πππ
"Assalamualaikum,"
Nichol menyerngitkan dahinya heran karena tidak mendengar satu pun belasan dari salamnya. Biasanya mama nya tercinta itu sudah menyambutnya di depan pintu. Dan mungkin mengomeli dirinya karena Nichol pulang telat.
Karena tidak mau terlalu dalam dengan rasa pemasarannya, Nichol melangkahkan kakinya ke anak tangga menuju kamarnya. Di saat melewati kamar Noah, dia mendengar tawa jahil dari adiknya itu. "Ngapain lo?"
"Tumben baru pulang," Noah sengaja tidak menjawab pertanyaan abangnya. Biar tambah rame, pikirnya.Β
"Nggak usah sok perhatian, kan lo tau!" Tegas Nichol dan kembali berjalan ke kamarnya. Tapi Noah tetap mengekor di belakangnya.
Awalnya Nichol bodo amat dengan sikap aneh Noah. Tapi dia mulai jengah ketika Noah tak menghentikan langkahnya saat Nichol masuk ke dalam walk in closet nya. "Mau apa sih lo?! Gue mau ganti baju, minggir!" Sebalnya
"Gue mau nanya," Noah menggantungkan pertanyaannya membuat Nichol mengerutkan dahinya. "Lo liat mama nggak?"
Ingin rasanya Nichol melempar Noah ke tengah benua asia.Β "Nggak!" Balas sebal Nichol.
"Oh, yaudah!" Ucap Noah sebelum dia berlalu pergi dari kamar Nichol meninggalkan abangnya itu sendiri.
Nichol menatap kepergian Noah dengan tatapan heran. Kenapa dengannya? Noah mengikuti Nichol dari dia pulang sampai berada di dalam walk in closetnya seperti anak ayam, hanya untuk bertanya keberadaan mama nya? "Aneh,"
πππ
Sheila menatap tak percaya ke arahΒ Nata. Mama Nichol yang tiba-tiba menghampirinya ketika sheila sedang terlarut dalam keseruan dan ketegangan buku thriller di perpustakaan sekolahnya.Β
Sekarang, mereka sedang berada di mall. Dan permintaan Nata membuat Sheila menatapnya terkejut. Sama halnya dengan Nata. Dia bingung kenapa Sheila nampak begitu terkejut. Padahal, permintaannya tak sulit.
"Kamu kenapa Sheila?" Tanya Nata. Sheila tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuk belakangnya yang pasti tidak gatal. "Tante bilang.... ke salon?"
Nata mengangguk. Sheila semakin kikuk ketika dia ternyata tidak salah dengar. Nata yang menangkap gerak gerik tak nyaman dari Sheila memutuskan untuk bertanya. "Kenapa? Kamu nggak mau?"
Sheila reflek menggelengkan kepalanya membantah apa yang ada di pikiran Nata itu. "Nggak tan!" Sheila menarik nafasnya panjang, karena merasa malu akan mengatakan ini. "Aku nggak pernah nyalon," cicitnya.
Nata awalnya kesulitan untuk mencerna perkataan Sheila. Tapi kemudian dia tertawa geli karena sikap malu sheila hanya untuk mengatakan dia tidak pernah ke salon. "Ya ampun! Santai aja deh," ucap Nata.
Sheila tersenyum menanggapi ucapan Nata itu. "Emang ibu kamu nggak pernah bawa kamu ke salon?" Pertanyaan Nata membuat Sheila bingung harus menjawab apa.
"Aku yatim piatu tan. Nichol nggak pernah cerita ya?" Nata langsung merasa bersalah ketika tahu bahwa gadis di depannya itu yatim piatu. "Aduhh,Β maafin tante ya!"
"Nggak papa tan!" Balas Sheila dengan senyum di wajahnya.
"Jadi kamu di adopsi?" Tanya Nata. Sheila mengangguk, "Tapi ayah aku single parents, "
Nata mengangguk anggukan kepalanya membalas perkataan Sheila. "Yaudah, kita bikin pengalaman pertama kamu ke salon special!" Seru Nata girang.
"Hah?" Tanya Sheila tak paham. Tapi sebelum dia bisa bertanya lagi, Nata sudah lebih dulu menarik tangan Sheila ke dalam salon.
Sheila awalnya kebingungan dengan semua service yang di beri salon itu padanya. Tapi dia mulai menikmatinya ketika pihak salon mulai mengurus kuku.
"Jadi kamu suka olahraga ya?" Tanya Nata mencari topik pembicaraan.
"Bisa di bilang gitu sih, tan!" Seru Sheila. Dia memang cukup menguasai basket,Β dan olahraga lain yang tidak boleh ia sebut.
"Kenapa belum pernah nyoba ke salon? Kata Noah kamu punya kakak," ucap Nata yang membuat Sheila tertawa renyah.
"Kakak aku cuman beda beberapa bulan kok tan," ucap Sheila. "Dia juga satu kelas sama aku!" Lanjutnya.
"Loh? Kok bisa gitu?" Tanya Nata heran. Karena biasanya saat mengadopsi seseorang, mereka hanya bisa mengambil satu anak.
Sheila menggidikan bahunya. "Kayaknya daddy pengen lebih banyak anak yang nemenin dia," ucap Sheila dengan kekehan.
"Emang ayah angkat kamu kerja apa?" Tanya Nata semakin penasaran. Pasalnya, pasti dia sangat kaya. Karena Nichol bilang, ayah Sheila selalu bulak balik Amerika-indonesia hanya untuk bekerja.
Sheila tersenyum kikuk. Dia bingung harus menjawab apa.Β Karena kenyataannya, dia belum pernah sampai level ayah angkatnya itu. Jadi singkat cerita, Sheila saja tidak tahu. "Daddy aku ngelola perusahaan, tan!" Jawabnya asal.
"Oh ya?" Seru Nata. Sheila mengangguk canggung.
Setelah beberapa menit berada di salon, Sheila dan Nata akhirnya keluar dari tempat itu. Tidak terlalu buruk untuk pengalaman pertama Sheila.
"Jadi mau kemana lagi, Tan?" Tanya Sheila.
Nata nampak berpikir. Dia harus menemukan cara agar gadis SMA di sampingnya ini ada di dekatnya dalam waktu yang lama. Dan agar bisa membawa Sheila ke rumah kediaman keluarga Dharma.
Nata menjentikkan jarinya ketika tahu apa yang harus dua lakukan. "Ikut Tante!" Titah Nata,
Sheila hanya mengangguk dan menuruti keinginan Nata.
Dan siapa sangka, Nata membawa Sheila ke super market. "Tante mau beli apa?" Tanya Sheila.
Nata nampak merogoh sesuatu dari tas nya dan mengeluarkan benda pipih itu. "Temenin tante masak tart lemon, ya?"
Satu detik..
Dua detik..
Sheila yang masih memproses perkataan Nata itu, langsung terlonjak kaget ketika di suruh memasak. "HAH?!"
ποΈποΈποΈ
Nichol sedang fokus membaca komik thriller di kamarnya. Sebenarnya, dia awalnya tidak suka thriller. Tapi, semuanya berubah ketika Sheila menawarkan Nichol untuk membaca komik thriller di perpustakaan sekolahnya.
Flashback..
Sheila dan Nichol sekarang sedang berada di dalam perpustakaan sekolahnya. Seperti biasa, Sheila sedang 'les privat' oleh Nichol.
Tapi berhubung Nichol memberikan waktu istirahat 15 menit untuk Sheila, dia memanfaatkan nya untuk membaca komik thriller favorit nya.
Sedangkan Nichol, dia hanya melihat Sheila yang sepertinya asik sekali membaca.
Sheila yang merasa di perhatikan, mengalihkan perhatian nya dari buku menuju Nichol. "Kenapa?"
"Rame banget Lo baca," balas Nichol.
Sheila menatap buku komik yang dia baca kemudian menyerahkannya ke Nichol. "Mau baca?"
"Gue nggak tertarik," ujar Nichol dan kembali memilih untuk berkutat dengan handphone nya.
"Ayolah coba! Thriller itu rame," bujuk Sheila. Dia mengambil telapak tangan Nichol dan membukanya. Lalu menaruh buku di atasnya.
Nichol menatap Sheila dengan tatapan heran karena sikapnya. Tapi, Sheila membalasnya dengan senyuman manis.
Karena Sheila terlalu memaksa, Nichol menurutinya. Dan dia terus membaca thriller sejak hari itu.
Flashback end...
Nichol menghembuskan nafas nya kasar ketika mengingat hal itu. Lagi-lagi soal Sheila. Bayangan Sheila seolah tak mau lepas dari kepala Nichol.
Tapi dia juga takut kalau ingin menjadi lebih dekat dengan Sheila. Sementara saja. Mungkin, sampai dia dapat kebenarannya.
Ketika ingin melanjutkan membaca komiknya daripada terus menerus mengingat Sheila, suara gaduh dari bawah membuat Nichol terganggu.
Seperti ada suara mangkuk jatuh. "Pasti mama,"Β batinnya.
Yah, memang mama nya itu tidak bisa memasak tanpa keributan. Dan selang beberapa menit, Nichol mencium aroma lezat dan manis dari bawah.
Ketika dia baru saja keluar kamar, tanpa di sangka Noah juga keluar dari kamarnya. "Harum apaan nih?" Serunya.
Nichol menggidikan bahu nya tak tahu. Dia dan Noah sama-sama turun ke bawah, lebih tepatnya dapur untuk melihat apa yang di masak mama kesayangan mereka.
"Masak apa ma?" Tanya Nichol kepada Nata.
Nata membawa loyang yang berisikan kue tart lemon yang masih hangat ke hadapan dua anaknya itu. "Tart lemon," ucapnya. "Cobain deh!"
Nichol dan Noah menuruti perkataan mama Nata. Mereka memasukkan kue itu ke dalam mulut mereka.
Rasanya enak. Sembari memakan tart lemon buatan mama nya, Nichol menatap kondisi dapur yang sangatlah berantakan.
Biasanya kalau Nata dan Arun memasak bersama, tidak akan pernah seberantakan itu. Masa sih mama nya itu masak sendiri? Tapi kan, Nata tidak bisa memasak kue sendirian.
"Gimana? Enak?" Tanya Nata antusias.
Nichol mengangguk anggukan kepalanya, membuang rasa penasaran yang ada di kepalanya.
"Mama masak sendiri?" Tanya Noah. "Mami Arun kemana?"
"Mami kamu lagi ada urusan sama temen se komunitas nya," jawab Nata.
Dia masih menunggu jawaban dari anak pertamanya. "Gimana , Nic?"
Nichol mengangguk anggukan kepalanya. Meskipun dia yakin sudah melakukan ini. Tapi mungkin mama nya itu tidak melihat nya. "Enak!" Serunya
Nata tersenyum senang. "Katanya enak, La!" Seru Nata kepada seseorang yang baru saja membawa loyang selanjutnya.
"Berhasil dong Tan!" Ucap Sheila senang. Dia berhasil memasak makanan yang kemarin baru Kimberly masak.
Nichol membelakan matanya ketika melihat siapa yang datang. Seketika kepalanya reflek menghadap ke Noah yang sudah cengengesan. Sialan!
πππ