. Siliwangi sembari memotret sekitar. Ingin sekali witya pergi ke desa-desa yang ada di cirebon, tetapi Witya sedikit takut jika berpergian jauh sendirian. Di trotoar jalan, Witya mencoba menghentak-hentakkan kakinya. Terus-menerus. Tetapi Witya juga harus menerima kenyataan bahwa jarak terlalu jauh sehingga telinga masing-masing tak akan mendengarnya. Ketika sedang santainya berjalan, tiba-tiba handphone Witya berbunyi, ada pesan masuk...
From : + 6280224789999
Witya, selalu hati-hati ya. Jangan lupa ikat tali sepatumu, jangan sampai jatuh.
Bergetar tangan Witya membaca pesan tersebut. Tak percaya rasanya. Witya menoleh kekanan dan kekiri, berharap ada di dekatnya. Kaki lemas, jantung dalam dada serasa lepas sejenak. Witya terduduk di pinggir trotoar. Witya ingin memperbaiki semuanya. Menjelaskannya sekali lagi. " Nad... aku disini, ayo bicara lagi" Witya menutup mukanya dengan kedua tangannya