Chapter 4 - Chapter 004 ( Silsilah )

Jika tidak perlu, si cucu ke-7 yang masih duduk dibangku SMA kelas 2 ini tidak akan menyuarakan suaranya sedikitpun, sekalipun saudaranya yang lain saling ribut dan bertengkar. Ia akan lebih memilih tetap duduk dengan tenang dan menyantap makanannya saja dalam damai.

Begitu selesai, ia akan segera mengangkat piring dan gelasnya lalu menaruhnya di dapur kemudian kembali ke-kegiatannya sendiri. Jika itu sarapan pagi, maka ia akan langsung berangkat ke sekolah begitu selesai makan. Tapi jika itu makan malam, maka ia akan langsung kembali ke kamar dan belajar.

Seperti yang dilakukannya sekarang, tanpa menghiraukan keributan apapun yang terjadi pada kelima kakaknya yang tentunya dianggapnya konyol dan sangat kekanakkan, ia memilih menghabiskan sarapannya tanpa bersuara dan langsung pamit pada nenek begitu ia sudah selesai.

"Nek, aku berangkat ke sekolah duluan. Nanti siang aku ada praktikum dan belajar kelompok jadi akan pulang agak malam," ujarnya sambil mengambil tas lalu pergi setelah mendapat anggukan dari Neneknya.

Nenek menatap punggung cucu bungsunya itu, lalu menghelah napas panjang.

***

Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, mari ikuti penuturan berikut. Hehehe...

Keluarga Gandhinengara terdiri dari 8anggota keluarga. Mereka tinggal di sebuah rumah besar di kawasan menteng, Jakarta Pusat. Di dalam rumah, yang bertindak sebagai kepala keluarga adalah Sang Nenek yang sudah berusia sekitar 70-tahunan bernama Lindayana Gandhinengara, biasa dipanggil Nenek Linda.

Anak satu-satunya Nenek, Kuncoro Adinugoro Gandhinengara dan menantunya Shelvia Andini sudah lama meninggal dunia. Mereka meninggal kiranya 12tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat saat akan kembali ke Indonesia dari perjalanan dinasnya di luarnegeri.

Tidak mudah bagi Nenek untuk membesarkan sendiri semua cucunya itu. Mereka memiliki watak dan kepribadian yang berbeda-beda. Tapi Nenek selalu melengkapi semua fasilitas yang mereka butuhkan, apapun itu.

Sejak kecil, semua cucunya sudah bersekolah di sekolah yang bergengsi, kuliah di luarnegeri dan beberapa diantaranya bahkan sudah bekerja di perusahaan keluarga bernama "Glowing". Perusahaan pakaian yang bisa dikatakan cukup besar dan berkembang yang sudah dirintis oleh alm. Suaminya sejak ia masih muda.

Nama-nama ketujuh cucunya dimulai dari yang pertama, Glennandra Gandhinengara (30th - biasa dipanggil Glen), kedua Alfonsios Ghandinengara (27th – dipanggil AL), ketiga Nickynold Gandhinengara (25th – dipanggil Nick atau Niki), keempat Dannillio Gandhinengara (24th - dipanggil Danil), lalu si kembar kelima dan keenam, Hellenansyah Gandhinengara dan Hellianansyah Gandhinengara (20th – biasa dipanggil Hellen dan hellin), dan yang terakhir Ikshan Hakim Gandhinengara (17th).

Cucu pertamanya, Glen, sudah lama tidak tinggal di rumah dan menetap di luarnegeri kurang lebih selama 8tahun. Begitu selesai S1 dan melanjutkan ke S2 di Prancis jurusan Art yang ditempunya dalam waktu yang singkat, Glen tidak pernah kembali ke Indonesia, walau hanya untuk liburan atau bertatap muka dengan nenek dan saudaranya yang lain. Padahal Nenek sudah menyuruhnya berulangkali untuk pulang, tapi Glen tetap betah tinggal di sana.

Sejak Glen, sang cucu pertamanya tidak kembali dari melancongnya, Al mau tak mau harus berperan sebagai kakak paling tua menggantikan Glen bekerja membantu nenek mengelolah perusahaan. Begitu selesai lulus sarjana S1 jurusan bisnis di kampus terbaik di Indonesia, Al langsung bekerja sepenuhnya di kantor Nenek.

Sebelumnya, selama ia masih duduk dibangku kuliah pun ia memang sering membantu Nenek di perusahaan sebagai karyawan magang. Baru setelah ia lulus, ia akhirnya mengurus segalanya yang berkaitan dengan jabatannya sekarang yaitu General Manager, dimana Nenek masih memegang jabatan utama sebagai CEO perusahaan 'Glowing Fashion'.

Niki dan Danil juga bekerja diperusahaan di bawah naungan Al. Nick bekerja dibagian pemasaran dan marketing, sementara Danil bekerja dibagian perencanaan produksi dan humas. Keduanya sama-sama memiliki jabatan yang tinggi karena mereka memang adalah cucu dari pemilik sekaligus pemegang saham terbesar di Glowing.

Keduanya menjabat sebagai direktur dan Manager di masing-masing bagian tersebut. Walau menitih karir yang menunjang di usia yang bisa dikatakan masih cukup muda, Al-Nick-dan-Danil adalah pekerja yang sangat berkompeten.

Mereka memiliki kualifikasi dan kemampuan di atas rata-rata. Itu sebabnya Glowing semakin sukses dan berkembang di bawah naungan mereka dari tahun ke tahun.

Lalu, si kembar Hellen dan Hellin. Seperti halnya anak kembar, wajah keduanya memang mirip. Tapi penampilan dan kepribadian keduanya sangat bertolak belakang. Hellen yang menganggap dirinya sebagai kakak diantara keduanya karena dia memang lahir beberapa detik lebih dulu daripada saudara kembarnya itu, memiliki pribadi yang tomboy.

Bisa dilihat dari penampilan, gaya pakaian dan hobinya. Hellena lebih menyukai hal-hal yang ekstrim, seperti boxing, panjat tebing dan paralayang. Dan untuk menunjang kegiatannya itu, ia memilih memotong pendek rambutnya seleher dengan model bob. Mudah dan simpel tapi tetap enak dilihat.

Sementara Hellina, dia kebalikan dari Hellen. Ia tak suka dengan segala hal yang ekstrim apalagi yang horor. Jika ada kegiatan seperti itu yang ditawarkan padanya, ia akan lebih baik untuk absen. Bukannya kenapa, hanya saja ia memang tidak seberani dan senekat Hellen. Hellin lebih menyukai hal-hal yang bersifat feminim dan berunsur seni, seperti Design, make-up, dance, dan photografi.

Ia hobi sekali mendesign model-model pakaian. Mungkin itu turunan dari ayahnya yang memang seorang designer dan kakaknya yang pertama, Glen juga menyukai seni, hanya saja Glen lebih menyukai seni lukis di atas papan kanvas ketimbang membuat pola baju atau mengurus perusahaan.

Ya, walaupun tidak cukup berbakat tapi namanya hobi tetap saja hobi. Benar bukan? Itu sebabnya saat Hellen mengambil kuliah jurusan tehnik sipil, Hellin justru memilih menggambil kuliah jurusan fashion design.

Dan yang terakhir, si anak buntut, Ikshan. Karena umurnya yang masih 17tahun, ia masih duduk di bangku SMA saat semua kakaknya sudah lulus semua dan tinggal si kembar yang sedang kuliah. Pada dasarnya Irshan adalah anak yang pintar dan berprestasi. Ia selalu mendapat juara di kelas dan sering mengikuti banyak perlombaan cerdas-cermat yang diadakan pihak sekolah. Tidak heran jika itu menjadikannya kebanggaan bagi para gurunya di sekolah.

Hanya saja, Irshan tidak seperti anak remaja pada umumnya. Mungkin karena masa pendewasaanya lebih cepat. Disaat teman-temannya asyik nongkrong, main, dan bersenang-senang, Ikhsan lebih memilih mengurung diri dengan belajar dan bermain komputer saja. Jarang sekali Nenek melihatnya keluar rumah dan berkumpul dengan temannya.

Jika kakaknya Al, memiliki kepribadian yang memang pendiam dan dingin, Ikhsan lebih memiliki kepribadian yang tertutup dan tak banyak bicara jika dirasanya tidak perlu, tapi bisa juga banyak bicara jika diinginkan dan dirasa perlu. Selain itu, pola pikirnya juga, walaupun ia baru berumur 17tahun, tapi pola pikirnya sudah seperti pria matang yang berumur beberapa tahun di atasnya.