Chereads / -MY STORY- / Chapter 27 - XXVI || MY STORY

Chapter 27 - XXVI || MY STORY

πŸ—πŸ—πŸ—

Matahari sudah terbit dan menyinari seluruh kamar, tapi seorang gadis masih belum bisa beranjak dari kasur mereka. Sheila masih setia dengan Alam mimpinya. Dia terlalu lelah karena baru mendarat beberapa jam lalu.

Tapi kesenangan Sheila di alam mimpinya terganggu dengan bunyi keras dari dapur. Ralat, bukan dapur melainkan bar. Karena terlalu menggangu tidurnya, Sheila memutuskan memeriksa apa yang terjadi di bar pagi buta begini.

Betapa terkejutnya Sheila ketika melihat sahabat nya itu sudah sibuk mencampurkan minuman. "Lo nggak tidur?!" Tanya Sheila nyalang. Kimberly menatap Sheila penuh tanya "Santai boss!"

Sheila berdecak kesal mendengar jawaban Kimberly. Dia mendekati Kimberly dan duduk di kursi depan bar. Kimberly menyodorkan Sheila segelas shandy yang memiliki sensasi asam dan pahit. "Really? Shandy?" Ucap Sheila sembari menatap shandy nya dengan sebelah alis terangkat.

Kimberly mengangguk "Emang kenapa?" Tanyanya. Sheila menggeleng dan menerima shandy itu. Shandy adalah minuman kelas pekerja dari inggris.Β  Setengah dari Shandy adalah lemonade, dan sisanya adalah bir.

Kimberly bergabung bersama Sheila dan duduk di sebelahnya. "Nikmat nya hidup," ucap Kimberly tiba-tiba yang membuat Sheila bingung. "Kerasukan apa lo?"

"Sialan lo," desis Kimberly sembari melirik Sheila sinis. Ketika sedang meminum Shandy nya, Kimberly teringat sesuatu. Dia merogoh saku nya dan mengeluarkan benda pipih dari sana. Dan benda itu di berikan kepada Sheila. "Hp lo," kata kimberly,Β  dan Sheila mengambilnya. "Lo langsung tidur, jadi daddy nitipin hp lo ke gue," lanjut Kimberly

Sheila mengangguk "Thanks," ucapnya singkat.Β  Dan hanya di balas dehemanΒ  Kimberly. Sheila menyalakan handphone nya. Dan dia langsung terkejut ketika melihat 103 miss call dan 50 pesan dari Karin. "Wow,kayaknya Karin nyariin kita kemarin!" Kaget sheila.

"Hah? Emang lo nggak ngasih tau?" Tanya Kimberly. "Gimana mau ngasih tau? Hp gue kan langsung di rampas," balas Sheila dengan wajah kesal. Kimberly beranjak dari duduk nya dan mengambil dua porsi sarapan khas italia. Lalu dia menyerahkannya kepada Sheila.

"Well, cornetto and biscotti?" Ucap Sheila sembari melihat sarapan yang di buat Kimberly itu. Mereka memang tidak bisa memasak. Tapi Kimberly, dia suka membuat makanan khas eropa seperti pastries, spageti, serta risotto.

"Gue nggak punya ide lain," balas Kimberly dan menyantap sarapannya. Ketika sedang sibuk sarapan, handphone Sheila berbunyi. Dahi sheila mengerut ketika melihat siapa yang meneleponnya. Karin.

Tanpa basa-basi, Sheila mengangkat telepon tersebut. Dan begitu tersambung, langsung keluar lah pertanyaan khawatir dari Karin. Kimberly yang melihat wajah kewalahan Sheila itu menahan tawa. Sementara Sheila menatap Kimberly sebal. "Tunggu rin," ucap Sheila. Dia menyalakan speaker handphone nya agar Kimberly juga bisa mendengarnya.

"Apa rin?" Tanya Sheila lagi.

"Lo kemana dari kemarin? Gue cariin!" Tertangkap jelas nada khawatir dan kesal dari kalimat yang di ucapkan karin tadi. Sheila dan Kimberly terkekeh dengan sikap Karin ini.

"Gue ada urusan," balas Sheila santai. Sementara yang di sebelah sana tidak bisa santai.

"Urusan apaan?! Kita nggak jadi nongkrong kan kemarin!" Sebal karin.

Seketika muncul ide cemerlang dan nakal di otak Kimberly. "Rin! Lo sekarang dimana?" Tanyanya.

"Gue? Masih di rumah lah!" Nyalang Karin. Dia tidak mengerti tujuan dari Kimberly bertanya hal seperti itu. Apa dia fikir Karin sudah berada di sekolah pagi buta begini?!

"Lo mau sekolah?" Pertanyaan un-faedah keluar dari mulut Kimberly, lagi. Sheila saja heran tujuan kimberly bertanya seperti itu. "Boleh izin nggak sama ortu lo?" Tanya Kimberly lagi.

"Nggak tau, emang lo mau apa?" Tanya Karin.

"Mau ajak lo main kesini," lanjut Kimberly yang membuat Sheila menganggukan kepalanya karena sekarang dia paham maksud Kimberly.

"Boleh mungkin, lagian hari ini nggak ada ulangan,"

"Nah bagus," lega Kimberly "Bentar lagi gue jemput lo oke!" Lanjut Kimberly.

Karin kebingungan di seberang sana karena perkataan Kimberly. Memangnya dia tahu dimana rumah Karin? "Emang lo-"

Sebelum Karin menyelesaikan pertanyaannya, Sheila sudah lebih dulu menutup teleponnya. Dan terbit senyum miring di wajah Kimberly dan Sheila. "Gue telepon Ara!" Ucap Sheila cepat dan menjauh dari tempat Kimberly duduk.Β 

Sementara Kimberly langsung bangkit dari duduknya dan pergi menjemput Karin. Setelah Sheila menelepon Ara, dia agak terkejut karena Kimberly sudah tidak ada di tempat. Sheila menatap dua piring kotor di atas meja bar dengan kesal. Satu yang dia tahu sekarang, bahwa dia harus membersihkan piring kotor itu.

πŸ—πŸ—πŸ—

Betapa terkejutnya karin ketika Kimberly sudah berada di pekarangan rumah nya. Dengan kepala miring ke kanan, Karin bertanya "Lo tau dari mana rumah gue?"

Kimberly menunjuk kepalanya dengan senyum miring di wajahnya. "Gue punya otak," balas Kimberly yang malah membuat Karin semakin bingung.

Kimberly memutar bola matanya malas ketika menangkap kebingungan di wajah Karin lagi. "Dahlah naik, nanti lo keburu di jemput," ujar Kimberly.

"Sama siapa coba?" Tanya Karin. Dia merasa tidak membuat janji apapun dengan siapapun untuk berangkat bersama ke sekolah. "Noah lah, siapa lagi?" Balas Kimberly. Adik dari Nichol itu selalu mencuri-curi kesempatan untuk bersama Karin. Itu terlalu jelas.

"Dahlah, naik!" Titah Kimberly lagi. Kali ini Karin langsung naik ke motor Kimberly tanpa bertanya apa-apa.

πŸ—πŸ—πŸ—

Pagi-pagi Noah dan Brandon sudah di buat pusing karena gadis-gadis itu tidak masuk sekolah. Ya, yang di maksud gadis gadis itu adalah Sheila, Kimberly dan Karin. Tapi ya, sebenarnya Noah dan Brandon tidak mempedulikan Sheila. Mereka hanya khawatir kepada Kimberly dan Karin. Poor Sheila.

"Di angkat nggak?" Tanya Noah lagi. Brandon menggeleng atas pertanyaan Noah. Dia mencoba menghubungi Kimberly, tapi teleponnya tidak aktif. Begitu pula dengan Noah.

Yang membuat mereka berdua khawatir adalah, Karin sudah tidak ada di rumah saat Noah ingin menjemputnya. Dan itu masih jam setengah tujuh. Dan ke khawatiran itu bertambah ketika Noah sampai di sekolah, tapi karin masih belum tiba.

Dan sepertinya kepanikan Noah itu menular ke Brandon. Mereka sudah mencoba untuk menelepon dua gadis itu dari tadi. Tapi masih tidak ada jawaban.

Ketika Brandon dan Noah memasang wajah khawatir mereka, Nichol lewat dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa?" Tanya Nichol.

"Kimberly sama Karin belum dateng. Gue udah coba telepon , tapi nggak di angkat," kata Brandon penuh ke ke khawatiran.

Nichol mengangkat sebelah alis nya dan mengambil handphone yang berada di saku nya. Dia langsung mencari nama kontak Sheila dan meneleponnya. Nichol terkejut ketika Sheila sengaja me reject panggilannya. Dia menjauhkan teleponnya dari telinga dan menatap benda pipih itu penuh kekesalan.

Noah yang melihat itu penasaran, "Kenapa? Nggak aktif juga?" Tanyanya.

Nichol menggeleng "Gue di reject," ujarnya kesal. Brandon dan Noah sama-sama Monahan amarah ketika mendengar telepon seorang Nicholas Bramantya Dharma di tolak oleh seorang gadis. Biasanya pada kaum hawa yang berbondong-bondong mencari tahu nomor telepon Nichol dan selalu menelpon Nichol. Tapi kali ini, Nichol lah yang tertolak.

"Pesona Nichol tertolak ya~" ledek Brandon. Noah terkekeh mendengar ledekan Brandon kepada kakak nya itu. "Selera Sheila berarti terlalu bagus buat lo bang!" Timpal Noah.

Nichol menatap kedua makhluk laknat itu dengan tatapan kesal. "Sialan," umpatnya pelan, tapi tetap terdengar oleh Brandon dan Noah. Mereka berdua ber tos ria karena berhasil menjahili Nichol lagi.

"Lo udah cek ke rumah Kimberly, No?" Tanya Brandon mengalihkan perhatiannya dari mem bully Nichol ke hal yang lebih penting.

Noah hanya menyengir bodoh ketika dia lupa mengecek ke rumah Kimberly dan Sheila "Hehehe, belum!"

Brandon menatap Noah malas "Bego!" Umpatnya. "Ayo kita cek ke rumah nya," ajak Brandon. Ketika Brandon dan Noah hendak kembali ke parkiran sekolah untuk mengecek para gadis, Nichol menahan pundak Brandon dan Noah.

Karena di tahan seperti itu, Brandon Dan Noah menatap Nichol penuh tanya. Apa yang di inginkan lelaki satu itu ketika mereka hendak mencari tahu kemana perginya Sheila, Kimberly dan Karin?

"Bentar lagi masuk, jangan kemana-mana!" Larang Nichol dengan deep voice nya. Deep voice itu bisa saja membuat para kaum hawa melayang. Tapi deep voice Nichol bagi Brandon Dan Noah adalah peringatan membunuh dari Nichol. Seolah-olah Nichol berkata 'diem disini kalau kalian masih mau hidup,'. Kurang lebih seperti itu.

Karena tidak ingin mencari masalah dengan Nichol, Brandon dan Noah memutuskan mengalah. Lagi pula mereka masih mau hidup di dunia ini. "Okay," pasrah mereka berdua.

Nichol tersenyum penuh kemenangan ketika Brandon dan Noah mengalah. "Anyway, Sheila, Kimberly sama Karin bisa jaga diri. Mereka udah gede!" Ucap Nichol untuk menenangkan kedua lelaki di depannya. Memang benar kan? Tidak ada alasan untuk bereaksi berlebihan. Noah dan Brandon saja yang terlalu alay. Atau mungkin terlalu buta. Well, love is blind anyway.

Disisi lain pada waktu yang sama, Sheila menatap handphone nya horor ketika mendapat panggilan masuk dari Nichol. Bodohnya Sheila lupa mematikan handphone nya. Padahal mereka sedang menikmati girls time yang spektakuler. Tapi satu yang membuat Sheila bingung, untuk apa Nichol menelponnya? Padahal beberapa hari terakhir Nichol menjauh dari Sheila.

"Lo sih! Bego nya kebangetan!" Rutuk Kimberly atas sikap Sheila. Sheila menatap Kimberly sebal " Ya maap njir,"

Seperti yang kalian tahu sebelumnya, Sheila, Kimberly, Karin, dan Ara sedang berkumpul di rumah Sheila dan Kimberly. Dan di saat Ara sedang membuat mocktail, handphone Sheila tiba-tiba berdering yang membuat Kimberly panik.

Sedangkan Karin masih tidak paham kenapa mereka harus merahasiakan girls time ini dari para lelaki. Tapi dia hanya menuruti perkataan Kimberly dan Sheila. "So, kita mau ngapain disini?" Tanya Karin.

Tidak lama kemudian, Ara kembali dengan empat gelas mocktail untuk di nikmati. Karin menatap minuman yang tampak asing itu. "What is this?" Tanyanya.

"You don't know mocktail?!" Tanya Sheila terkejut. Sedangkan Karin kembali menggeleng.

Ara tersenyum remeh ketika melihat tingkat kenakalan Karin yang jauh dari level nya bersama kimberly dan Sheila. Mungkin karena ini Karin ingin belajar tentang dunia mereka. "Mocktail itu semacam cocktail , tapi non alkohol. Di buat dari soda sama sari buah. Bentuknya mirip sama cocktail, tapi mocktail lebih manis," jelas Ara.

Karin mengangguk kan kepalanya paham sekarang. " Jadi kalian suka minum ini?" Tanya Karin sebelum dia memasukan minuman itu kedalam mulutnya. Betapa terkejutnya karin ketika rasa mocktail itu tidak seburuk yang dia kira.

"Lebih dari ini," jawab Ara yang membuat Karin bingung. "Contohnya?" tanya Karin. Ada berapa jenis lagi minuman semacam ini di dunia?

Sheila menggidikan bahunya dan tersenyum miring "Well, ada whisky, cocktail, wine, vodka, creme cacao, and my favorite tequila sunrise,"

Karin nampak sedikit tercengang dengan banyaknya minuman yang pernah Kimberly dan Sheila nikmati. "Kalian nggak takut mabok?" Tanya Karin.

"Kita tau batasan. Kemungkinan kita mabok sekitar 15%" ujar Kimberly. "So Why waktu itu Sheila ngelarang lo minum?" Tanya Karin yang membuat Kimberly bingung. Sejujurnya, Kimberly juga tidak tahu. Dia mengarahkan pandangan ke arah Sheila "Yeah, Why?"

Sheila memutar bola matanya malas dengan pertanyaan Kimberly. "Because its leave a smell!" Jawabnya nyalang. Ara yang melihat itu tertawa Dan menepuk nepuk pundak Sheila "Santai bos!!" Serunya.

Kimberly, Ara, dan Karin tertawa ketika Sheila kesal. Mereka bertiga ber tos ria atas keberhasilannya. "So this one not leaving a smell?" Tanya Karin sembari menepuk lagi mocktail nya.

Sheila menggeleng "Nope, mocktail itu non alcohol kalau lo lupa," ingat nya. Dan itu hanya di balas deheman Karin.

"Bye the way, lo bilang lo mau tau cara kita hidup kan, Rin?" Kata Kimbely tiba-tiba. Karin mengangguk Dan memasang mode menyimak. Kimberly memasang smirk nya ketika Karin mengangguk.

"Serius? Nggak akan nyesel kan?" Tanya Sheila memastikan. Karin mengangguk kembali dengan penuh keyakinan. "Oke, come on!" Ajak Ara yang sudah berjalan duluan ke halaman belakang Kimberly dan Sheila. Di ikuti dengan pemilik rumah Dan Karin di paling belakang.

Awalnya Karin tercengang ketika tampilan awal taman belakang di tanami oleh berbagai macam tanaman herba dan beberapa dia tidak ketahui. Tapi makin kebelakang, suasana semakin gelap. Dan ketika sampai di tempat tujuan, mata Karin membelak ketika melihat pemandangan hitam dengan sedikit abu dan botol-botol kaca bersebaran di mana mana. "Ini?!"

πŸ—πŸ—πŸ—