Chereads / -MY STORY- / Chapter 15 - XIV || MY STORY

Chapter 15 - XIV || MY STORY

🗝🗝🗝

Kruuuk....

Suara perut Sheila berbunyi ketika mereka sedang terjebak macet. Dengan tatapan memohon, Sheila memandang Nichol.

"Haahh!" Nichol membuang nafas kasar. "Mah makan dimana?" Tanyanya dengan berat hati.

Sheila yang mendengar tawaran itu menjerit senang dalam hati. "Terserah," tapi dia tetap memilih tenang. Ego nya memang besar.

Nichol menaikkan sebelah alisnya. "Yakin?" Tanyanya memastikan. Karena pada dasarnya, kata 'terserah' bagi cewek bisa memiliki sejuta makna.

Sheila mengangguk mendengar pertanyaan Nichol. "Gue bukan cewek pemilih," balas Sheila. Nichol mengangguk paham dengan ucapan Sheila.

"Makan nasi goreng aja ya," Sheila mengangguk. Yang penting dia makan. Nasi goreng? Tidak apa-apa. Lagi pula, Sheila pemakan segalanya. Yang bisa dimakan, ia makan.

Nichol membelokkan setir mobilnya begitu melihat tukang nasi goreng di pinggir jalan. "Bang, nasi gorengnya 2 ya!" Pesan Sheila begitu mereka sampai.

"Pedes nggak neng?" Tanya Abang nasi goreng.

Sheila menatap Nichol "Pedes nggak, chol?" Tanyanya. "Bolehlah,"

Setelah mendengar jawaban Nichol, Sheila kembali menuju abang nasi goreng. "Yang pedes bang, melebihi komen netizen ya!" Canda Sheila.

Abang nasi goreng terkekeh mendengar candaan Sheila. "Siap neng!"

Sheila menganguk dan menghampiri Nichol yang sudah duduk. "Bang nasi goreng aja lo candain," kata Nichol.

Sheila terkekeh, "Biarin, yang penting happy!" jawab Sheila sesuka hati. Hening seketika. Sheila dan Nichol fokus kepada handphone masing-masing. Ketika sedang asik meng- scrool ig, ada notif masuk yang membuat Sheila menyerngit heran.

Nata.Alska start following you

Karena penasaran, Sheila mencari tahu soal siapa Nata Alska ini. Dan saat masuk ke halaman ig nya, terdapat tulisan...

...Nyonya Bramantya

Sheila menatap Nichol yang sedang bermain handphone. Serasa di tatap, Nichol mengalihkan pandangannya dari handphone menuju Sheila. "Kenapa?"

"Ibu lo main ig?" Tanya Sheila. Nichol mengerutkan dahi tak paham, kenapa Sheila tiba-tiba bertanya soal ibunya? Sheila yang paham angkat bicara "Ibu lo nge follow gue," lanjut Sheila yang membuat Nichol mengangguk.

"Iya," balasnya singkat, karena setelah itu, makanan datang.

"Punten neng," ujar abang nasi goreng. Sheila tersenyum ke arah abang nasi goreng. Sedangkan Nichol, hanya menatap datar.

"Makasih bang!" Seru Sheila ketika makanan sudah hadir di meja mereka. Abang nasi goreng itu pun berlalu pergi. Sheila menatap Nichol tak suka "Chol! Bilang makasih kek!" Tegur Sheila.

"Buat apa?" Acuhnya dingin.

"Mulai deh nyebelinnya," gumam Sheila sembari memutar bola matanya malas. Dan kondisi hening sebentar karena mereka fokus ke makanan masing-masing.

Saat selesai makan, ada seorang anak yang mendatangi meja mereka. Anak itu mengangkat tangannya meminta uang kepada Sheila dan Nichol. Sheila menatap anak itu prihatin, sementara Nichol hanya acuh.

Sheila menghembuskan nafas kasar melihat tingkah acuh Nichol. Dia merogoh saku nya mencari uang. "Maaf receh ya dek." Ucap Sheila dengan senyum di wajahnya. Anak tadi mengucapkan terimakasih dan pergi dari tempat.

"Chol, jangan dingin banget ke anak kecil lah!" Sebal Sheila. "Bantu kek yang susah," lanjutnya

"Emang waktu gue susah, mereka pernah bantu?" Balas Nichol.

Sheila memutar bola mata malas mendengar ucapan Nichol. Masih Nichol dengan segala keangkuhannya. "Emang lo pernah susah?"

"Nggak pernah,"

Sheila bergidik kesal dengan jawaban Nichol. Tangannya terangkat ke atas seperti ingin memukul Nichol saking kesalnya. Sedangkan Nichol, hanya tersenyum tanpa dosa berhasil membuat Sheila kesal.

"Udahlah, gue pusing sama sikap labil lo!" Pasrah Sheila. Seminggu ini selama bersama Nichol, Sheila selalu di perlakukan dengan berbagai macam perilaku. Terkadang baik, terkadang di cuekin. Terkadang pula, Nichol menjadi sangat humble.

Sheila jadi penasaran, yang mana sikap asli Nichol?

"Lo juga labil kali!" Seru Nichol "Kadang jinakk, kadang galak." Lanjutnya

"Wah! Emang gue singa apa?" Bantah Sheila tak suka.

"Gue nggak nyebut merek tapi ngerasa, jadi apa yaa??" Goda Nichol. Sheila mengendus kesal mendengar ucapan Nichol "Nyebelin!"

Disaat Nichol sedang terkekeh akibat wajah Sheila yang sangat lucu ketika di jahili, telepon Sheila berbunyi.

Sheila berdecak pelan ketika melihat siapa yang menelfonnya. Kimberly.

"Halo,"

"La! Lo dimana sih?!" Terdengar suara kesal Kimberly dari seberang sana. Mampus!

"Lagi makan, kenapa?" Tanya Sheila setenangggggg mungkin.

"Lo lupa? Lo punya janji sama gue! Malah asik-"

"Iya-iya gue otw," jawab Sheila cepat, sebelum Kimberly kembali mengomelinya habis-habisan.

"Jam 7 gue tunggu! Kalau nggak, abis lo!" Ancam Kimberly dan dia menutup teleponnya sepihak.

Sheila menghembuskan nafasnya. Nichol menatap Sheila penuh tanya ketika ia menghela nafas. "Kenapa?"

"Ayo pulang," ajak Sheila.

"Tumben buru-buru," balas Nichol.

Sheila beranjak dari duduknya dan menatap Nichol dalam "Nggak usah banyak tanya, bisa-bisa nyampe rumah gue di jadiin perkedel sama Kimber!"

🗝🗝🗝

"Thanks," ujar Sheila ketika mereka sudah sampai di depan rumah nya.

Nichol mengangguk mendengar ucapan terima kasih dari Sheila. "Sana masuk, dah malem."

Sheila terkekeh mendengar ucapan malam itu. Nichol menyerngit melihat Sheila tertawa seperti itu. "Kenapa?"

"Lucu," singkat Sheila "Tadi pagi lo bilang siapa yang mau sama lo sampe sore?" Ucap Sheila sembari mengikuti perkataan Nichol tadi.

"Hahaha," tawa canggung Nichol. "Dah sana!" Usir Nichol. Sheila mengangguk dan masuk kedalam rumah. Kemudian, mobil hitam Nichol meninggalkan pekarangan rumah Sheila.

🗝🗝🗝

"Abang!" Teriakkan itu menyambut Nichol saat berada di rumah. Ralat, bahkan dia belum berada di dalam. Saat sampai di pekarangan rumah, Noah langsung memanggil abangnya itu dari lantai atas.

"Tunggu di situ lo!" Titah Noah, dan langsung ngacir berlari turun kebawah. Percayalah, turun dari lantai 2 ke lantai bawah rumah keluarga Bramantya perlu waktu lama.

Nichol menggidikkan bahu mendengar perintah Noah. Dia tetap melangkahkan kaki masuk kerumah. "Assalamualaikum," salamnya.

"Waalaikumsallam," sambut Nata dan Arun bersamaan. Nichol mengerutkan dahinya begitu melihat mimik wajah tak biasa dari mama dan mami nya. Mimik seperti.... menggoda.

"Abis dari mana anak mama ini? Udah malem baru pulang," kata Nata dengan nada tak biasa. "Ceweknya kok nggak di bawa kesini?" Lanjut Arun. Nichol menghela nafas kasar. Sudah pasti ini kerjaan adik tak berakhlak nya itu.

"Woi bang! Nge date nggak bilang-bilang!" Ledek Noah begitu sampai di lantai satu. Nichol memutar bola matanya malas dengan ucapan Noah. "Gue nggak nge date, "

"Boong nya ketauan!" Timpal Noah. Dia tersenyum penuh makna menatap Arun dan Nata. "Ceweknya cantik loh ma, mi!" Adu nya. Nichol menjitak kepala Noah yang bicara sembarangan. Arun dan Nata terkekeh, "Mama tau kok! Tadi mama nemu instagram nya," ujar Nata

"Nichol cuman ngajarin dia," balas Nichol dingin. Nata dan Arun langsung saling tatap mendengar ucapan Nichol. "Oh, jadi dia cewek yang selalu kamu omongin?" Goda Arun.

Noah yang tak tahu soal itu, langsung merapat ikut duduk bersama kedua ibu nya. Seperti ibu-ibu arisan yang suka bergosip, Noah bertanya dengan antusias. "Abang suka ngomongin?"

Arun mengangguk antusias "Iya," balasnya "Katanya, cewek itu yang bikin Nichol kena masalah mi! Nichol benci sama dia," ujar Arun mengikuti ucapan Nichol tiga hari lalu.

"Terus, abang kamu selaluuuu aja ngomel nggak jelas. Tapi waktu mama tanya, dia nggak pernah mau nyebutin cewek itu siapa," lanjut Nata menggoda. Noah menepuk keras tangannya mendengar cerita kedua ibunya.

Sementara Nichol memutar bola mata malas melihat antusiasme Noah dalam merumpi bersama kedua ibunya. Itu semua adalah pengaruh Noah yang selalu di ajak arisan bersama Nata saat kecil.

Saat Noah sedang menertawakan Nichol dengan nafsu, suara salam menghentikannya. "Assalamualaikum,"

Semua orang melihat ke arah pintu, dan mendapati dua orang pria dewasa yang baru saja pulang. "Tumben pulang pa," sindir Noah.

"Kamu ini, papa baru pulang bukannya di jawab salam papa malah di sindir," protes Nares, ayah kandung Noah dan Nichol. "Dahlah bro, salah kita juga jarang pulang," seseorang memegang tangan Nares untuk menenangkan. Itu adalah Elvano, ayah dari gadis yang selalu di cari keberadaannya itu.

Dan ya memang, Elvano dan Nares jarang pulang. Mungkin seminggu sekali. Dan hanya di hari minggu. Tapi sekarang? Tumben-tumbennya sabtu pulang.

"Waalaikumsallam," jawab Noah malas, "Telat!" Geram Nares. Kedua ayah anak itu memang sering sekali berdebat. Seperti anak kecil saja. Tapi kalau sudah satu pemikiran, sudahlah. Semua menggelengkan kepala degan pemikiran mereka.

"Sudahlah, kamu itu mirip sekali sama anak kecil!" Ledek Nata kepada suaminya. "Tau tuh! Inget umur dong!" Timpal Noah.

Semua orang menggeleng melihat tingkah laku Nares yang sudah berusia 40 an, tapi masih kekanak-kanakan. Semua orang, kecuali satu. Nichol yang tahu ada sesuatu, menatap kedua ayahnya dengan penuh tanya.

Nares dan Elvano yang tahu maksud Nichol menghela nafas. Nares menggeleng merespon Nichol. Dan karena jawaban ayahnya, wajah Nichol seketika menjadi kecewa. "Nichol ke kamar dulu," pamitnya dan berlalu begitu saja.

Semua orang di satu ruangan itu menatap kepergian Nichol nanar. Mereka tahu, sangat tak mudah bagi Nichol saat tau orang yang ia sayang pergi mungkin selamanya.

Meskipun semua orang masih saja berharap untuk kepastian yang tak pasti. Sementara Noah, melihat Nichol dengan tekad yang bulat untuk mengatakan sebuah berita mengejutkan yang ia temukan.

"Noah juga keatas dulu ya, ma, mi, pa, pi," pamit Noah ke semua orang tua di ruangan itu.

"Kita harus bagaimana,El?" Tanya Arun sedikit frustasi. Melihat dua orang anak laki-laki yang sudah ia anggap anak nya sendiri, terus bersedih. Rasanya sakit. Terutama rasa rindunya terhadap anak perempuannya yang sudah hilang bertahun-tahun lalu.

"Tenang, Run." Nata menenangkan sahabat lamanya itu. Sementara Nares dan Elvano menghela nafas berat melihat istri mereka yang tertekan.

"Ada kemungkinan kalau babby El ada di Jakarta," ucap Elvano sembari menatap istri nya. Berharap ini bisa menghibur Arun.

Dengan mata berkaca-kaca, Arun menatap suaminya. "El... masih hidup?" Tanya Arun tak percaya.

Itu lah dia, nama bayi perempuan yang selalu di cari oleh kedua pihak keluarga. Babby El, biasa di panggil. Yah, mungkin sekarang sudah bukan seorang bayi lagi.

"Yes honney, our princess still alive," ucap Elvano mendekati Arun dan membawa istrinya itu ke pelukan nya.

"Jadi kenapa kalian bohong ke Nichol tadi?" Heran Nata.

"Kita nggak mau Nichol nekat nyari El di kota Jakarta yang luas ini," jawab Nares. Mereka semua paham dengan ucapan itu. Karena memang, Nichol itu sedikit nekat. Dan keras kepala. Ya, sedikit. Mungkin.

🗝🗝🗝

"Lo tau kan? Daddy pasti marah kalau tau lo upload foto sosmed," ucap Kimberly yang tiba-tiba muncul dan menyender di pintu kamar Sheila.

"Kan bukan foto gue," acuh Sheila dan kembali menulis sesuatu.

"Dan lo tau kan, kalau daddy tau lo pulang malem sama cowok dia pasti marah besar," peringat Kimberly lagi.

Sheila menyimpan pulpen yang ia gunakan untuk menulis dan mengalihkan pandangannya ke Kimberly dengan malas. "Iya gue tau," balasnya dengan suara mencekat.

"Bisa nggak? Dateng-dateng nggak langsung ngomongin rules daddy yang bodoh itu?" Geram Sheila.

Karena sesungguhnya, ayah angkat Sheila dan Kimberly selalu melarang mereka dekat dengan cowok. Dan melarang juga mereka untuk membawa teman ke rumah. Ayah possesive? Bisa dibilang begitu. Sekarang ayah mereka sedang ada di LA, jadi Sheila bisa bebas santai.

"Lo tau kan? Semua rules bodoh yang lo bilang itu, demi kebaikan kita sendiri?"

"Iya bawel!" Geram Sheila dengan semua pertanyaan beruntut dari Kimberly.

"Udahlah siap-siap! Bentar lagi kita berangkat," titah Kimberly dan berlalu pergi dari kamar Sheila menuju garasi. Mempersiapkan hobi mereka.

Sheila menghela nafas kasar begitu Kimberly pergi. Dia menatap tulisannya yang sedari tadi ia tulis sembari mendengar ocehan ocehan Kimberly.

Dengan rasa malas, Sheila menutup buku kecil nya yang berwarna hitam dengan sedikit emas yang membuatnya elegan. Dan memasukkannya ke laci dengan kunci yang hanya bisa di buka oleh Sheila.

🗝🗝🗝

Ckelek

Suara kenop pintu di buka mengejutkan Nichol yang sedang belajar. Dia menoleh ke asal suara dan menemukan adik menyebalkannya.

"Belajar mulu lo bang," ujar Noah basa-basi. Nichol malas menanggapi adiknya, dan kembali membaca buku nya.

Karena merasa di cuekin, Noah merebut buku abang nya itu dengan paksa dan menjauhkannya. Ralat, Noah melempar buku itu.

Nichol menatap Noah sebal, "Buku gue itu!"

"Bisa beli lagi. Jangan kek orang kurang," acuh Noah. Nichol menggeleng mendengar penuturan Noah. Ya, meskipun itu benar.

"Lagian bisa lo pake buat modusin Sheila," gumam Noah tapi masih terdengar oleh Nichol.

"Hah? Apa? Kurang kerjaan banget gue modusin cewek kek dia!" Jawab Nichol ketus.

"Oh kedengeran toh," ucap Noah polos. "Lagian yang gue bilang fakta."

"Sok tau lo!" Caci Nichol.

"Masih mau nunggu lo bang?" Tanya Noah dengan nada yang tak bisa di pastikan. "Dahlah, coba aja sama Sheila. Dia baik kok!" Seru Noah.

Nichol menyerngitkan dahinya mendengar apa ucapan yang keluar dari mulut adiknya. Dia ini sedang promosi atau apa?

"Serah lu ah!" Sebal Nichol dan berdiri untuk memungut bukunya. "Mau apa lo?" Tanya Nichol saat dia sudah kembali mendudukan dirinya di sebelah Noah.

"Emang deh, abang gue peka!" Kekeh Noah. Nichol mendelik mendengar pujian dari Noah. "Cepetan!" Ketusnya

Seketika mimik wajah Noah menjadi serius. Dia menatap dalam wajah Nichol mengumpulkan keberanian. "Ini tentang Sheila,"

🗝🗝🗝