πππ
Sheila membelakkan matanya ketika melihat dua orang yang seharusnya tidak melihat dia dan Kimberly di sini. "Mampus!"
"Beneran kalian, kirain gue bukan!" Ujar Noah dengan nada senang.
Sheila menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali tersadar dari lamunannya "E-eh? Apa?"
"Ngapain lo disini?" Tanya Nichol yang membuat Sheila membeku. Dia melirik Kimberly dengan ujung matanya meminta bantuan.
Tapi bukan bantuan yang dia dapat. Kimberly mengangkat kedua tangannya dan melambaikannya di udara. Dia sendiri tak tahu harus apa.
Nichol yang curiga, memicingkan matanya ke arah Sheila. "La?"
Ara yang melihat Sheila dan Kimberly diam membeku mengambil tindakan. "Siapa kalian?" Tanyanya.
Noah dan Nichol langsung menoleh ke sumber suara. Karena jujur, mereka tak melihat Ara yang posisi nya sebelah Sheila. Sangat dekat. "Gue Noah," balas Noah sembari mengulurkan tangannya.
Ara menghiraukan uluran tangan itu, tapi malah menjawab "Oh lo Noah yang itu!" Serunya
Noah awalnya agak kesal karena uluran tangannya di kacangin. Tapi itu sirna ketika Ara tau nama nya. Berarti dia cukup terkenal kan?
"Lo tau gue?"
Ara mengangguk. "Pembalap paling buruk yang pernah gue liat, "
Jleb!
Mood Noah seketika turun. "Sialan," desisnya.
Nichol tertawa puas ketika adik nya itu tertindas. Pembalap paling buruk. Itu memang cocok bagi adiknya. Lagi pula, Noah selalu menghilangkan 5 motor terakhirnya bulan ini.
Noah menatap abang nya itu dengan malas. Harusnya dia sudah mengira ini akan terjadi. "La, mau ikut nggak?" Tanya Noah mengalihkan topik.
"E-eh? Kemana?" Tanya balik Sheila.
Sebelum Noah kembali membuka mulutnya, Nichol memotong cepat.Β "NGGAK! Lo ikut gue pulang!" Titah Nichol yang membuat semua orang kicep.
"Perempuan itu nggak baik ada di tempat kek gini," lanjutnya.
"Alah! Lo nggak liat empat puluh persen orang di tempat ini perempuan?" Timpal Ara.
Nichol menatap Ara tak suka. Kemudian mengalihkan kembali perhatiannya ke arah Sheila. "Pulang, La!" Desisnya.
Sheila menelan saliva nya dengan susah payah.Β Aura yang di hasilkan di sekitar mereka sungguh tak baik. "Lo siapa ngatur-ngatur?" Tanya Ara.
Nichol tak menjawab ucapan Ara. Dia menarik paksa tangan Sheila menjauh dari mereka. Satu dipikirkannya sekarang. Membawa Sheila keluar dari tempat ini.
Sheila berusaha keras melepaskan genggaman tangan Nichol yang kuat. Tapi apalah daya, Nichol lebih kuat darinya.
Saat sampai di tempat Nichol menyimpan motornya, ia melepaskan tangan Sheila dan menatap gadis itu dalam. Sheila hanya memilih memainkan jarinya untuk mengurangi rasa takut.
Nichol yang melihat Sheila ketakutan membuang nafas kasar.Β "Jangan kayak gitu lagi,La!" Ujar Nichol yang membuat Sheila kebingungan. "Gue nggak suka," lanjutnya.
Sheila hanya mengangguk. Karena rasanya lidahnya keluh untuk berkata. "Naik!" Titah Nichol yang di patuhi Sheila.
"Kimberly gimana?" Tanya Sheila saat dia sudah berada di belakang motor Nichol. "Gue udah telepon Brandon,"
Sheila mengangguk. Meskipun sebenarnya Kimberly bisa pulang sendiri. Oh ayolah, malam sudah seperti rumah mereka. "Pegangan,"
πππ
Suasana di antara tiga orang yang di tinggal dua sejoli itu agak canggung. Kurang lebih karena mereka masih memproses apa yang terjadi. Lemot memang. Tapi hey, itu terjadi tiba-tiba!
Semua orang masih diam, hingga suara bariton seseorang membuyarkan mereka.Β
"Woi!" Brandon yang baru datang karena pesan dari Nichol itu membuyarkan suasana canggung di antara tiga orang tadi.
"Untung lo dateng!" Seru Noah. Ia sudah tak tahan dengan kecanggihan itu.
Brandon hanya berdehem membalas Noah. "Mana Nichol?" Tanyanya
"Nganterin Sheila pulang," balas Noah.
Brandon berdecak kesal mendengar itu. Padahal, dia kira tujuannya kemari adalah menemani Nichol ikut balap. Tapi malah ketemu adik nya yang tak berpengalaman.
Mata Brandon beralih ke arah Kimberly yang masih saja bingung harus apa. Pasalnya, teman SMA mereka memergoki Sheila dan Kimberly yang sedang bersenang-senang di arena balap ini.
"Ikut gue Kim," ujar Brandon dengan lembut. Super lembut. Sungguh, benar-benar lembut. Berbanding terbalik dengan suara Nichol saat mengajak Sheila pulang.
"Lah? Lo nggak akan nemenin gue?!" Tanya Noah. Dia kira Brandon kemari untuk menemani dirinya di arena balap.
"Nggak, gue kesini jemput Kimber," jawaban menohok dari Brandon.
Noah memasang tampang terkejut sembari menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"
Brandon melirik perempuan di sebelah Kimberly yang dimatanya mirip sekali dengan Harlequin. "Tuh! Sama cewek barbar,"
Ara yang di panggil cewek barbar menbelakkan matanya "Siapa yang lo panggil cewek barbar?!" Kesalnya
"Lo nggak liat tampang lo mirip kek Harlequin?" Balas Brandon. Yang membuat Ara semakin tak terima.
"Kalau gue Harlequin ? Kimberly apa? Cat women gitu?" Tanya Ara. Kimberly menginjak kaki Ara karena kesal. Masa ia di sama sama kan dengan penjahat dc dengan pakaian kucing serba hitam itu.
Brandon berdecak pelan "Kimber itu lebih lembut dari pada lo!" Seru Brandon yang membuat Ara tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan Kimberly? Oh jangan di tanya, muka nya sudah memerah. Dia berusaha keras menutupi rona merah mudanya itu.
"Dia?" Ara bertanya sembari menunjuk Kimberly menggunakan jempol kanannya. "You must be kidding me!"
Brandon mengangkat sebelah alisnya. Kenapa Ara bisa mengatakan Kimberly se liar cat women? Padahal menurutnya Kimberly itu perempuan lembut. Mungkin memang, cinta itu buta.
Sedangkan Kimberly, dia menginjak dan memelototi Ara yang hampir membuat penyamarannya terbuka. Ara yang mendapat tatapan seperti itu meringis. Oke, dia paham sekarang.
"Dahlah, ayok Kim!" Seru Brandon dengan girang sembari menarik tangan Kimberly dengan halus dan lembut. Kimberly yang di tarik seperti itu tentu saja kaget.
Dia sesekali memutar kepalanya kebelakang. Melihat Ara dan Noah yang menunjuk kepergian mereka dengan tatapan protes. Bagaimana tidak? Untuk kedua kalinya mereka di tinggal pergi begitu saja. Nggak ada akhlak memang.
"Coba aja gue nggak jomblo," gumam miris Noah
Ara yang mendengar itu tertawa remeh. "Gue nggak perlu cowok. Lemah!"
Noah mendelik karena merasa kaumnya dihina disini. "Gue juga nggak perlu cewek. Serba salah!"
"Siapa yang tadi ngeluh gara gara jomblo?"
"Gue diem," ujar Noah "Cewek selalu benar!" Sindir nya
"Whatever!"
Saat sedang berdebat, ponsel Ara berbunyi. Dahi Ara mengernyit ketika melihat nomor tak di kenal menelepon nya.
Tanpa rasa takut, Ara menjawab telepon itu.
"Halo?"
"Tolong jagain motor gue,"
Ara menghembuskan nafas kasar saat mendengar suara yang baru ia kenali setengah jam lalu.
"Kenapa gue harus jagain motor Lo?"
"Awasin aja adek gue. Jangan sampai dia bikin taruhan bayarannya motor ke enam gue!"
Tut!
Sambungan telepon terputus membuat Ara menatap heran ke arah handphone nya.
Nichol lah yang menelepon ke nomor Ara. Seperti yang kalian tahu, ia meminta Ara mengawasi motor Nichol agar tak jadi korban kebodohan Noah.
"Siapa?"
Ara menatap sebal ke arah Noah "Jangan pernah lo balap dengan motor sebagai taruhannya!" Ancam Ara di depan wajah Noah.
"Ah, Nichol."
Noah mendengus sebal ketika Abang nya satu itu masih saja mementingkan motor ke enam nya. Sedangkan dia? Di tinggalkan hanya untuk seorang Sheila. Dia senang sih, abangnya sudah mulai membuka hati. Tapii bagaimana ya?
"Dah! Mending lo nontonin gue aja," ujar Ara yang membuat Noah terkejut. "Giliran gue abis ini, ayo!" Lanjutnya. Sebelum Noah membuka mulut, Ara sudah menarik Noah ke tempat penonton.
πππ
Sheila masih saja terdiam meskipun motor Nichol sudah berada di pekarangan rumahnya. Tangannya masih setia memegangi pundak Nichol.
"Nggak akan turun?" Pertanyaan dari Nichol itu membuyarkan lamunan Sheila.
"Am emm," Sheila tampak gelagapan,Β tapi dia langsung turun dari motor Nichol.Β "Makasih,"
Nichol mengangguk mendengar ucapan terimakasih dari Sheila. "Emm... soal tadi-" "Jangan dibahas," Nichol memotong cepat.
Sheila mengangguk canggung menanggapi itu. Dia menunjuk kearah rumah nya ragu ragu dan berkata "Gue duluan,"
Nichol mengangguk dan memperhatikan Sheila masuk kerumah nya dengan aman. Setelah itu memasang kembali helm full face nya. Ah, tapi sebelum dia mengambil perjalanan pulang,Β dia memutuskan mengambil handphone nya dan menghubungi seseorang.
"Halo?"
"Tolong jagain motor gue,"
"Kenapa gue harus jagain motor Lo?"
"Awasin aja adek gue. Jangan sampai dia bikin taruhan bayarannya motor ke enam gue!"
Tut!
πππ
Sheila terbangun karena merasakan sinar matahari menusuk matanya. Dia melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 8 pagi. Untung saja hari ini, hari minggu.
Entah kenapa hari ini Sheila sangat malas untuk bergerak. Oh, mungkin karena faktor tamu bulanan yang baru Sheila dapat akhir-akhir ini.
Sheila mengambil selimut dan membalut badannya dengan selimut itu. Setelah merasa sinar matahari tak mengusik lagi, Sheila berniat melanjutkan tidurnya.
Tapi sialnya, suara ketokan pintu dari Kimberly membuat Sheila tak bisa kembali tidur. "KENAPAA?" Tanya Sheila agak berteriak. Dia malas membuka pintu.
"LA KELUAR!" titah Kimberly dari luar sana
Sheila menjernihkan dahinya. Kenapa dia harus ribet-ribet ke luar? Sementara kasur empuk masih menemaninya sekarang. "MALES!!"
Setelah berkata seperti itu, Sheila berniat melanjutkan tidurnya. Tapi ucapan Kimberly membuatnya langsung berdiri dalam satu detik.
"DADDY UDAH PULANG!"
πππ
"Kenapa bisa gitu?"
Pertanyaan intropeksi dari daddy mereka selalu membuat Sheila dan Kimberly diam tak berkata. Karena faktanya, ayah angkat mereka yang satu ini adalah orang paling di takuti dalam dunia mereka.
"Kenapa bisa kalian nggak jadi main cuman gara-gara cowok?" Tanya daddy mereka untuk kesekian kali.
"Maaf dad," sesal Kimberly.Β Dia yang seharusnya paling bertanggung jawab di antara keduanya. Tapi dia malah lalai.
Daddy mereka menghela nafas panjang dan menatap mereka berdua dalam. "Mungkin sudah waktu nya kalian dapet perawatan lagi,"
Sheila menggeleng mendengar usulan daddy mereka. Dia sangat sangat sangat membenci perawatan seperti itu. Suara mesin medis dimana-mana sangat tak cocok dengan telinganya.
"NGGAK ada bantahan!" Final daddy mereka yang membuat Sheila kicep.
Meskipun awalnya dia mau protes. Tapi kalau daddy mereka sudah membuat keputusan final seperti itu, sudahlah tak akan habis jika kau minta nego. Yang ada, malah hukuman mereka yang di tambah.
"Bagus!" Seru daddy mereka. "Kalian akan ambil perawatan nanti siang, sebelum daddy kembali ke LA,"
Kimberly dan Sheila membelak ketika mendengar daddy mereka akan kembali ke LA. Meninggalkan Sheila dan Kimberly di Jakarta lagi.
"Daddy mau balik lagi ke LA?" Tanya Sheila. Dia memasang tampang murung.
Daddy mereka mengangguk. "Daddy harus kerja kan,"
"Oh iya!" Daddy menggantungkan ucapannya dan menatap ke dua anak angkatnya. "Jangan lupa laundrian ambil. Kalau mau mesen makanan, uang masih banyak di brankas, dan jangan pernah lupa pr kalian!" Lanjutnya sembari menekan kata pr di hadapan dua putri angkatnya.
Sheila dan Kimberly mengangguk. Selalu saja seperti ini. Setiap kali daddy mereka meninggalkan rumah untuk bekerja, mereka berdua selalu mengandalkan uang.
Pesan makanan saja. Cucian laundry saja. Itu lah kata kata yang di ajarkan daddy mereka. Jadi, karena itu Sheila dan Kimberly tak pernah bisa memasak.
Dan mereka juga tak pernah bisa merasakan masakan rumah. Karena daddy nya tidak pernah mau menyewa pembantu. Dia tidak terlalu suka dengan orang asing.
Sheila dan Kimberly hanya bisa menghela nafas pasrah.Β Mereka masih harus bersyukurkan? Setelah di adopsi dari panti asuhan dan mendapat keluarga. Dan juga kekayaan yang berlimpah. Iya kan?
πππ