🗝🗝🗝
"Berhasil dong tan!"
Suara bernada tinggi karena senang itu membuat Nichol menganga. "Ngapain lo disini?!" Tanya Nichol tak santai.
Sheila menatap Nichol heran. "Santai aja bos!" Serunya. Nichol menelik mendengar itu, "Lagian lo ngapain di rumah gue?"
"Mama yang bawa, Nichol." sela Nata di pembicaraan dua remaja itu. Well, yang di bilang Noah nggak salah. Sheila dan Nichol tidak pernah akur.
"Tuh! Mama lo yang bawa!" Seru Sheila. Dia menjulurkan lidahnya untuk mengejek Nichol. Dan yang diejek? Berusaha mati matian untuk sabar menghadapi Sheila.
"Jadi enak kan?" Tanya Nata sekali lagi. Tidak biasanya dia bisa membuat kue tart tanpa bantuan Arun.
Nichol mengendus kesal dan memalingkan wajahnya ke arah kanan. "Lumayan,"
Nata mencibir mendengar pernyataan Nichol yang berubah. "Tadi katanya enak," sindirnya. "Kok sekarang lumayan?"
Sheila tekekeh geli melihat Nichol di sindir oleh Nata, mama nya sendiri. Meskipun hati nya lega mendengar penilaian dari Nichol. Karena, dia tidak bisa memasak. Begitu juga Kimberly. Bedanya, Kimberly bisa memasak kue. Sedangkan Sheila tidak.
"Tumben lu bisa masak," sindir Nichol guna mengganti topik pembicaraan mama nya.
Sheila langsung menekuk wajahnya ketika Nichol menyindirnya. "Nyebelin lo," desisnya.
"Nichol ngak boleh gitu!" Tegur Nata. Nichol hanya menggaruk tengkuk belakangnya ketika mama nya sudah ikut menegurnya. "Nggak papa tan, dia bener kok!"
"Tuh ma! Denger kan?!" Nyalang Nichol yang di membuat Nata menjewer telinganya. "Yang sopan kamu sama orang tua!!" Sebal Nata. "Nah mama ngaku!" Lanjut Nichol yang membuat jewerannya lebih keras. "Ahhh iya ma!"
Sheila tertawa terbahak bahak melihat Nichol di marahi habis habisan oleh Nata. Dan dalam hati Nata, dia senang bisa sedekat ini lagi dengan Nichol. Biasanya, Nichol hanya akan tertawa dan bercanda secukupnya. Dan tidak pernah menjadi nakal seperti remaja SMA biasanya.
Ketika sedang asik tertawa, seorang wanita paruh baya bergabung dengan pembicaraan mereka. "Rame banget sih,"
Sheila langsung mengalihkan matanya menuju orang yang baru saja datang. Satu di benaknya, cantik. Wanita itu sangat cantik. Mata Sheila tidak bisa memalingkan matanya dari paras cantik wanita itu. Tapi, siapa dia?
"Mami!" Seru Noah yang sedari tadi sibuk memakan kue lezat buatan mama nya dan Sheila. Bahkan, dia tidak mengejek Nichol saat telinganya di jewer Nata, saking asiknya makan.
Arun yang baru datang memperhatikan Sheila dari atas sampai bawah. Kemudian dia tersentak. "Sheila ya?" Ramahnya. Arun menghampiri Sheila dan memeluknya.
Sheila yang masih terkejut menjadi gelagapan. "E-eh iya tan!" Sorot mata Sheila sekarang menatap Nata meminta penjelasan siapa wanita cantik yang memeluknya ini.
Nata yang menangkap itu membentuk mulut nya seperti huruf 'o'. "Dia tante Arun, Mami nya Nichol sama Noah," Hampir saja dia lupa memperkenalkan Arun.
Sheila mengangguk anggukan kepalanya. Jadi ini mami nya Noah yang selalu dia bicarakan di kantin. Sheila tersenyum manis ke arah Arun yang sudah melepaskan pelukannya dengan Sheila. "Maaf tadi tante lupa ngenalin diri," sesal Arun dengan kekehan.
"Nggak papa tan," balas Sheila lembut. "Maklum udah tua," yang bicara bukanlah Sheila ataupun Arun. Melainkan Nichol.
Arun langsung memincingkan matanya tajam ke arah Nichol yang baru kali ini berbuat jahil dengannya. Nichol yang di tatap seperti itu langsung diam dan memilih ikut dengan adiknya yang masih betah dengan kue nya itu.
"Udah lama disini?" Tanya Arun. Sheila mengangguk, "Sekitar satu jam lalu,"
"Ngapain aja?"
Nata membawa nampan dengan kue tart lemon di atasnya. "Kita bikin kue," ucapnya sembari menyerahkan kue itu pada Arun.
"Enak!" Seru Arun ketika mencobanya. "Tumben bisa bikin kue nggak sama aku," Nata tersenyum mendengar ucapan Arun. "Kan ada Sheila,"
Arun terkekeh, "Sheila bisa masak ya," pujinya. Sheila membuat tanda silang dengan tangannya ketika di puji seperti itu . "Aku nggak bisa masak tan! Ini aja kebetulan,"
"Mau di ajarin nggak?" Tawar Arun. "Sama tante Arun aja, tante Nata kurang bisa masak!" Ucap Arun sambil terkekeh. "Ish!" Sebal Nata.
Sheila terkekeh melihat kedekatan dua orang itu. "Nggak usah tan! Aku mau pulang sekarang, nanti daddy nyariin!" Tolaknya halus. Arun dan Nata nampak memasang wajah kecewa, tapi mereka juga tidak bisa menahan Sheila di rumah mereka kan?
"Ya sudah," sesal Arun "Next time ya!" Lanjutnya yang dibalas anggukan Sheila. "Nichol, anterin Sheila sayang!" Titah Nata yang di balas protestan Nichol. "Kok Nichol ma?!"
"Masa kamu biarin cewek pulang sendiri waktu malem!" Balas Nata. "Kenapa nggak Noah?"
"Noah mau nemenin kita ke rumah temen," timpal Arun. "Lah?! Tadi mami dari mana?" Tanya Noah. "Biasalah, Mami sama mama kamu kan emang sibuk!" Ucap Nata. "Atau kamu yang mau nemenin kita?"
Nichol dengan cepat menggeleng dan meraih jaketnya. Lebih baik mengantarkan sheila pulang dari pada terjebak di rumah teman mama nya itu ber jam jam. "Ayo!"
🗝🗝🗝
"Lo bisa bawel juga di rumah," ucap Sheila ketika motor Nichol terhenti karena lampu merah. "Diem lu!" Ancam Nichol. Sheila terkekeh dan mengalihkan pikirannya ke arah lain yang dia lihat di rumah Nichol.
"Harusnya nggak sesusah itu," ucapnya dalam hati. Pikiran Sheila kembali teralihkan ke hal lain. Arun. Rasanya wajah itu sangat familiar. Tapi dimana Sheila melihat nya?
🗝🗝🗝
"Thank you,"
Nichol mengangguk. "Ya udah, gue pulang!" Pamit Nichol. Sheila tidak memiliki niat untuk mengajak Nichol masuk ke dalam rumahnya. Karena, daddy nya sedang berada di rumahnya. Nichol menjalankan mesin motornya dan pergi dari halaman rumah Sheila.
Saat sampai di depan rumah, Sheila melihat sepasang sepatu asing yang berada di samping sepatu daddy nya. Dan tentu saja itu aneh. Mereka tidak pernah menerima tamu sama sekali.
"Assalamualaikum, " salam Sheila ketika masuk ke dalam rumahnya. "Waalaikumsalam," balas Kimberly dan langsung menarik Sheila ke dalam kamar Sheila.
Sheila awalnya kebingungan kenapa Kimberly menariknya dengan terburu-buru. Tapi dia hanya menuruti. "Kenapa?" Tanya Sheila "Ada tamu?"
Kimberly mengangguk cepat. "Gue juga nggak tau, daddy langsung nyuruh gue langsung masuk waktu orang itu dateng, "
"Nggak mungkin polisi, kan?" Tanya Sheila. Kalau misalkan polisi berhasil menemukan letak mereka sekarang, habislah semua.
"Bukan," jawab Kimberly cepat. "I feel the aura from his body,"
Sheila membelakkan matanya ketika mendengar perkataan Kimberly. Badannya seketika gemetaran. Kimberly yang menangkap gemetarnya tubuh Sheila itu memeluk Sheila guna menenangkannya. "Shhh... everything gonna be alright, "
"Dia mau apa?" Gumam sheila yang terdengar ke telinga Kimberly. "Nggak ngapa-ngapain , La! Percaya sama gue," Sheila mengangguk karena ucapan Kimberly.
"Lets talk about another thing's, ok!" Ucap Kimberly. "Lo darimana?" Tanyanya
"Rumah Nichol, gue di seret ke rumah nya sama mama nya Nichol," Kimberly menganga mendengar penjelasan Sheila. "Really? Gila lo!"
Sheila terkekeh dan tersenyum bangga. "Lo liat itu, nggak?" Tanya Kimberly yang membuat Sheila terdiam. "It's to simple, lantai dua kamar ke 3. Gue ngeliat ada CCTV disitu,"
Kimberly mengangguk mendengar perkataan Sheila. "As soon we got the things, as soon we can go from him," ucapan Kimberly itu membuat Sheila terdiam.
"Lo yakin mau pergi, Kim?" Tanya Sheila. "Dia bisa nemuin kita kapan aja,"
"Lo masih bisa tahan hidup kayak gini, La?" Tanya Kimberly. "I like it, kita bisa jadi yang paling tinggi dari mereka semua selagi kita disini," balas Sheila yang membuat Kimberly menepuk jidat nya.
"You can be anything you want if we go far far away from him!" Geram Kimberly dengan kepolosan Sheila.
Sheila menghembuskan nafas kasar dan menatap dalam Kimberly. "Fine!"
Kimberly tersenyum puas ketika Sheila menyetujui ide nya. "Sekarang, kita cuman perlu ngambil barang itu dan menyelinap ke kantornya."
Sheila mengangguk, "Sebelum dia memergoki kita, " ujar Sheila yang di setujui Kimberly. "Kita pasti bisa kan?"
Kimberly terdiam mendengar pertanyaan sheila. "Pasti bisa, bukan!" Kimberly menatap lekat Mata Sheila "Harus bisa!" Lanjutnya.
🗝🗝🗝
"Nichol," panggilan halus dan lembut itu membuat Nichol menoleh. "Kenapa mi?" Tanyanya sembari meletakkan handuknya di jemuran.
Arun mendudukkan bokongnya di kasur Nichol dan diam sejenak. "Itu dia,"
Nichol menatap Arun bingung. Masalahnya, Arun tiba-tiba bicara seperti itu tanpa topik apapun.
Arun menatap Nichol dengan tatapan hangat ketika menangkap pertanyaan di wajah Nichol. "Baby El,"
Nichol sangat tersentak ketika Arun menyebut nama itu. Nama orang yang sangat dia rindu sedari dulu. "Mami yakin?"
"Mami itu ibu kandungnya," ucap Arun dengan mata berkaca-kaca "Seorang ibu pasti tau siapa anaknya," lanjutnya.
Nichol mengangguk untuk merespon perkataan Arun. "Nanti Nichol omongin sama Papi," . Bukannya tidak mempercayai Arun, tapi Nichol ingin memastikan secara hukum. Meskipun akan sulit. Tapi itu sepadan. "I hope its you,"
🗝🗝🗝