🗝🗝🗝
GEDUNG UTAMA PERUSAHAAN BERLIAN BESAR, STAR COMPANY MELEDAK TADI MALAM. KERUGIAN MENCAPAI RATUSAN MILIAR
Begitulah judul berita ter hits hari ini. Televisi, majalah, internet, bahkan koran membicarakannya. Karena masalahnya penyebab ledakan nya tidak di ketahui. Kecuali, oleh seseorang.
"Lo nggak mikir itu berlebihan waktu kita pasang peledak?" Tanya seseorang dengan rambut hitam legam yang tergerai bebas. Dengan pakaian hitam sempurna melekat di tubuh nya, membuat dia menyamar di kegelapan malam.
"Nggak," jawab cepat seseorang dengan rambut pirang yang terkuncir kuda. Dia berdiri dari posisi duduknya. "Kita jadi dapet pertunjukan spektakuler," lanjutnya
"Yah, dan pertunjukan api itu di hentikan satu jam kemudian oleh pemadam kebakaran," kata orang berambut hitam itu. "Respons Indonesia terlalu membosankan, huh!" Lanjutnya. Dia juga mengikuti temannya berdiri.
"Yeah, it's better in LA!" Orang berambut pirang menatap gedung yang sudah hancur akibat mereka. Dan tak lama kemudian, warna jingga hampir mendominasi langit hitam. "Let's go home, udah mau fajar!"
Orang berambut hitam mengangguk, merespon temannya. Dan mereka pergi dari atap gedung tingkat lima itu. Menghilang di kegelapan yang masih tersisa.
🗝🗝🗝
SMA kenangan sedang di hebohkan dengan berita meledaknya gedung milik perusahaan besar salah satu muridnya.
"Lo denger beritanya?"
"Gila sih, kabarnya mereka hampir bangkrut!"
"Kak Airin miskin dong sekarang?"
Kurang lebih begitu desas desus yang beredar tentang perusahaan keluarga Airin yang hampir bangkrut. Sedangkan, dua orang yang baru datang kebingungan. Apa maksud dari berita ini?
Sheila dan Kimberly yang baru datang kesekolah terlihat linglung saat mendengar desas-desus sepanjang koridor. "Eh, do! Ini ada apaan sih?" Tanya Kimberly saat melihat teman sekelasnya, aldo lewat.
"Lo berdua nggak tau?" Tanya Aldo.
Kimberly dan Sheila menggeleng bersamaan. Memang kenyataannya mereka tak tahu. Mungkin.
"Si Airin mau bangkrut," lanjutnya.
Kimberly dan Sheila membelakkan mata mereka terkejut. Bahkan mulut Sheila hampir terbuka. Tapi itu hanya semenit. "Emang si Airin kaya?"
Tuk!
"Bego lo di simpen dulu napa?!" Kesal Kimberly pada sahabatnya itu. Sheila memegangi kepala belakangnya yang selalu menjadi target pukulan Kimberly.
"Ya kan gue nggak tau!" Ketus Sheila.
"Udahlah, gue pergi dulu!" Pamit Aldo. Dari pada dia harus melihat tingkah ajaib Sheila, teman sekelasnya itu.
Sheila dan Kimberly mengangguk menanggapi Aldo. Setelah Aldo berlalu, mereka segera masuk kelas. Dan dalam kelas, pemandangan yang sangat jarang terjadi terlihat.
Airin menangis. Sang ratu bully yang selalu merendahkan orang-orang, berakhir terpuruk. Karena ekonomi kekuarganya yang berada di ujung tanduk. Sheila meringis melihat kondisi Airin. Sementara Kimberly, diam tanpa kata.
"Emang ledakan nya berpengaruh banget, ya?" Tanya Sheila kepada Kimberly yang diam termangu "Segitu ancurnya si Airin," lanjutnya.
Airin yang mendengar ucapan Sheila menggebrak meja. Mengagetkan se isi kelas. Airin mengambil langkah mantap ke arah Sheila. Dan,
Plak!
Sheila memegang pipi sebelah kanannya yang terasa panas. Airin menamparnya. Super keras. Dengan mata penuh kilatan amarah, Sheila mengangkat wajahnya. "Maksud lo apa?!" Tanya Sheila nyalang
"Gue nggak ancur kayak kata lo, bitch!" Geram Airin. Dia menggertakkan gigi-gigi nya karena kesal.
"Idihhh, punya kaca lo?" Tanya Sheila "Liat kondisi lo sekarang," lanjutnya. "Udah miskin masih aja bisa lawan," pancing Sheila. Dia butuh seseorang untuk di jadikan pelampiasan emosi sekarang.
Tapi yang terjadi tak sesuai ekspetasi Sheila. Bukannya membalas pancingan Sheila, Airin hampir meneteskan air matanya. Semua orang yang berlalu lalang, berhenti hanya untuk melihat perkelahian Sheila dan sang ratu bully, Airin. Tidak jarang, orang dengan semangat 45 merekam kejadian ini.
"Lo tuli, kah?" Tanya Sheila. Emosinya benar-benar di ujung tanduk saat melihat mata Airin yang memerah. Mungkin sebagian orang akan merasa bersalah, tapi tidak dengan Sheila sekarang.
Sedangkan Kimberly, dia diam menonton. Dia perlu tontonan menarik setelah kecewa saat marathon drama tadi malam. Tanpa punya niat sedetik pun untuk membantu atau melerai. Kimberly memilih berdiri di sebelah sembari bersedekap dada.
Airin masih diam dan tak menanggapi Sheila. Dia meredam seluruh emosi nya, berpikir dia tidak boleh membuat masalah sekarang. Bisa-bisa dia di keluarkan.
"Jangan mikir lo bisa ngeredam emosi," gumam Sheila, tapi cukup terdengar. "Lo duluan yang mukul gue, lo harus tanggung jawab!" Geram Sheila.
Saat kata tanggung jawab keluar dari mulut Sheila. Kimberly mengarahkan pandangannya cepat ke Sheila. Kata itu, adalah kata siaga satu bagi kemarahan Sheila yang tiada tara. Kimberly sudah bersiap jika Sheila melakukan perilaku di luar batas wajar.
"Lo mau gue tanggung jawab apaan?!" Nyalang Airin. Air mata sukses lolos dari tempatnya. "Gue udah nggak punya apa-apa!" Amuknya. "Iya lo bener! Gue ancur! Puas lo?!"
Sheila tertawa remeh melihat lemahnya gadis di hadapannya sekarang. Padahal dua menit lalu, dia yang menampar orang sesuka hati. Tapi sekarang dia yang menangis. "Lo nangis nggak akan nyelesain masalah," dingin Sheila.
Desas-desus murid yang menonton maki terdengar jelas sekarang. Perkelahian ini pasti akan jadi berita ter hits bagi lambe turah SMA Kenangan. Sedangkan Kimberly, dia masih was-was Sheila akan ke bablasan.
"Ini kenapa, Kim?" Tanya seseorang yang baru saja datang. Kimberly melirik ke samping kanannya dan melihat Karin yang berhasil menerobos keributan orang-orang. "Lo liat aja," balas Kimberly sembari menunjuk Sheila dan Airin dengan dagunya.
Karin memperhatikan dengan baik apa yang terjadi di depannya. Begitu pula Kimberly. "Ini nggak bagus," gumam seorang bersuara berat. Kimberly mengangkat wajahnya dan mendapati Brandon beserta Noah di belakang.
"Kenapa, Bran?" Tanya Noah penasaran. Begitu pula Karin. "Airin bakal bertindak,"
"Jadi lo mau apa?!" Geram Airin karena urusannya dengan Sheila belum beres. "Lo biasanya tau apa yang harus di lakuin kan?" Tanya Sheila. Mereka terdiam sebentar fokus pada pikiran masing-masing. "Eh? Gue salah, Airin sang ratu bully sudah pensiun ya?" Lanjut Sheila.
Dia melangkahkan kaki nya agar berada tepat di samping Airin. Sheila melihat Airin dari ujung matanya dan tersenyum miring. "Udah lemah," bisiknya dan menabrakkan bahunya dengan bahu Airin.
Tapi Airin tetaplah Airin. Dia menarik rambut Sheila dan membawa tubuh gadis yang telah merendahkannya ke hadapannya. Sheila sedikit meringis kesakitan. Tapi di balik ringisan itu, dia tersenyum puas. "This is the monster,"
Karena tak bisa tinggal diam, Sheila mengambil tangan Airin yang memegang rambutnya, dan memutarkan tangan Airin hingga jambakannya terlepas. Airin meringis kesakitan merasakan genggaman tangan Sheila yang begitu keras.
Tangannya terasa super sakit saat di putar tanpa ampun oleh gadis di depannya. Kuku-kuku panjang Sheila menancap sempurna di kulit Airin. "For your information.." Sheila menarik lengam Airin dan mengunci pergerakannya. "Gue lebih kuat," lanjut Sheila sembari membantingkan Airin hingga badannya mencium lantai.
Semua orang disana berteriak histeris saat melihat perlakuan kasar Sheila terhadap Airin. Karin menutup mulut tak percaya. Sedangkan Noah sudah ternganga. Brandon juga terkejut, karena dia tidak bisa membaca pergerakan Sheila entah kenapa.
Sheila belum berhenti. Dia benar-benar badmood pagi ini. Dan hampir serasa ingin membuat seseorang meringis menangis meminta ampun menggunakan namanya. Dia menekan dengan keras tangan Airin yang telah berada di belakang badannya sendiri.
"Akhhh!!" Jerit Airin yang merasakan sakit luar biasa. Rasanya tangannya hampir patah. Semua orang yang berada di sana juga meringis kesakitan melihat wajah Airin. "Sh-e-illa- pl-i-s," Airin sudah kesulitan bicara menahan kesakitan.
Dan Kimberly harus menghentikan Sheila mode monster sebelum dia berubah menjadi demon. "Sheila Laurie Permana!" Bentak Kimberly agar Sheila berhenti. Tapi itu tidak mempengaruhi Sheila sedikit pun.
"Akh! Shei-"
"ERLINA SHEILA LAKSMANA!!"
Deg!
Sheila langung berhenti saat dia mendengar nama yang sangat ia benci seumur hidup. Bukan hanya Sheila, Karin dan Brandon membelakkan mata tak percaya mendengar nama itu. Begitu pula Noah yang familiar dengan namanya.
Mata Sheila yang di penuhi kabut amarah seketika menghilang. Dia berdiri dari posisi mengekang Airin di lantai, menuju hadapan Kimberly. "Jangan.sebut.nama.itu.lagi," desis Sheila sembari mengangkat telunjuknya ke hadapan Kimberly.
"Lo hampir kelewatan, La!" Ujar Kimberly. Dia menepuk dengan keras telunjuk Sheila yang berada di udara. Sheila seketika sadar dia benar-benar hampir berubah menjadi dirinya yang lain di sekolah.
Karin yang melihat interaksi kedua orang itu, hendak menanyakan sesuatu yang penting. Tapi itu ter pending, saat sesuatu yang lebih penting manghampiri.
"Ada apa ini?!" Suara Bu Leti memotong keributan di depan kelas 11 IPS 3. Dia melihat Airin yang berantakan jatuh di lantai, dan Sheila yang tak kalah acak-acakkan. Di situ, dia tahu siapa yang ribut. "Sheila, Airin, ikut ibu ke ruang bk!" Titah Bu Leti.
🗝🗝🗝