Chereads / -MY STORY- / Chapter 13 - XII || MY STORY

Chapter 13 - XII || MY STORY

πŸ—πŸ—πŸ—

Ting!

Suara notifikasi itu handphone seorang gadis SMA yang masih terjaga pada jam 12 malam. Dengan keringat bercucuran di dahinya, Sheila mengambil handphone nya yang menyala di kegelapan.

"Siapa?" Tanya Kimberly yang sedang mengelap keringatnya. Dan mengambil minum

Sheila mengangkat bahunya tanda tak tahu. Saat ia membuka handphone nya, muncul satu nama yang sedari kemarin mengirimnya pesan.

Sheila terkekeh geli sembari memutar bola matanya. Bagaimana bisa orang seperti ini di bilang orang paling dingin di seluruh sekolah?

Nicholas Bramantya

Besok bangun pagi,

Gue mau bawa lo ke perpustakaan!

Ngapain ke perpus? Rajin amat

Mending gue nge mall

Tulis alamat lo

Gue nggak nerima penolakan!!

Maksa banget sih lo!

Cepet,

Yaudah,

Yaudah apa?

Iya besok gue ikut ke perpusπŸ™„

Good

Tidur sana! Dah malem!

Hmm,

Awas kalau masih aktif!

Kimberly yang sedari tadi hanya melihat Sheila tertawa sendiri, mengerutkan dahi. "Siapa?"

Sheila menatap Kimberly "Nichol," jawabnya singkat.

Kimberly menggeleng mendengar jawaban Sheila. Sejak seminggu terakhir, dia selalu kemana-mana dengan Nichol.

Bahkan saat pulang, dia selalu di antar Nichol. Meski hanya sampai persimpangan.

Ya, sudah satu minggu sejak kejadian Sheila di tampar oleh ayah Airin. Sejak itu, dia melakukan perintah Nichol untuk terus belajar dan belajar agar tidak di keluarkan.

Kalau masalah Airin? Sheila sudah seminggu ini tak bicara lagi dengannya. Tapi, Airin sudah boleh pulang besoknya. Lagi pula hanya retak ringan.

"

Lo suka sama dia?" Tanya Kimberly penuh selidik.

Sheila sedikit terkejut dengan ucapan Kimberly. Hening sedetik, tapi kemudian ia tertawa sekeras mungkin "Gue? Sama dia? Hahahaha,"

Kimberly mengerutkan dahinya melihat reaksi berlebihan Sheila. Ia mengangkat kedua bahunya acuh dan memilih membereskan barangnya. "Kalau lo suka sama dia, gue nggak papa,"

"Sejak kapan gue bilang?" Tanya Sheila

"Lo nggak bilang, gue cuman ngomong," ujar Kimberly "Tapi saran gue, jangan lo duluan yang suka. Lo yang wajib bikin dia jatuh duluan," lanjutnya

Sheila memutarkan bola matanya malas dengan kata-kata puitis Kimberky yang menurutnya over. "Serah," balasnya sembari ikut membereskan barang-barangnya.

Saat sedang membereskan barang-barangnya, Sheila teringat satu hal. "Bye the way, besok Nichol jemput gue di rumah," info Sheila

Kimberly membelak mendengar info dari Sheila "Nggak! Kenapa nggak di persimpangan kayak biasa?" Tolak Kimberly

"Ck! Dia nya yang maksa," decak Sheila sebal.

"No, no, no! Lo lupa? Daddy nggak suka kita bawa temen kerumah?!"

Sheila berdecih mendengar alasan Kimberly "Tenang! Daddy lagi ada urusan di LA, kan?" Ujar Sheila

Kimberly menghembuskan nafas pasrah. "Serah lo!"

Sheila tersenyum penuh kemenangan saat Kimberly kalah di adu debat. Keahlian debatnya memang sudah valid hebatnya. Tidak ada yang bisa membantah.

πŸ—πŸ—πŸ—

Pagi hari telah tiba. Dan jam menunjukkan pukul 7 pagi. Sementara seorang gadis SMA, masih nyenyak dalam tidurnya. Tapi tak lama,

"SHEILA! BANGUN JANGAN NGEBO!!" teriak Kimberly dari luar kamar Sheila.

Sheila yang sayu-sayu mendengar suara Kimberly, malas beranjak. Ia malah kembali membungkus tubuhnya dengan selimut hangat. Sangat malas bergerak di hari sabtu ini. Tapi lagi-lagi, suara nyaring Kimberly membawa Sheila ke dunia nyata.

"SHEILAA!! NICHOL DAH NUNGGU!" bentak Kimberly yang membuat pergerakan Sheila menjadi cepat dengan semangat 45.

πŸ—πŸ—πŸ—

"Ngapain sih lo ke rumah gue pagi banget," keluh Sheila. Dia sebal Nichol datang di pagi buta. Meski di sisi lain ia senang.

"Ini udah jam 7, perpus buka jam 8," jawab Nichol

"Terus? Mau diem aja gitu di perpustakaan sampai sore!?" Keluh Sheila lagi.

Nichol mendelik mendengar ucapan Sheila. "Siapa yang mau sama lo sampai sore?"

Skak! Sheila kehabisan kata-kata. Yang ia lakukan hanya merutuki dirinya sendiri yang terlalu percaya diri. "Sheila bodoh!" Rutuknya.

"Dahlah, ayo naik!" Titah Nichol. Dia berjalan begitu saja ke kursi pengemudi. Sementara Sheila yang melihatnya, geram sendiri. "Bukain dong!" Jeritnya dalam hati.

Tapi apa boleh buat? Itu hanya harapan Sheila. Karena tak mau membuang waktu lebih lama, ia membuka pintu penumpang dengan malas.

Kimberly yang melihat interaksi kedua orang yang baru saja meninggalkan halaman rumah mereka itu, dengan senyum mengembang. Ia merasa puas akan kemajuan Sheila. Sebentar lagi,

πŸ—πŸ—πŸ—

Sheila kembali membuka halaman buku sejarah untuk kesekian kalinya. Begitu bosan rasanya, baru dua jam di perpus. Hanya membolak-balikan halaman buku. Tapi tak ada yang masuk ke otak.

Sementara lelaki di depannya ini terus-menerus melantunkan pertanyaan yang akan membuat otak Sheila pecah. Ia mengalihkan pandangannya dari buku ke Nichol yang sedang fokus dengan buku sejarah yang sama.

Pastinya, ia mencari hal untuk di tanyakan kepada otak Sheila yang pas-pas an dengan sejarah. "Liat bukunya bukan gue," ujar Nichol yang menyadari sedari tadi ia di perhatikan oleh Sheila.

Sheila berdecak sebal dengan perkataan Nichol. "PD banget lo!" Seru Sheila. Nichol tak mengindahkan ucapan Sheila dan kembali fokus dengan bukunya.

Sheila mencibir melihat respon Nichol. Dia kembali memusatkan perhatiannya kepada banyaknya tulisan di buku sejarah "Akh! Gue nggak bisa! Sumpah bosen banget!" Keluh Sheila dengan suara agak besar.

"Stt! Jangan berisik!" Peringat Nichol mengingat mereka sedang ada di perpustakaan. "Baru juga 2 jam," ledek Nichol

Sheila tertawa mentah mendengar ucapan 'baru' dari mulut Nichol. "Baru lo bilang? Asal lo tau, otak gue nggak bisa mencapai kepintaran otak lo yang luar biasa!" Ketus Sheila

"Nggak usah sepinter gue, karena pasti lo nggak bisa," ledek Nichol "Diatas 80, dan sikap lo B aja udah cukup," lanjutnya

Sheila mengerutkan dahinya "Kok B? Orang mah mau nya A," ujar Sheila

Nichol mengalihkan pandangan dari buku ke wajah heran Sheila "Karena dari F ke A, itu jauh!" Balas Nichol.

"Sialan!" Desis Sheila yang merasa harga dirinya jatuh. Meskipun yang dikatakannya benar. Tapi ia belum tahu kebenarannya bukan?

"Gue mau nanya satu hal," Nichol menggantungkan kalimatnya "Kenapa lo lemah banget sama sejarah indonesia?" Lanjutnya

"Gue sekolah di Amrik, wajarlah nggak tau apa-apa tentang Indo," enteng Sheila, tapi Nichol masih belum puas.

"Emang lo berapa lama di Amrik? Sampai sejarah Indo aja cuman sampai tingkat SD,"

Sheila mengangkat alisnya menaggapi pertanyaan Nichol yang sudah jelas ia tahu jawabnnya. Sheila menyingkirkan buku sejarahnya dan menatap Nichol dengan malas. "Itu lo tau, kalau sejarah gue cuman sampai tingkat SD,"

"Tinggal di Amrik, tapi nggak ada bule-bule baratnya," ledek Nichol. Sheila memasang wajah cemberut akan ledekan Nichol.

"Yang penting muka gue masih cantik! Melebihi Selena!" PD Sheila. Nichol memutar bola matanya malas saat Sheila sudah melebih-lebihkan kecantikannya.

"Bye the way, kita mau disini sampai kapan?!" Tanya Sheila yang mulai jengah dengan banyaknya buku-buku yang kembali di bawa Nichol.

Tanpa membalas ucapan Sheila, Nichol meletakkan satu buku lagi dihadapan Sheila. "Beresin dulu baca ini, terus ikut gue!" Ucap Nichol. Dia membersihkan tangannya dari debu yang berada di buku tersebut.

Itu mengakibatkan Sheila batuk-batuk. "Rese banget sih lo!" Omelnya. Nichol hanya membalas dengan senyum menyebalkan dan menunjuk buku yang ia bawa. Dengan malas Sheila membuka kembalii halaman-halaman di buku itu.

Nichol yang melihat Sheila tak bersemangat seperti itu hanya menggeleng. Dia menarik nafas dan menghembuskannya kasar. "Kalau lo beres, gue traktir es krim!" Bujuk Nichol

Sheila yang mendengar kata traktir langsung menaikkan bahunya yang turun. "Dua ya?!" Nego Sheila.

Nichol mendelik mendengarnya, tapi pada akhirnya mengangguk pasrah. "Yes!" Sorak Sheila. Dan akhirnya ia membaca semua buku itu dengan semangat 45. Satu di pikirannya, cepat bereskan agar bisa makan es krim!

Nichol yang melihat tingkah kekanak- kanakkan Sheila hanya menggeleng sembari terkekeh pelan. Wajah Sheila yang sangat berbinar ketika di tawari es krim sangat, lucu.

Eh?

Apa?

Lucu?

"Lo gila," Batin Nichol kepada diri sendiri.

πŸ—πŸ—πŸ—

"Finally is done!" Seru Sheila senang saat ia berhasil membaca semua buku sejarah tebal itu.

"Oke, sekarang pertanyaan!" Jahil Nichol.

"Wah! Janji lo nggak gitu tadi!!" Nyalang Sheila tak terima. Ia menunjuk wajah Nichol dengan teljuknya sembari sedikit berdiri.

Nichol menahan tawanya melihat Sheila yang dengan mudahnya tertipu. "Bercanda," balasnya. Sheila memasang lengkungan ke bawah karena sebal ia telah di jahili oleh orang yang notabennya adalah orang paling dingin seantero sekolah.

"Kok bisa?! Orang labil kek dia jadi yang paling cool?" Heran Sheila dalam hati. Tapi ia tak ambil pusing hal itu sekarang. Yang penting adalah,

"Es krim! Mana es krim gue?!" Tagih Sheila begitu mereka berada di luar perpus.

Nichol memutar bola mata malas melihat antusiasme Sheila terhadap es krim. "Naik mobil dulu," ujar Nichol.

Dengan cepat Sheila masuk ke mobil mendahului Nichol. "Ayok dong! Lama banget jalan," keluh Sheila melihat Nichol hanya berjalan santai.

Nichol lagi-lagi terkekeh geli dengan sikap Sheila. Dia menaiki mobil nya yang sudah berisi gadis SMA tak sabaran akan es krim.

"Let's go!" Seru Sheila girang dan akhirnya mobil hitam itu berangkat membelah kota Jakarta.

Sheila mengerutkan dahi nya saat Nichol berkali-kali melewatkan super market. Dia tak paham. Bukannya Nichol akan menraktirnya es krim? Lalu kenapa dia selalu kelewatkan super market terdekat?

Sebenarnya, kemana Nichol akan membawa nya? Karena mulai jengah setelah Nichol melewatkan super market ke sepuluh.

"Lo mau bawa gue kemana sih?" Tanya Sheila jengah.

"Liat aja," balas Nichol. Sheila mencibir kesal karena jawaban Nichol. Nichol membelokan mobilnya ke arah kanan.

Sheila berpikir keras karena merasa familiar dengan jalan ini. Tapi seketika ia membelak ketika melihat bangunan besar bernuansa elite di depannya. Dengan gedung penuh kaca dan barang sponsor. Ia menoleh ke arah Nichol dengan wajah terkejut.

Nichol tersenyum puas ketika melihat wajah kaget Sheila. "Lo mau ke mall, kan?"

πŸ—πŸ—πŸ—

Sheila menjilat es krim stoberinya dengan antusias. Dan ini sudah es krim ke tiga nya. Yap, dia melebihi batas nego nya dengan Nichol. Untung saja, Nichol baik. Untuk sekarang.

"Sekarang lo mau kemana?" Tanya Nichol. Dia memasukan tangannya ke saku dan berjalan di sebelah Sheila. Setelah dari tadi ia berjalan di belakang seperti bodyguard.

Sheila menaikkan alisnya merespon Nichol "Nggak langsung pulang?"

"Oh mau langsung pulang? Bo-" ucapan Nichol terpotong cepat ketika Sheila menarik tangannya secara tiba-tiba. Ia membawa Nichol ke tempat yang tak terduga.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Nichol saat melihat Sheila membawanya ke arena basket.

"Ya main basket lah! Masa mau makan?" Jawab Sheila. Dengan antusias dia masuk menarik tangan Nichol.

"Gue kira lo mau beli baju," ujar Nichol sembari membayar tiket masuk.

Sheila mendelik mendengar ucapan Nichol "Gue bukan tipe cewek suka shopping," balas Sheila sembari membawa bola basketnya. "Lo bisa main basket kan?" Tanya remeh Sheila.

Nichol yang menangkap nada remeh tersebut tersenyum licik "Lo belum liat kemampuan gue, girl!"

πŸ—πŸ—πŸ—