"Fight is something you need to know,"
~Sheila~
πππ
Dor!
Suara tembakan itu menggelegar di seluruh ruangan. Sheila menyipitkan matanya untuk melihat sedekat apa pelurunya pada target yang dia siapkan. "Nice shot!" Puji Kimberly yang sedari tadi memperhatikan Sheila.Β
Sheila tersenyum puas sembari menatap Kimberly. Dia memasukan pistolnya kembali ke saku nya. "So.. what you planes?"
Kimberly mengeluarkan kertas di sakunya dan menyerahkannya ke Sheila. "Gue tulis disini," katanya "Jangan di buka sekarang. It's to risking, "
Sheila mengangguk membalas Kimberly. Dia menatap kertas yang di pegangnya dalam dalam dan memasukkannya ke dalam saku.
Kemudian, terdengar suara pintu tertutup dan langkah kaki yang mendekat.Β "Ready, Kim?" Tanya Finley, daddy mereka.
Fyi, Kimberly dan Finley punya janji di tempat favorit mereka. Ring tinju. Kimberly dan Sheila memang selalu menjalani tes rutin setiap minggu secara bergilir. Dan seperti yang kalian tahu, minggu ini adalah bagian Kimberly.
Keduanya sekarang sudah berada tepat di tengah garis pembatas yang berbentuk lingkaran itu. Pria paruh baya itu menatap dalam Kimberly untuk melihat kesiapan anak angkatnya dalam misi besar yang akan datang. Begitu juga Kimberly yang menatap Finley seperti singa betina yang ingin menerkam mangsanya.
Sementara kedua orang di atas ring tinju sedang saling bertatap sengit seperti ingin memakan orang hidup-hidup. Sheila menatap mereka dengan sebelah alis terangkat dan permen karet di mulutnya. Dia menikmati pemandangan di depannya seolah melihat badut badut di circus keliling.
Memasang posisi bersiap, Finley membiarkan Kimberly menyerangnya lebih dulu. Kimberly berdecih melihat kebaikan hati ayah angkatnya itu. Dia memasang tatapan remeh ke arah Finley dan melakukan pukulan ke arah wajah Finley secara agresif. Sialnya, ayah angkatnya itu menghindar.
Dengan tenaga yang ber api-api, pria itu membalas serangan Kimberly. Finley menyerang Kimberly seolah-olah menghadapi musuh nya. Sementara gadis itu, meenyerang ayah angkatnya seolah ingin pria itu hilang dari dunia ini selamanya. Atau mungkin itu bukan hanya perumpamaan.
Lima belas menit berlalu, Finley dan Kimberly masih bertahan pada posisi masing masing. Sheila yang melihat itu semakin serius.
Di pikirannya juga berkalut bagaimana cara menjatuhkan ayah angkat mereka yang sudah jelas kuat. Kemudian, muncul ide gila di pikiran Sheila. Jika saja posisi Kimberly tepat, tapi sayangnya Kimberly sedang di ambang kesulitan sekarang.
Kimberly jatuh tersungkur ketika Finley menendang bagian perut nya. Sheila yang melihat itu menahan rintihan kesakitan, karena ayah angkatnya itu menendang di atas pusar. Tempat yang menjadi titik lemah Kimberly.
Ketika Finley hendak memukul Kimberly sekali lagi, pemilik rambut pirang itu menarik kaki Finley yang terjangkau tangan kanannya kuat-kuat. Itu menyebabkan Finley kehilangan keseimbangan dan memberi kesempatan bagi Kimberly untuk berdiri.
Finley tersenyum puas ketika melihat perkembangan dalam diri Kimberly. Dan sekarang , Kimberly pantang menyerah. Kimberly mencari cara untuk membalikkan keadaan.
Di saat sedang fokus ke arah Finley yang bersiap melakukan penyerangan kembali, manik mata Kimberly menangkap pergerakan dari Sheila di belakang. Sheila seolah ingin menunjukan sesuatu dengan tangannya. Kimberly berusaha mengerti apa yang ingin Sheila sampaikan. Dan ia langsung membelakkan matanya ketika paham apa maksud Sheila. Are you insane?!
Sheila mengangguk mantap ketika menangkap keraguan di wajah Kimberly. Kemudian Sheila menyadari pergerakan yang akan Finley buat. Dengan cepat dia menggerakkan tangannya ke arah kanan untuk membuat kode menghindar, yang untungnya di sadari Kimberly.
Sheila dan Kimberly menghembuskan nafas lega ketika berhasil menghindari serangan itu. Tenaga Kimberly mulai terkuras ketika mereka sampai di menit ke 25. Kimberly juga bisa melihat pancaran kelelahan di mata ayah angkatnya itu.
Tapi, bagaimanapun Finley tetap lebih berpengalaman. Saat Kimberly hendak meninju wajahnya, Finley memegang tangan Kimberly kuat kuat dan memilinnya. Finley menjatuhkan Kimberly dan mengunci pergerakan tangannya.
Kimberly semakin kebingungan, karena yang bisa bergerak dari dirinya hanyalah kakinya. Di saat sedang menelan ludah kasar, Kimberly menatap Sheila yang meminta Kimberly melakukan saran dari nya. Dengan keringat mengalir di pelipis, Kimberly menatap ayah angkatnya dari ujung matanya.
Terlihat kilatan di mata Finley yang siap membuat Kimberly menyerah. Kemudian, Kimberly mengalihkan pandangan ke kakinya untuk membuat pergerakan. Dia menelan ludah kasar dan mengumpulkan tekad kuat. "Now or never"
Kimberly mengangkat kakinya tinggi dan menendang sekuat tenaga ke daerah paling rapuh setiap pria. Sedetik kemudian, Finley merintih kesakitan akibat tendangan itu.
Kimberly berhasil membalikkan kedudukan. Sekarang dia menahan kedua tangan ayah angkatnya itu dan menekan badan Finley ke lantai. Kimberly menduduki tubuh Finley dan kembali menekan tangannya ke arah lehernya.
Sheila tersenyum puas melihat Kimberly menguasai permainan sekarang. Sementara Finley di bawah sana merintih kesakitan, karena kekuatan Kimberly tak main main. Tapi senyum masih terbit di bibirnya karena mendapati Kimberly yang jauh berkembang.
Kimberly mengalungkan tangannya di leher Finley lalu mencekiknya dari belakang sekuat tenaga. Sheila agak merintih ketika melihat darah segar keluar dari mulut ayah angkatnya itu. Kalau Kimberly tidak berhenti sekarang, atau Finley tidak menyerah, di pastikan ayah angkatnya itu akan meninggal.
Karena tau batasan sampai mana dia sanggup bertahan, Finley menepuk nepuk matras di ring tinju itu menandakan dia menyerah. Sheila menghembuskan nafas lega. Begitu juga Kimberly yang puas akhirnya dia menang kali ini.
KeΔua wajah mereka penuh lebam. Tapi yang paling parah adalah Finley. Karena rata rata, Kimberly menyerang di wajah. Sedangkan Finley menyerang di paha dan perut. Sheila pastikan paha dan perut Kimberly membiru sekarang.
Sheila menyerahkan botol minuman ke arah Kimberly dan Finley ketika mereka keluar dari arena tinju. "Well, i guess that fight is good enough, " puji Sheila.
"Thank- hh - you!" Balas Kimberly yang masih ngos ngos an. "Bagus, kalian sudah siap menghadapi misi selanjutnya." Ujar Finley yang dibales anggukan Sheila dan Kimberly.
"So when we back to Indonesia?" Tanya Sheila. "Kenapa? Kamu udah kangen sama negara itu?" Bukannya menjawab, Finley malah kembali bertanya kepada sheila. "Come on dad! Gue nggak kangen sama Indonesia, tapi gue ada janji sama Aloera."
"Janji apa?" Tanya Finley lagi
"Biasa lah dad," jawab Kimberly sembari menirukan Sheila yang berada di atas motor nya. Finley mengangguk paham dengan maksud anak angkatnya itu. "Malam selasa juga bisa,"
Sheila berdecak kesal. "Kan kita sekolah dad!"
Finley mengangkat sebelah alisnya dan menatap kedua anak angkat nya itu. "Bolos?"
Kimberly membelakkan matanya. "Boleh?!" Tanyanya girang. Finley tertawa remeh "Of course!" Balasnya
Sheila dan Kimberly tersenyum senang mendengar izin itu. "Anggep aja hadiah dari daddy. You girls has do excellent job!" Puji Finley.
Kimberly mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri. "So.... that mean I can have those tonight?" Tanyanya penuh harap sembari menunjuk minuman yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Yeah,"
"Yes!" Seru Kimberly senang. Sangat senang. Sheila juga tersenyum senang mendengar hadiah yang mereka dapat. "I wanna drink a cocktail tonight, " ujarnya.
Kimberly menepuk pundak Sheila semangat dan membawa Sheila ke rangkulannya. "Let's go party tonight!!" Kimberly dan Sheila saling bersorak senang.
Sementara Finley menatap punggung Sheila dan Kimberly yang berjalan menjauh darinya. "See on next project girls, " ujarnya sebelum berjalan ke kegelapan yang lama kelamaan membuatnya menghilang.
πππ