🗝🗝🗝
"Nichol beneran ngomong kayak gitu?!" Karin menjerit terkejut ketika Sheila menceritakan apa yang terjadi padanya hari ini. Sebenarnya, jeritan Karin kali ini tidak separah saat Sheila meneleponnya dengan maksud mengajaknya menginap di rumah Sheila dan Kimberly.
Percayalah, Karin menjerit senang sampai suaranya habis saat itu.
Sheila mengangguk polos dengan keterkejutan Karin.
"Temen lo punya masalah hidup apa sih!?" Sebal Kimberly. Dia melempar kaleng sodanya yang ke lima menuju tempat sampah. Dan seperti biasa, sekali lempar langsung masuk.
Karin sedikit menggidik ngeri melihat Kimberly yang sedari tadi tidak henti henti nya meminum soda. Dia saja langsung sakit ketika soda itu masuk ke tenggorokan nya. "Lo nggak apa minum soda sebanyak itu, Kim?"
Kimberly melihat kaleng sodanya yang ke enam dan beralih lagi menghadap Karin. Dia menggeleng dengan cepat "Abisnya stok wine abis, jadi gue minum soda," jawabnya enteng.
"KALIAN SUKA MINUM WINE?!" Tanya karin super terkejut. Sheila dan Kimberly saling tatap dan tertawa dengan keras kemudian. "Biasa aja kali Rin,"
"Habisnya kan gue kaget," balas Karin kepada Sheila yang tadi bicara. "Nggak takut mabok?"
Sheila menggeleng "Kita tau batasan kok,"
"Lagian daddy kita yang suka bawa wine dari LA buat stok disini," lanjut Kimberly yang membuat karin membelak.
Dia sekarang sangat sangat sangat penasaran akan bagaimana sebenarnya sikap ayah angkat dari kedua sahabatnya ini. Karena dari Karin sampai disini, Sheila langsung berceloteh ini kesempatan mereka membawa teman sekolah kerumah ketika ayah nya tidak ada di rumah.
Bisa di simpulkan kalau daddy mereka adalah orang yang tertutup. Dan mungkin protektif? Tapi kenapa dia selalu meninggalkan Sheila dan Kimberly kalau begitu?
"Eh tapi-" Karin menggantung kan pertanyaan nya dan menatap Sheila serius "Kenapa Nichol bisa bilang gitu ke lo?" Herannya
Sheila menghembuskan nafas nya kasar dan menatap Karin dalam. "Janji nggak akan bilang ke siapa siapa," tekannya. Karin mengangguk cepat. "Lo yakin?" Tanya kimberly sekali lagi. Dan masih di balas anggukan cepat Karin.
"Gue sama Kimber ketemu sama mereka waktu lagi di Arena balap kemarin malem," ucapan itu sukses membuat Karin membuka mulut lebar-lebar.
"Tutup mulut lo, ntar Nyamuk masuk!" Jika saja bukan karena ucapan Kimberly, Karin tidak akan menutup mulutnya.
"Kok bisa?"
"Kita diajak sama temen kita dari LA. You know lah, di LA itu gimana. Balap liar itu udah biasa," jelas Sheila yang membuat Karin mengangguk paham.
Yah dia memaklumi, karena Sheila dan Kimberly hidup 6 tahun dengan gaya LA. Mereka masih beradaptasi dengan peraturan di Indonesia.
"Dan singkat cerita kita kepergok, Nichol marah dan berantem sama Sheila. Beres!" Lanjut Kimberly yang beralih ke handphone nya.
"Eh? Tapi yang mergokin kalian nggak cuman Nichol kan?" Ujar Karin yang benar benar tepat. "Pasti ada Noah sama brandon juga. Tapi kok cuman Nichol yang sensi?"
Kimberly mengangkat bahunya tak tahu. "Dia sensian kali,"
"Tapi waktu dia nganterin gue, masih baik ah." Balas sheila sembari memikirkan perlakuan Nichol saat mengantarnya pulang.
"Baru kali ini Nichol jadi kayak gini," gumam karin yang masih terdengar oleh Sheila.
"Nggak tau lah gue bingung!" Sebalnya. "Lagian gue ajak lo kesini buat naikin mood gue. Kok malah ngomongin Nichol?!" Protes Sheila yang membuat Kimberly mendelik.
"Kan lo duluan yang cerita ogep!"
"Oh iya juga ya," balas sheila dengan kekehan. Karin dan Kimberly menggelengkan kepala mereka bersamaan. Kenapa Sheila bisa jadi seperti ini?
"Jadi kita mau ngapain?" Tanya Karin mencari topik untuk di bahas. Sheila dan Kimberly nampak berpikir keras. Hingga akhirnya dia terlintas di pikiran Kimberly. "Let's go shoping!"
Ajakan Kimberly membuat Karin dan Sheila menyerngit heran. Shoping? Maksudnya ini sudah tengah malam. Mall mana ada yang buka. "Lo nggak kesambet lelembut kan,Kim?" Ngawur Sheila.
"Ya nggak lah!"
"Terus ngapain ngajak shoping tengah malem gini?" Heran Karin.
Kimberly berdecak pelan ketika kedua sahabatnya itu memiliki otak yang lola. "Maksud gue ke aprilmart depan komplek loh!" Memang super market depan komplek Sheila dan Kimberly buka 24 jam.
Sheila dan karin mengangguk paham "Bilang dong!" Seru mereka kompak membuat Kimberly kicep. Perasaan tadi gue udah bilang ya?
"Gue nemu resep tart lemon di tik tok," seru Kimberly yang membuat Karin kepo. "Lo punya tik tok?"
Kimberly mengangguk "Sheila juga punya," serunya yang di balas anggukan Sheila. "Kita mah sosmed lengkap semua ada," lanjut Sheila yang membuat Karin mengangguk lagi.
"Tapi buat apa?"
Sheila dan Kimberly tersenyum canggung ketika Karin menanyakan tujuan mereka memiliki banyak sosmed. Sheila bahkan menggaruk tengkuk belakangnya yang sudah pasti tidak gatal. Masa harus bilang buat nge stalk orang ?!
"Ya-ya mau aja! Emang nggak boleh?" Tanya Kimberly dengan nada yang hampir sewot. " Boleh sih,"
Balasan dari Karin membuat Sheila dan Kimberly menghembuskan nafas lega. "So? Jadi kan bikin tart lemon nya?"
"Ayo!" Seru Sheila dan mengambil jaket nya serta kunci motor. Karin yang melihat Sheila mengambil kunci motornya itu kebingungan. "Eh naik motor?"
Sheila mengangguk "iya," balas nya "Kalau lo nggak bawa , pake motor gue aja!" Lanjut Sheila sembari melempar kunci motor lain ke arah Karin. "Thanks,"
"Hayoklah!" Ajak Kimberly ke garasi mereka yang terbilang besar. Karena segala macam motor ada di situ. "Eh? Lo bisa naik motor ksatria kan?" Tanya Sheila yang di balas anggukan Karin.
Karena memang, motor yang terparkir di garasi mereka adalah ninja dan ksatria. Semua nya motor untuk menghadapi balap liar. Biasanya sih.
Garasi seketika terdengar riuh ketika motor di nyalakan. Dan mereka meninggalkan rumah menuju toserba.
🗝🗝🗝
"Em... Kita perlu keju, kah?" Tanya Sheila yang sedang mengambil bahan untuk membuat makanan malam ini. Mereka sudah memutuskan tidak akan hanya memasak tart lemon. Tapi juga spageti oilego.
"Masukin aja lah!" Seru Kimberly dari lorong sebelah. Karin datang ke sebelah Sheila dan meletakkan banyak sekali chiki ball. "Nggak kurang banyak?" Sindir Sheila ketika melihat Karin membawa banyak sekali camilan chiki ball tersebut.
Karin hanya tersenyum lebar sembari memperlihatkan deretan gigi nya yang tersusun rapi. Tidak lama kemudian, Kimberly membawa tiga kaleng minuman yang Sheila yakini memiliki kadar alkohol.
Sheila dan Karin menatap Kimberly dengan penuh tanya, dan satu alis terangkat. "Apa?" Tanya Kimberly saat dia di perhatikan seperti itu. "Kita besok masih sekolah, remember?"
"Ahhh!" Kimberly seketika tersadar kalau besok bukanlah hari libur mereka. Dengan sedikit kecewa, Kimberly membawa kembali tiga kaleng minuman yang tadi dia bawa.
Sheila menggelengkan kepalanya melihat kecintaan Kimberly terhadap minuman panas yang merangsang tenggorokan kalian saat meneguknya.
"Udah cukup kan? We need to pay now, " tanya Sheila memastikan. Kimberly mengecek kembali belanjaan mereka dan mengangguk. "Good,"
"Gue yang bayar!" Ujar Karin dan mengambil alih keranjang belanjaan mereka dari tangan Sheila menuju tangan nya. Entah kenapa, sedari kecil Karin sangat suka membayar sesuatu di toserba. Menurutnya menyenangkan, entah bagian mana.
"Kalau gitu gue nunggu di luar!" Seru Sheila yang di angguki oleh kimberly dan karin.
Sheila menghirup udara segar begitu dia berada di luar. Udaranya lumayan dingin, untung saja dia memakai jaket. Hawa jam 11 malam, memang yang terbaik menurutnya. Saat sedang senang-senang nya menghirup udara segar, aroma rokok masuk ke penciuman Sheila. "Uhuk!"
Sheila mungkin memang menyukai minuman ber alkohol, tapi dia sangat dan sangat membenci rokok. Entah apa yang orang suka ketika asap masuk ke tubuh kita. Yang pasti, Sheila membencinya.
Ketika dia mencari tau asal bau rokok itu, Sheila menemukan sekumpulan remaja tengil yang suka berkeliaran di malam hari dan menjadi sok keren dengan rokok di tangan mereka. Sheila bisa tahu kalau remaja remaja itu lebih tua dari nya.
Ketika para remaja itu menyadari ada garis cantik di depan mata, mereka langsung menghampirinya. "Dek, sendiri aja?" Goda Salah satu dari mereka.
Sheila memutar bola matanya malas ketika godaan sudah di lontarkan Oleh orang orang itu. "Cantik-cantik kok sendiri?"
Salah satu dari mereka sudah berani mendekatkan diri satu langkah menuju Sheila. Dan hawa di sekitar tubuh sheila sudah tidak baik sekarang.
Karin yang melihat itu dari dalam hendak membantu, tapi tangan Kimberly menghadang Karin untuk maju keluar. "Jangan, biarin dia sendiri!" Ucap Kimberly meyakinkan.
Kimberly yang melihat kejadian itu dari dalam menyelipkan senyum kecil atas ekspresi Sheila. Abis di kandang singa kalian!
🗝🗝🗝
"Kamu tadi ribut sama siapa , Nich?" Tanya arun yang begitu saja mengejutkan Nichol yang sedang melakukan hal yang tidak ingin ia bagikan kesiapapun sebelum dirinya sendiri yakin. "Mami! Ngagetin deh," sebal Nichol.
Arun menatap Nichol dengan senyum kecil dan menangkap lihainya tangan Nichol menghapus sesuatu dari pencarian laptopnya. Tapi Arun tidak mempedulikan itu sekarang. "Kamu tadi ribut sama siapa?" Tanya Arun sekali lagi.
Nichol nampak berpikir keras dan kemudian menyadari sesuatu. Matanya langsung membelak ketika tahu kemana arah pembicaraan ini. "Mami tau?!" Paniknya
"Mami lagi berdiri di depan pintu waktu nge dengar suara cewek nangis," seru arun yang membuat Nichol menunduk. "Dia Sheila kan?" Tanya arun ragu-ragu.
Nichol mengangguk pelan. Dia yakin sehabis ini dia akan di marahin habis habisan karena membuat Sheila menangis. Karena Arun selalu mengajarinya untuk menghargai perempuan.
Lagi pula, kalau bisa Nichol akan menghukum dirinya sendiri ketika melihat satu air mata Sheila jatuh karena dirinya . Rasanya sakit, percayalah. Tapi keadaan memaksanya seperti itu. Setidaknya satu minggu, karena dia harus menjadi mentor Sheila. Satu lagi keputusan yang dia sesali.
"Sheila bukan..." Arun menggantungkan ucapannya dan dengan cepat menepis pemikiran gilanya. Dia tidak ingin berharap yang tidak tidak sekarang.
Nichol menatap mami nya itu dengan mata terkejut. "Mami juga mikir... gitu?"
"Mami nggak mau berharap," balas Arun dengan senyum kecut. Nichol memegang tangan orang yang sudah dia anggap ibu itu dengan tulus, "Percaya sama Allah, Mi!" Seru Nichol "El pasti ketemu,"
🗝🗝🗝
"Main dulu yuk! Dari pada jomblo, " ujar salah satu remaja yang masih berusaha membujuk Sheila. Karena jangah, Sheila akhirnya menginjak kaki remaja itu dengan keras. Sangat keras. "Akh!" Rintis nya.
"Sorry but no!" Ketus sheila dan mendorong pria itu sampai tersungkur. Teman lainnya menangkap nya dan memandang ke arah Sheila tak percaya. "I am more than a pretty girl, jerk!" desis Sheila tepat di wajah mereka.
Karena takut dengan tatapan membunuh Sheila yang bukan main, para remaja lelaki itu pergi dari hadapan Sheila dengan membungkuk.
Karin dan Kimberly yang baru saja beres membayar belanjaan mereka tersenyum kagum melihat Sheila berhasil mengusir bajingan tengil itu. "Keren, La!"
"Terkadang, kita harus nunjukin ke cowok cowok kalau cewek itu nggak lemah," seru Sheila. " We more than just a picture ," balasnya dengan senyum miring yang diikuti oleh Karin dan Kimberly.
🗝🗝🗝