"Ini soal Sheila," Nichol menatap Noah yang nampak serius. Ada apa dengan adiknya ini? Noah tidak biasanya menampakan mimik wajah serius. Entahlah, apa ini hanya perasaannya, tapi Nichol merasa akan ada sesuatu yang .... buruk?
Noah yang melihat abangnya menunggu dengan serius, meneguk saliva nya dengan susah payah. Sekarang ia berpikir dua kali. Apakah ia perlu mengatakannya? "Gue..." Noah menggantungkan ucapannya. Karena dia juga masih ragu.
Nichol yang penasaran berdecak pelan "Ck, apa sih?" Sebalnya.Β
Noah menahan tawanya melihat kakak nya itu dengan rasa penasaran yang besar. "Bwahahaha! Ngakak banget muka lo!" Ledek Noah yang tidak bisa menahannya lagi.
Nichol menggulung buku tebal yang ada di tangannya dan memukul Noah dengan itu. "Iseng banget lo!" Sebalnya
Noah meringis kesakitan karena kepalanya habis jadi sasaran pukul sebuah buku dengan tebal 500 halaman lebih. "Lagian lo penasaran banget sama Sheila," balas Noah
"Nggak!" Bantah Nichol. Siapa yang mau penasaran sama gadis SMA seperti itu, iya kan?
"Serah lu lah bang," pasrah Noah. Dia tersenyum bodoh ke arah Nichol.
Nichol membuang nafas kasar melihat mimik wajah adiknya. Pasti dia ingin sesuatu. "Kenapa lagi?" Tanya Nichol malas.
"Mami nanya, kapan lo bawa Sheila ke rumah?" Nichol hampir saja tersedak mudahnya sendiri mendengar permintaan orang yang ia anggap ibu itu. Yang benar saja, mami nya meminta Nichol untuk membawa Sheila kerumah? Apa dia salah makan obat?
"Tumben mami yang nyuruh," balas Nichol sebisa mungkin bersikap cool.
Noah menggidikan bahunya "Mungkin, mami udah belajar caranya melepaskan?" Asumsi Noah yang membuat Nichol menggeleng cepat.
"Mana ada! Bukan mami itu mah," bantah Nichol. "Iyalahhh" ledek Noah. "Bye the way, gue minjem motor lo oke!" Lanjutnya dan langsung saja berlalu keluar kamar kakak nya itu.
"Heh! Apaan lo!" Ujar Nichol tak suka. Karena biasanya, motor nya itu sudah menjadi milik orang lain saat Noah pulang. "Nggak nggak!" Larang Nichol, tapi Noah tak mendengar.
Kalau saja dia tidak kaya, pasti Noah sudah di depak dari rumah sejak dulu. "Ck! Noah sialan," geram Nichol. Dengan malas, dia beranjak dari kasurnya, mengenakan jaket dan meraih salah satu kunci motornya untuk mengejar adik bangsat nya itu.
πππ
"Yaelah, gue kira kalian nggak bakal dateng!" Seru seseorang saat Sheila dan Kimberly sampai ke lapangan favorit mereka.
"Nggak mungkin kita lewatin balapan ini," balas Kimberly dengan senyum sombongnya seperti biasa. Sementara Sheila memutar bola matanya malas. Sudah dia duga, Kimberly membawanya ke arena balap favorit mereka.
Orang yang menyambut Kimberly dan Sheila tadi menatap Sheila penuh tanya, "Napa lu?" Tanyanya. Sheila menatap gadis SMA yang bertanya kepada nya. Ya, memang remaja disini kurang lebih menduduki bangku SMA.
"Nggak papa," balas Sheila cuek. Kimberly tertawa remeh, "Dia lagi galau, Ra!" Serunya kepada gadis yang tadi bertanya. Namanya Aloera Evelyn. Biasa di panggil Ara. Dia yang paling dekat dengan Sheila dan Kimberly di tempat ini.
"Wdih! Asik banget bahasa lo galau!" Seru Ara "Fuck girl bisa galau juga ternyata," lanjutnya. Sheila memukul kepala Ara yang bicara sembarangan.
"Lo sendiri Fuck girl anjir! Nggak ngaca lo!" Sebal Sheila. Kimberly terkekeh melihat kedua orang di depannya yang sedang berdebat soal tingkat kebar-baran.
"Siapa itu, Ra" tanya Kimberly. Ara menatap ke arah pandang kimberly, yaitu arena balap. "Anak sekolah sebelah," jawab Ara. Kimberly dan Sheila mengangguk anggukan kepalanya.
"Bye the way, kalian sekarang sekolah dimana?" Tanya Ara. Dia tahu kebiasaan Kimberly dan Sheila yang selalu pindah-pindah sekolah. "Masih di LA?"
Sheila menggeleng "Di Indo, kita di suruh, " jawab Sheila sembari membuat tanda kutip dengan tangannya ketika mengatakan suruh.
"Baguslah, jadi gue nggak usah bulak-balik LA - Jakarta cuman buat nemenin kalian balap," lega Ara "Buang-buang duit," lanjutnya
Ara memang partner Sheila dan Kimberly saat mereka berada di arena balap. Bukan hanya di indonesia,Β tapi juga di amerika. "BullshitΒ Ra!" Timpal Sheila "Uang segunung juga masih ngirit!"
"Lo juga sama kali!" Balas Ara "Emang!"
"Udah-udah!" Kimberly merangkulkan tangannya di kedua pundak orang yang sedang bertengkar itu. "Ayo kita kedepan!"
"Omong-omong, ada yang abis jalan sama cowok nihhhh, " goda Ara sembari menatap Sheila dengan ujung matanya.
Sheila hanya terkekeh "Gue laku kan? Baru dua minggu dah ada yang punya," sombong Sheila.
"Najis!" Semprot Ara. Sheila tertawa puas bisa membuat Ara kesal. "Lagian gue disuruh," lanjut Sheila.
Ara yang tau seluk beluk Sheila dan Kimberly terdiam. "Serumit itu kah?" Tanyanya. Sheila mengangguk cepat.
"Tapi, La!" Seru Kimberly yang membuat Sheila menatapnya "Lo nggak boleh main hati loh!" Peringat kimberly.
Sheila tertawa mendengar peringatan Kimberly. "Tenang! Gue yang mainin hati dia, bukan sebaliknya!"
Kimberly mengangguk mendengar ucapan mantap Sheila itu. Lagi pula,Β ia dan Sheila tidak akan pernah main hati soal semua urusan. Hati mereka sudah mati. Hah! Hidup memang seperti itu. Iya kan?
πππ
"Woi No!" Panggil Nichol kepada Noah yang berada satu meter di depannya.Β
Noah yang mendengar namanya di panggil berbalik. Senyum nya merekah ketika melihat abang kesayangannya mengikuti dirinya ke arena balap terkenal di sini. "Ikut juga lo bang,"
"Ck! Nggak usah ngebahas itu," sebal Nichol.Β "Gue mau jagain lo," lanjutnya
"Jagain gue apa motor nya?" Cibir Noah. Nichol terkekeh mendengar cibiran itu yang benar adanya. "Jagain motor gue dari taruhan maut lo yang nggak pernah menang!" Ledek Nichol
"Lo ngomong sekali lagi gue tampol!" Ancam Noah.
Nichol mengangkat sebelah alisnya "Emang berani?"
Noah terkekeh bodoh sembari menggaruk tengkuk nya yang tak gatal "Nggak!"
Nichol memutar bola matanya malas mendengar jawaban bodoh adiknya. Dia berjalan lebih dahulu, meninggalkan Noah sendirian. "Lah? Gue ditinggal?" Tanya Noah sembari menunjuk dirinya sendiri "Abang laknat emang,"
Nichol yang meninggalkan Noah sendiri itu sudah sampai di tengah tengah kerumunan. Hari ini Nichol tak punya semangat untuk turun ke arena balap. Karena niatnya ke tempat laknat ini, hanya ingin menjaga motor ke 20 nya aman.
Saat sedang menatap anak-anak remaja yang bersiap untuk ke arena, dia melihat sosok yang tidak asing di hadapannya. Tapi... Itu tidak mungkin bukan?
"Liat apa?" Tanya Noah yang tiba-tiba datang, membuat Nichol terlonjak kaget. "Ngagetin lo!" Sebal Nichol.
Noah hanya tersenyum tanpa dosa dan mengarahkan matanya ke objek yang dilihat Nichol. Karena merasa kurang jelas, dia menyulitkan matanya. Bukan, bukan kurang jelas. Hanya saja, Noah yang tak percaya.
"Itu Sheila bukan sih?" Tanyanya
Nichol tidak menjawab ucapan Noah. Dia melangkahkan kaki nya mendekati seseorang yang mereka yakini adalah Sheila. Noah membuntuti Nichol seperti anak ayam mengikuti induknya.
Saat sudah dekat, orang itu semakin jelas wajahnya. "Beneran Sheila dong!" Seru Noah kepada Nichol yang berada di depannya. "SHEILA!!" Panggil Noah sembari melambaikan tangannya.
Sheila yang mendengar namanya di panggil mengerutkan dahinya. Siapa? Pasalnya tidak ada yang mengenal Sheila selain Ara disini. Saat dia membalikkan badannya, matanya sukses membelak.
"Mampus!" batinnya
πππ