Chereads / -MY STORY- / Chapter 14 - XIII || MY STORY

Chapter 14 - XIII || MY STORY

"Saat bersamamu, ada rasa yang aneh dan hangat menyebar di hati,dan kuharap, dari rasa itu bisa muncul kepastian di antara kita,"

~Nicholas Bramantya~

πŸ—πŸ—πŸ—

"Akh!" Keluh Sheila lagi ketika Nichol mencetak gol untuk sekian kali. Poinnya dengan Nichol cukup tertinggal jauh. Nichol yang melihat frustasi nya Sheila terkekeh. "Gimana? Gue jago kan?" Ledek Nichol.

Sheila mencibir mendengar ucapan Nichol. Dia membanting bola basket nya saking kesalnya. "Tau ah!"

Nichol tersenyum melihat Sheila seperti itu. "Tapi lo main lumayan juga," puji Nichol. "Nggak biasanya ada cewek yang bisa tahan ngelawan gue," lanjutnya

"Bukan biasanya, tapi lo gengsian sama cewek!" Ucap Sheila menohok Nichol.

"Sialan lo!" Geram Nichol. "Mau main lagi?" Tanyanya.

Sheila membelak mendengar ajakan Nichol. "NGGAK!" tolaknya cepat. Bayangkan saja? Mereka sudah main dua jam di sini. Sheila terduduk di pinggir lapangan sembari meneguk minumannya.

Nichol mengambil posisi duduk depan Sheila. Hanya memperhatikan gadis itu minum dengan kelelahan. Nichol tersenyum kecil sembari memperhatikan Sheila. Sebentar lagi, tujuan awalnya akan tercapai.

Sheila yang merasa di perhatikan, menaikan kepalanya. Dia tertawa kecil melihat Nichol yang tiba-tiba salah tingkah ketika kepergok memperhatikan dirinya. "Gue tau gue cantik,"

"PD banget sih mbak nya," jawab Nichol.

Sheila kembali terkekeh. Biasanya, kondisi ini selalu terjadi di novel-novel. Tapi bedanya, di novel romantis cewek yang malu karena kepergok memperhatikan laki nya. Lah ini malah kebalikannya. Memang epic.

"Mau minum?" Tawar Sheila sembari memberikan botol minumannya yang sisa setengah. Nichol tidak bisa bohong kalau ia haus. Dengan sigap, ia mengambil botol minum di tangan Sheila dan meneguknya.

Sheila hanya geleng-geleng sendiri. Tapi kemudian pipinya merona. "Ini kita ciuman secara nggak sengaja,nggak sih?" Batin Sheila. Dia merasa pipinya panas sekali. "Kayaknya gue harus konsul ke daddy,"

Hening seketika. Mereka berdua malah melirik lirik sekitar lapangan entah mencari apa. Seketika muncul ide cemerlang dari kepala Sheila. Mari gemparkan media sosial.

"Nic, liat sini!" Titah Sheila.

Nichola menatap heran Sheila yang mengeluarkan handphone nya sembari menyengir bodoh. "Cheese to the camera!"Β  Nichol yang tak paham maksud Sheila hanya mengikuti.

Cekrek!

Sheila terkejut dan merasa geli sekaligus dengan hasil jepretannya. Dia akan mengakui, skill foto nya bagus. Atau mungkin, manusia yang ia foto terlalu sempurna wujudnya.

Dengan senyum devil, Sheila menuju instagram nya. Nichol yang penasaran apa yang sedang dilakukan Sheila, pergi menuju sebelahnya. Begitu terkejutnya ia, mendapati postingan yang men tag nya.

Sheila.permana β˜ πŸ€ @nicholas.bramantya

Bry_noah wah bukan abang gue ini mah! @Imbrandon

Karin.L ini nichol? Ah gamungkin, dia ngk bisa senyum

Imbrandon NGAKAK @Karin.L, lo kesambet apaan chol?@nicholas.bramantya

KayKimber MAKSUD KALIAN APA?😭

Lambeturahkenangan ini kak nichol sang ice king? ASTAGAA SEYUMNYA MELELEHKAN DUNIAKUU

QueenAirin lo ngapain nge post foto pacar gue bitch?

KayKimber Idihhh ngaku ngaku lo! @QueenAirin

Sheilahaters ih nggak cocok! Kak Nichol punya aku 🀬. Awas kak! Nanti badan kakak di bikin patah!

Nicholas.bramantya jijik @QueenAirin

Sheila.permana pinter banget lo! Gue aja kaget @Bry_noah @Karin.L . Nggak ada maksud apa apa @KayKimber. MAMPUS LO! @QueenAirin . Lo mau? Gue langsung bikin lo masuk IGD deh😏 @sheilahaters

Saat hendak memprotes, Sheila menutup kolom komentarnya. Nichol yang tak bisa mengomen apa-apa lagi di hp nya, menatap orang yang iseng memposting fotonya. "Rese lo!"

Sheila menahan tawanya melihat wajah Nichol yang seperti menahan malu. "Makanya jangan jaga image segala! Pake dingin-dingin ke orang," ledek Sheila "Aslinya? Labil banget beneran,"

"Hapus nggak?" Ancam Nichol. Sheila menjauhkan hp nya dari Nichol. Ia menjulurkan lidahnya "Nggak!"

Nichol sebal dengan wajah Sheila yang seperti anak kecil meledek orang dewasa yang sedang menasehatinya. "Hapus sayang," geram Nichol.

Sheila seharusnya tahu, kalau kata 'sayang' yang keluar dari mulut Nichol hanya untuk mengoloknya. Tapi entah kenapa, jantung nya berdebar-debar seperti habis di ajak lari marathon.

Nichol yang melihat Sheila agak lengah, hendak mengambilΒ  handphonenya. Tapi sial! Sheila terlalu gesit menghindar. Dengan sekuat tenaga, Sheila berlari melarikan diri dari Nichol. "Tangkep gue kalau bisa!" Ledeknya dengan tawa menggelegar.

Nichol tersenyum mendengar tawa Sheila. "Oke!" Segera Nichol menangkap Sheila. Dia penasaran, kenapa Sheila berlari lebih cepat dari tadi saat bermain basket? Padahal, tadi Sheila lah yang mengeluh cape sehabis bermain basket.

Nichol menggelengkan kepalanya sembari tertawa kecil melihat tingkah gadis yang sedang berlari di depannya. "Lama lo!" Ledek Sheila dari kejauhan. Nichol segera menambah kecepatan larinya begitu mendengar ledekan Sheila.

"Kena lo!" Seru Nichol saat ia merengkuh tubuh kecil Sheila dari belakang. Sheila yang berada di pelukan dada bidang Nichol merasa risih karena badannya basah akibat berlari. "Nichol ih! Badan lo bau tau nggak?!"

Nichol terkekeh mendengar omelan Sheila. Bukannya melepaskan, Nichol malah mengeratkan pelukannya pada Sheila. Ia menggesekkan rambutnya ke sebelah kepala Sheila. "Makan nih bau!" Canda Nichol

"Iihhhh! Nichol seriusan keringetan!" Keluh Sheila saat merasa air keringat Nichol jatuh ke pipi nya. Nichol malah tertawa gemas akan sikap Sheila. "Biarin gini dulu,"

Nichol menghirup aroma parfum yang keluar dari tubuh Sheila. Rasanya begitu wangi. Sheila yang merasakan hembusan nafas Nichol, kembali berdetak cepat.

"Modusnya bisa aja bang," ujar Sheila memecah keheningan antara mereka selama beberapa menit. Dengan setia juga, badan Nichol masih memeluk Sheila. Nichol terkekeh mendengar ucapan Sheila. "Bye the way, lo suka harum lavender ya?" Tanya Nichol

Sheila menganguk dengan antusias. Aroma lavender benar-benar membuat dia rileks dan nyaman. Seolah tak ada stress dan beban di pundaknya.

Nichol terkekeh merasakan anggukan Sheila yang antusias di pelukannya. Setelah itu, ia melepaskan pelukan yang terjadi selama beberapa menit itu. Takut kepergok.

Sheila mengibas-ngibaskan baju yang kebesarannya. Karena memang, ini bukan bajunya, melainkan baju Nichol. Mereka sengaja mengganti baju sebelum bermain. Dan untungnya, Nichol membawa baju lebih. Entah untuk apa, tapi itu berguna sekarang.

Sheila menghirup aroma tubuhnya. Dan yang ia cium, asam. Badannya benar-benar bau keringat sekarang. Dengan hidung yang mengerucut, Sheila menatap Nichol. "Pulang yuk! Badan gue bau," ujarnya.

Nichol hanya mengangguk setuju. Karena memang, ia juga keringetan. Mereka membereskan barang mereka, dan pergi pulang. "Jadi ini ke mall cuman main basket?" Ledek Nichol dengan kekehan.

Sheila membalas Nichol juga dengan kekehan kecilnya. "Lumayan hemat uang," ujar Sheila.

Nichol mengangguk paham "Bagus deh," ujarnya.

Sheila menyerngitkan dahi bingung. Apa yang bagus? Perasaan semua biasa saja. Nichol yang sadar bagaimana tatapan Sheila terkekeh. "Bagus, berarti lo ada perkembangan. Lo udah lebih sopan," lanjutnya.

Sheila membuka mulutnya membentuk huruf o saat mendengar penjelasan Nichol. Kepalanya juga ikut mengangguk. Nichol terkekeh melihat ekspresi Sheila yang menggemaskan.

Jujur, Nichol lebih suka Sheila yang ini. Yang kalem, dan bisa di ajak bercanda. Tapi juga tau waktu dimana harus serius. Setidaknya, ajarannya seminggu ini tak sia-sia.

Sheila yang tadinya mengangguk langsung berhenti begitu menyadari sesuatu. "Eh apa? Emang pikiran lo ke gue pertama kali apaan?" Tanya Sheila dengan mata memincing.

Nichol yang melihat tatapan Sheila seperti itu sudah siap dengan siaga satu. "Lo orangnya cantik kek bidadari," gombal Nichol. Dan percayalah, ini pertama kali Nichol mengombali seorang cewek. Ia tahu, pasti gombalannya basi.

Tapi ternyata, itu berhasil membuat pipi Sheila merona. Karena faktanya, baru pertama kali ia di gombal dengan cara yang begitu sederhana. Biasanya langsung dengan nyanyian besar dan 20 karangan bunga di halaman sekolah. Yah, itu pengalamannya di LA. Benar-benar berbeda dengan Indonesia.

Nichol yang melihat semburat merah muda di wajah Sheila tersenyum penuh kemenangan. "Nge blush neng?" Ledek Nichol dengan tawa.

Sheila memukul lengan Nichol pelan. "Apaan sih?!" Sebalnya karena bisa tertarik dengan gombalan ringan seperti itu. "Serius ih, chol!" Tegas Sheila.

Nichol yang sedang tertawa menghentikan tawanya sebentar, "oke-oke," balasnya kepada ucapan tegas Sheila "Lo itu cantik, tapi sayang lo nakal kebangetan," jujur Nichol. Sangat jujur.

Sheila melongo melihat jujurnya Nichol. Memang bisa ya? Cowok menjadi sejujur itu di depan cewek? "Terserah ah!" Ketusnya

Nichol kembali di buat terkekeh oleh sikap Sheila. Ia akui, dirinya memang labil. Tapi gadis di depannya ini tak kalah labil dengan dirinya sendiri.

"Silahkan tuan putri," canda Nichol saat ia membukakan pintu mobil untuk Sheila.

Sheila juga terkekeh dengan sikap Nichol. Dia memutar bola mata malas saat mengingat sikap asli Nichol di sekolah. Aneh. Sok-sok an dingin. Gajelas. Ngomomgnya selalu singkat. Tapi entah kenapa semua kaum hawa klepek-klepek terhadapnya.

"Kepala lo kebentur ya, chol?" Heran Sheila begitu mendapati perilaku Nichol yang berbeda. Nichol nampak berpikir sebentar kemudian teringat. Dia memegangi bagian depan kepalanya. "Ini kayaknya kena bola basket yang lo lempar," sindir Nichol mengingat lemparan buruk Sheila di poin ke 15.

Sheila mengerucutkan bibirnya sebal dengan ucapan Nichol. Lagi-lagi, dia harus mengingat kejadian memalukan itu. "Lagian lo sendiri yang ngalangin depan ring,"

"Kan emang gitu cara main basket sayang," geram Nichol. Dia tak tahu pikiran Sheila kali ini tentang main basket. Masa saat lawan ingin mencetak gol, ia beri dengan senang hati? Ada-ada saja Sheila ini

"Au ah! Nichol nyebelin!" Sebal Sheila. Nichol mendelik mendengar penuturan Sheila. Tapi karena dia tak ingin berdebat lagi, Nichol lebih memilih menjalankan mobilnya menuju rumah Sheila. "Ya maaf," ucap Nichol saat mereka sudah keluar dari parkiran mall.

Sheila mengerutkan dahinya. "Tumben lo ngalah," heran Sheila. Nichol tersenyum penuu arti "Kalau masih debat, yang bayar parkir siapa? Gue nggak ada receh," ucapan Nichol sukses membuat Sheila geram.

"Ihhh NICHOL!! KAN SEKARANG BAYAR PARKIR PAKE E-MONEY IH!" kesal Sheila sembari memukul pundak Nichol ringan. Sementara yang dipukul? Dia hanya tertawa karena berhasil membuat Sheila tertipu. Tanpa mereka sadari, rasa yang pasti itu perlahan muncul di antara mereka.

πŸ—πŸ—πŸ—