"Memaafkan lebih baik dari pada mendemdam. Karena dengan memaafkan, tujuan lain akan sangat mudah untuk di dapat,"
~Sheila Laurie Permana~
🗝🗝🗝
"Sheila!" Bentak Bu Leti kepada anak didiknya yang sedari tadi diam tak merespons. Sheila hanya menatap Bu Leti dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh siapa pun.
Bu Leti memegang kepalanya yang hampir pecah mengurus anak murid nya satu ini. Baru satu minggu Sheila sekolah, tapi dia sudah di kategorikan sebagai anak nakal di sekolah. Dia jarang mengerjakan tugas, dan sering sekali bolos.
Tapi kali ini, tangan Airin retak ringan hanya karena seorang gadis SMA biasa. Bu Leti tak habis pikir, apa yang ada di kepala muridnya itu.
"Kamu itu mau jadi apa waktu besar, Sheila?!" Geram Bu Leti. "Kamu selalu absen ke BK sejak seminggu terakhir. Padahal kamu masih murid baru!"
"Lalu?" Sheila bertanya sembari mengangkat pelan kepalanya yang tertunduk. Dia menaikan satu kakinya ke kaki lain. Menaruh kedua tangan di atasnya. Kilat amarah kembali terlihat. Sheila benar-benar tidak bisa menahan amarah seumur hidup.
"Kenapa kamu malah nanya saya?! Tanya diri kamu sendiri! Kenapa bi-" ucapan Bu Leti terpotong oleh Sheila dengan pertanyaan mengejutkan. Bahkan yang awalnya berdecak pinggang, tangan guru itu berpindah menuju atas meja karena terkejut.
"Kenapa gue nggak di keluarin?" Tanya Sheila dengan kilatan dendam dan amarah.
🗝🗝🗝
Kimberly sedari tadi hanya mondar mandir di depan BK. Dia ingin menjadi penenang sahabatnya saat dia sudah keluar. Bukan penenang siapa tahu Sheila menangis. Bukan, bukan itu tugas Kimberly. Tapi dia harus menjaga orang di sekitar sekolah agar tak menjadi incaran amarah Sheila.
Dia tahu betul, kalau Sheila adalah pribadi yang jarang marah. Tapi sekali marah, dia bisa menghancurkan seisi gedung sekolah. Di saat sedang menunggu dengan perasaan cemas, seseorang menarik tangan Kimberly dengan paksa. Dia mengangkat kepalanya dan menemukan, orang yang menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping.
"Lepas!" Kimberly berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Brandon. Tapi, Brandon malah mengeratkan genggamannya. Kimberly kembali berusaha melepaskan tangannya.
Ketika merasa Kimberly semakin memberontak, Brandon berhenti dan membalikkan badannya tanpa aba-aba. Itu menyebabkan Kimberly menabrak dada bidang Brandon.
Kimberly mengelus jidat nya yang terbentur. Dia mengangkat wajahnya, dan menemukan mata tajam Brandon menatapnya dengan tatapan memelas. "Please ikut gue sekali, Kimber," mohon Brandon.
Deg!
Kimberly tak tahan melihat wajah memelas Brandon. Ingin rasanya ia menangis sekarang. Sebenarnya dia kenapa? Masa sistemnya rusak?.
Karena merasa Kimberly tidak memberontak lagi, Brandon melanjutkan langkahnya. Ada urusan yang perlu ia selesaikan dengan Kimberly.
🗝🗝🗝
"Lo ngapain bawa gue kesini?" Tanya Kimberly saat ia mengetahui, Brandon membawanya ke uks. "Kalau lo mau bawa gue buat minta maaf ke Airin, gue minggat!" Ketus Kimberly.
"Airin nggak disini, dia di rs," jawab Brandon. Kimberly langsung menatap Brandon dengan tatapan terkejut. "Sheila bodoh!" Batin Kimberly.
"Gue bawa ke sini buat ini," Brandon membuka pintu uks dan nampaklah Karin dan Noah sedang mengobrol serius.
Rahang Kimberly mengeras saat mengetahui alasannya adalah Karin. "Ngapain? Gue nggak ada urusan sama kalian!" Ketus Kimberly. Saat ia hendak berbalik, satu kata yang keluar dari mulut Karin menghentikannya.
"Maaf,"
Kimberly membalikkan badannya, dan mendapati Karin yang sudah menangis. "Maafin gue, kim!" Mohonnya.
"Lo kira maaf bakal nyelesain masalah?" Dingin Kimberly.
"Maaf, maaf, maaf," tapi hanya kata maaf yang mampu kekuar dari mulut Karin.
"Udahlah Kim, maafin aja," timpal Brandon.
Kimberly melayangkan tatapan membunuh kepada Brandon. "Maafin aja? Gue di keluarin gara-gara kalian. Dan lo bilang maafin aja?!" Nyalang Kimberly. Dia tertawa remeh di hadapan Brandon "Lo juga salah kan? Lucu," lanjutnya
"Gue juga minta maaf, Kim!" Balas Brandon nyalang. "Gue selalu datengin panti sejak itu! Gue selalu dihantui rasa bersalah!" Lanjutnya.
"Terus kenapa lo malah belain Karin?! " tanya Kimberly sembari menunjuk Karin yang sudah mengeluarkan banyak air mata.
Bukanya menjawab, Brandon menarik tangan Kimberly dan membawa tubuhnya ke dekapan hangatnya. "Sorry, i am really really really sorry Kim!" Bisik Brandon di telinga Kimberly.
Karin memutuskan untuk bergerak dan menggantikan Brandon yang sedang memeluk Kimberly. "Sorry Kim!" Ucap Karin sembari memeluk Kimberly. Karin menyimpan kepalanya di ceruk leher Kimberly. "I am really fell guilty,"
Sementara Kimberly, tubuhnya membeku sejak Brandon melakukan gerakan mendadak saat memeluknya. Hati dan matanya memanas saat mendengar Karin memohon maafnya dalam pelukannya. Dan sekarang Kimberly semakin kebingungan. Sistemnya rusak?!
🗝🗝🗝
Sheila membuang nafasnya kasar saat sudah keluar dari ruang BK. Ucapan BuLet terus terngiang di kepalanya.
Flashback...
"Kalau bisa, pasti sudah lama di lakukan" ucap BuLet. "Pihak sekolah selalu menoleransi murid yang bisa menebus kerugian yang di buatnya," lanjut BuLet
"Matre," gumam Sheila
"Suruh daddy kamu ke sekolah besok, ibu mau buat perjanjian dengan beliau," jelas BuLet "Untuk sekarang, guru-guru sedang berdiskusi untuk hukuman yang akan kamu terima. Mungkin bisa berupa dispensasi satu minggu," lanjutnya.
Flashback off...
"Daddy ke sekolah?" Sheila bertanya kepada dirinya sendiri. Sedetik kemudian dia terkekeh "Mana bisa,"
Sheila berjalan menuju kelasnya. Dan disepanjang koridor, murid-murid menggosip di belakang Sheila tentang apa yang terjadi tadi. Tapi Sheila tak peduli.
Saat sampai di kelas, dia tidak menemukan Kimberly. "Dimana dia?" Batinnya. Sheila menjelajahi seluruh sekolah untuk mencari Kimberly. Dan sekali lagi, dia benci sekokah ini yang ukurannya sangat tak wajar.
Saat melewati uks, Sheila mendengar suara tangis. Dia mengintip dan menemukan Karin menangis di pelukan Kimberly.
Eh?
Apa?
Kimberly?!
Sheila langsung menbanting pintu uks agar terbuka. Semua orang di sana terkejut akan kedatangan Sheila, tapi hanya sekejap. Sedetik kemudian, Karin berpindah memeluk Sheila. Dan kembali melantunkan kata maaf.
"E-eh??" Kaget Sheila yang tiba-tiba mendapat serangan dadakan dari Karin.
"Ini ada apa??" Heran Sheila.
Karin tak membalas, dia malah semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Sheila.
Sheila melayangkan tatapan bertanya kepada Kimberly. Kimberly menjawab dengan desahan panjang "Mereka tau,"
Sheila membelakan matanya. Dia menatap Karin yang sudah melepaskan pelukannya dan Brandon dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa kalian nggak bilang?" Tanya Brandon dengan nada frustasi
Sheila tersenyum miring "Buat apa bilang identitas asli ke orang yang menjadi alasan kita buat identitas baru?"
"Maaf karena gue dulu bikin kalian di keluarin dari sekolah," sesal Karin.
Sheila menghela nafas panjang dan tersenyum semanis mungkin "Iya gue maafin,"
Brandon, Karin, dan Kimberly terkejut akan penuturan Sheila.
"Lo gila?!" Nyalang Kimberly "Mereka udah bikin kita menderita,La!" Lanjutnya
"Iya gue tau," balas Sheila "Tapi bukan berarti mereka nggak bisa dapet kesempatan kedua kan?" Lanjut Sheila yang membuat Kimber menganga.
"Sistem daddy beneran rusak apa gimana?!" Jerit Kimberly dalam hati.
Karin kembali memeluk Sheila dan mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. "Gue mau kita sahabatan kayak dulu lagi," pintanya
Sheila tersenyum manis. Dia menatap Kimberly meminta persetujuan.
Kimberly yang ditatap seperti itu menghembuskan nafas kasar dan mengangguk. Sheila tersenyum puas dengan jawaban tersebut.
"Gue tau lo masih Kimber gue yang sama," bisik Brandon tepat di telinga Kimberly.
Jantung Kimberly berdetak cepat ketika mendengar ucapan Brandon. Dia rasa wajahnya sudah memerah sekarang.
Sheila yang mendapati ada orang lain selain mereka berempat bertanya-tanya. "Lo kenapa ada disini, No?"
Noah menatap Sheila dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi kemudian tersenyum "Gue cuman nemenin Karin,"
Sheila mengangguk ragu mendengar jawaban Noah. Tapi, hatinya berkata lain. Aneh.
🗝️🗝️🗝️