"Tidak ada yang sempurna di dunia,"
~Sheila Laurie Permana~
๐๏ธ๐๏ธ๐๏ธ
Disinilah Sheila berada. Tempat yang seharusnya tidak dia kunjungi di malam hari. Sebenarnya Sheila agak ragu-ragu hanya untuk memencet bel rumah besar di depannya.
"Gue ngapain sih?" Gumam Sheila bingung. Dia mengecek jam nya untuk kesekian kali. "Udah jam 7," lanjutnya.
Dia beralih menatap room chat nya dengan Kimberly yang membuat nya terkekeh.
Kimberly๐
Kapan Lo pulang sialan?!
Dah malem, kita ada tugas!
6.14 pm
Sepuluh menit lagi gue pulang!
Sabar elah
6.15 pm
Jam setengah tujuh belum pulang
Abis Lo!
6.15 pm
Faktanya? Sheila menunggu hampir setengah jam lebih. Dia pasti dalam masalah besar sekarang.
Entah apa yang dia lakukan . Saat hendak berbalik, suara satpam rumah bak istana itu mengejutkan Sheila. "Nyari siapa ya?"
Sheila berbalik dan menunjukan senyum ramahnya. "Nggak jadi pak," ujarnya dengan kekehan.
"Oh nyari tuan Noah ya? Seragam sekolahnya sama," ujar satpam itu yang membuat Sheila tersadar. Dia masih memakai seragam sekolahnya.
"Atau mau ke den Nichol?" Tepat sasaran!
Kenapa hari ini semua orang selalu bisa menebak apa yang akan Sheila lakukan?
"Nggak jadi deh pak," ujar Sheila "Makasih," pamitnya dan hendak pergi dari tempat itu. Yang lebih tepatnya rumah Nichol.
Tapi, saat berbalik Sheila berhadapan dengan orang yang sedari tadi ada di pikiran nya. Nichol. Dia juga masih memakai seragam sekolah. Jadi tadi dia jalan jalan dengan Airin?
"Ngapain Lo kesini?" Tanya Nichol dingin.
"Kenapa nggak bales pesan gue?" Balas Sheila tak kalah dingin. Dia tidak ingin terlihat seperti seorang gadis SMA lemah yang mencari keberadaan seorang lelaki yang menghilang dari hidupnya. Tidak, Sheila itu kuat.
"Cuman karena itu? Gue sibuk. " jawaban menohok keluar dari mulut Nichol.
"Gue nunggu dua jam kalau Lo tau,"
Nichol mengernyitkan dahi nya mendengar pernyataan Sheila. Dua jam apanya? Menunggu apa? Perlu waktu lima menit untuk Nichol berpikir. Dan dia baru saja ingat, kalau dia harus menjadi mentor gadis di depannya. "Gue lupa." Ujar nya tanpa rasa bersalah.
Sheila membelakan matanya mendengar ucapan lupa mengalir dengan mudah dari mulut Nichol. Bahkan tidak ada kata maaf sama sekali. Padahal Nichol yang mengajarinya untuk sopan bukan? Kemana sopan santun itu.
"Gue nunggu sampe Maghrib diluar gara gara lo. Padahal sebenarnya perempuan itu nggak baik di luar waktu Maghrib," ringis Sheila dengan tawa renyah.
"Dan bukannya perempuan sejenis lo selalu keluar waktu Maghrib sampai malam?"
Sheila terkejut dengan penuturan Nichol. Itukah yang Nichol pikir selama ini? "Apa lo bilang?"
"Perempuan sejenis lo," ujar Nichol dengan penuh penekanan.
"Maksud Lo?" Sheila benar benar ingin meyakinkan rasa penasaran nya. Meskipun dia berharap kata yang muncul di benaknya tidak keluar dari mulut Nichol.
"Perempuan nggak baik"
Plak!
"You don't deserve to judge me, jerk! Caci Sheila dengan emosi dan mata yang memanas.
Dengan cepat dia meninggalkan depan rumah besar keluarga Dharma. Meninggalkan Nichol yang masih mematung akibat tamparan dan cacian Sheila.
Sementara Sheila. Sejak dia menaiki ojek mobil online yang dia pesan, pikiran nya sangat berkecamuk seperti ingin pecah. Setelah dia menunggu 3 jam diluar. Bahkan belum sempat makan dan ganti baju. Dan pada akhirnya di sebut sebagai perempuan nggak baik oleh orang yang dia tunggu dengan kesabaran penuh. Oh, lengkap sudah penderitaan nya.
Sheila juga bingung dengan dirinya sendiri.
Kenapa dadanya sangat sakit mendengar Nichol pulang bersama Airin?
Dan kenapa air matanya berderai deras ketika Nichol menyebutnya perempuan nggak baik?
Padahal sudah seribu orang yang memanggilnya seperti itu. Bahkan Kimberly dan ayah nya sekali pun. Tapi kenapa?
"Em... Kenapa dek?"
Pertanyaan supir ojol itu membuat Sheila tersadar dan menghapus air matanya kasar. Ia mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Dan tersenyum lebar. "Nggak papa pak!"
"Jangan nunduk mulu dek, nanti mahkotanya jatuh," canda supir ojol itu. Yang membuat Sheila juga ikut terkekeh.
Supir ojol bisa gombal ya? Ah iya, mereka juga manusia. Sama seperti dirinya. Kalimat itu tiba-tiba saja terlintas di pikiran Sheila. Bahwa dia juga manusia yang bisa memiliki perasaan.
Sekeras apapun sistem perawatan yang Daddy nya berikan, Sheila tetap lah manusia.
Seketika senyuman penuh tekad tercetak di wajah Sheila. Dia sudah memutuskan. Satu hal yang pasti mengubah segalanya.
Tapi membuat hidup nya lebih mudah. Dia harap. Yah siapa sangka, supir ojol bisa memberikan Sheila pikiran luar biasa yang hampir dia lupakan beberapa tahun ini.
๐๏ธ๐๏ธ๐๏ธ
"Lo telat,"
Sheila di sambut oleh suara kesal dari Kimberly ketika dia baru saja menginjak perkarangan rumah nya. Dia memutar bola matanya malas mendengar sambutan kesal dari sahabat nya itu.
"Urusan gue lebih lama dari yang gue kira," balas Sheila.
"Palingan nge-date dulu" ledek Kimberly yang membuat langkah kaki Sheila yang sudah berada di anak tangga terhenti.
"Gue nggak mau ada urusan lagi sama Nicholas," balas Sheila dingin.
Ketika mendapat pernyataan dingin plus ketus dari mulut Sheila, Kimberly dengan cepat menghampiri Sheila yang sekarang sedang berjalan ke kamarnya . "Maksud Lo?!" Tanya Kimberly tak santai.
"Nanti gue ceritain," singkat Sheila dan masuk begitu saja ke kamarnya
"Nggak bisa gitu dong!" Seru Kimberly dia mengikuti langkah kaki Sheila masuk ke kamarnya. "Cerita sekarang!" Kekeuh Kimberly.
Sheila berdecak kesal dengan perintah Kimberly. "Bentar deh gue belum ganti baju!"
Seketika Kimberly melihat Sheila dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia terkekeh melihat sahabatnya itu memang masih menggunakan seragam sekolahnya.
Kimberly mengangguk dan mengambil duduk di tempat tidur Shea untuk membiarkan Sheila mengganti bajunya.
Setelah sekitar lima menit, Sheila keluar dari kamar mandi dan ikut rebahan di sebelah Kimberly.
"Jadi gimana?" Tanya Kimberly yang sudah sangat penasaran.
"I tould you, I don't wanna be around that guy anymore,"
Kimberly membuang nafas kecewa karena keputusan Sheila "Kita gimana?"
"Cari jalan lain aja. Gue eneg ngomongin dia," sebal Sheila. Dia mengambil minuman yang tersimpan di atas meja belajarnya dan meneguknya sampai habis. Rasa yang Sheila sangat suka. Manis dan panas.
Kimberly berpikir sejenak, kemudian menjentikkan jari nya."Gue tau!" Serunya
Sheila menatap Kimberly dengan sebelah alis naik dan masih meneguk minuman nya.
"Eh tapi, lo cerita dulu deh. Kenapa bisa Lo jadi kayak gini?" Tanya Kimberly yang kepo mode on.
"Akh! Lo maksa ya," keluh Sheila. Kimberly hanya tersenyum bodoh di hadapan Sheila. Biarlah dia menjadi bodoh untuk sekali ini. Karena kepo nya lebih besar di bandingkan harga dirinya sekarang.
"Fine!" Ucap Sheila mengalah. Kimberly tersenyum senang dengan keputusan Sheila. "But, don't dare you tell this to anyone!"
Kimberly mengangguk. Dan mengalirlah cerita Sheila. Kimberly terus membuka mulutnya mendengar cerita Sheila. Dia tak menyangka kalau hati sahabatnya ini sedang di permainkan. Lucunya, hati Sheila di permainkan oleh orang yang seharusnya dimainkan Sheila.
Setelah cerita Sheila beres, Kimberly menggelengkan kepalanya tak percaya. Dan detik selanjutnya dia menjadi heboh. "GUE MAKIN YAKIN WAKTU PEMBAGIAN AKHLAK DIA NGGAK DATENG!"
Sheila menutup telinganya ketika sahabat nya itu berteriak dengan keras. Oke untuk sekarang, Kimberly yang bijaksana itu benar benar hilang.
"Fiks gue harus cerita ke Karin besok!" Seru Kimberly yang membuat Sheila mendapatkan ide.
"Nggak usah nunggu besok, sekarang aja."
Kimberly mengerutkan dahinya heran dengan ucapan Sheila. Sekarang? Caranya?
"Kita minta Karin nginep disini," Damn!
Kimberly tak menyangka permintaan Sheila akan sampai ke tahap ini. Padahal Sheila tahu aturannya kan? Tidak ada orang asing di rumah.
"Are you out of your mind?!" Seru Kimberly. Saking terkejutnya, Kimberly berdiri dari duduknya.
Sementara Sheila mengangguk polos.
"Lo nggak lupa rules disini kan" tanya Kimberly memastikan.
Dan Sheila kembali menggeleng. "Nope, I definitely remember,"
"Terus?!" Heran Kimberly.
Sheila membuang nafas nya kasar dan mengeluarkan kata yang konyol tapi masuk akal. "We need to feel the high school, Kim!"
"Masalahnya kita nggak bisa jadi kayak anak lain,La! We are different," lanjut Kimberly
"But we still a human,"
Kimberly menutup mulutnya ketika mendengar kata itu keluar dari mulut Sheila. Sama seperti Sheila, Kimberly hampir lupa apa dia sebenarnya beberapa tahun terakhir. Definisi kata untuk dirinya dan Sheila selama beberapa tahun terakhir hanyalah. Selfish. Arogan. Dark. Cool. And not have a heart.
Datar seperti sebuah mesin. Tidak bisa merasakan kasih sayang dan cinta seperti sebuah robot. Itulah Sheila dan Kimberly beberapa tahun terakhir.
They just like a remake robot human vers.
Tapi sekarang? Sheila mengeluarkan kata yang membuat semua nya berputar 180ยฐ . Sheila tersenyum senang melihat perubahan mimik wajah Kimberly.
"Yeah, we still a human,"
Sheila tersenyum ketika sahabat kecil nya itu menyetujui pendapatan nya. Dia mengambil handphone nya dan menelepon Karin untuk mengajaknya menginap. Sebelum teleponnya terangkat, Sheila menatap ke arah Kimberley yang masih terlihat tidak yakin dengan keputusan ini. "Nggak ada yang sempurna di dunia ini, Kim!"
๐๏ธ๐๏ธ๐๏ธ