Chereads / -MY STORY- / Chapter 4 - III || MY STORY

Chapter 4 - III || MY STORY

🗝🗝🗝

"Bersihin satu sekolah," suara berat dan dingin itu mengintrupsi percakapan empat orang yang berencana untuk kabur. Dengan wajah datar dan mengintimidasi, Nichol menatap Sheila.

Dan yang di tatap? Sudah merasa sangat dongkol dengan Nichol. "Kenapa sih lo ada dimana-mana?!" Protes Sheila.

"Lo kenal La?" Tanya Kimberly. Di dalam hatinya, ia merasa familiar dengan sosok Nichol. Tapi dia lupa, dimana dan kapan pernah melihatnya.

"Kenal! Orang yang nggak bisa di ajak kompromi!" Caci Sheila.

Sedangkan Karin dan Brandon sekarang sudah menatap Nichol dan Sheila bergantian. "Lo udah pernah ketemu sama Sheila, Chol?" Tanya Brandon.

"Hm," Nichol hanya menanggapinya dengan deheman. Karena memang, dia terkenal sebagai cowok dingin dan tampan seantero sekolah. Bahkan guru-guru mengakuinya.

"Ck! Lo tuh nggak usah dingin-dingin sama sohib sendiri kali,bro!" Protes Brandon. Karena tiga tahun dia mengenal Nicholas, sikapnya selalu saja sama. Dingin.

"Khm! Jadi bolos?" Dekheman Sheila membuat semua orang yang sedang di landa kaget tersadar. Dan kata bolos itu yang membuat Nichol menjadi mode singa.

"JADI!" jawab Kimberly semangat. Dia benar-benar perlu mengistirahatkan kakinya. Dan bolos, adalah cara terbaik. Kabur ke rooftop dan melihat anak lain yang tersiksa di bawah matahari. Siapa yang tidak suka?

"NGGAK!" Sargas Nichol cepat. Sheila dan Kimberly mendelik saat Nichol menolak.

"Idihhh, lo nggak mau mah pergi aja sono!" Usir Sheila. Tangannya ia gerakan naik turun, seperti mengusir. "Urusan kita bolos apa nggak, nggak ada sangkut belut nya sama elo,"

"Gue ketos disini," ucap Nichol. Berharap bisa menggertakkan hati perempuan di depannya agar menjadi takut kepadanya. Tapi, ternyata kenyataannya tidak seperti itu.

"Terus? Masalahnya sama gue apa?" Acuh Sheila. Oh ayolah, memang ketos tidak pernah bolos?

"BK," hanya satu kata yang keluar dari mulut Nichol. Sheila menyerngitkan dahinya. Ia tidak paham dengan ucapan Nichol yang hanya satu kata.

"Maksud lo apa sih? Ngomong tuh yang jelas. BK, BK mana ada orang ngomong kek gitu," kesal Sheila

"Gue lapor BK," ancam Nichol.

Sheila menyimpan kedua lengannya di atas dada. "Lapor-lapor aja. Nggak usah bilang-bilang,"

"Bolos-bolos aja, nggak usah ngajak!"

"Waw! Lo tau nggak? Itu kalimat terpanjang lo," ujar Brandon terpukau. Begitu juga Karin.

Sedangkan Sheila mengangkat satu alisnya sembari menatap Brandon. "Tadi pagi dia ngomong lebih panjang,"

Brandon terkejut dengan pernyataan Sheila. Tidak biasanya Nichol bicara panjang lebar dengan orang baru. "Beneran ,Chol?"

"Hm,"

"JADI BOLOS NGGAK WOI?!" geram Kimberly. Hanya berdiam diri melihat dua orang berdebat. Melelahkan. Sekarang, di pikirannya hanya ada satu. BOLOS.

Suara Kimberly yang keras membuat telinga Brandon sakit. Terlebih, dia berada di samping nya."Nggak usah nyolot woy!"

"Suka-suka gue!"

Akhirnya, semua orang berdebat disini. Karin hanya melihat mereka dengan wajah panik. Sambil sesekali, dia melihat ke jam yang terlilit di tangan kanannya. Jika begini, mereka bener-bener bisa bolos. Dan lebih laginya, mereka akan ketahuan guru piket.

"Mmm, guys..." Karin berusaha menarik perhatian semua orang. Tapi tidak ada yang mendengarnya. "Guys..."

Semua masih tidak bisa mendengar perkataan Karin. Karena Brandon dan Kimberly yang saling adu suara, itu memenuhi koridor ini. Terlebih lagi, sesekali Sheila ikut membela Kimberly. Dan Nichol yang berusaha membuat semua orang disini bubar.

"Guys!" Karin berteriak pada akhirnya. Dan disitu juga, semua melihat ke arah Karin. "Kalau gini bisa-bisa kita ketauan!"

"Ketauan apa nih?"

Karin mendelik mendengar suara itu. Begitu juga Brandon dan Nichol. Mereka tahu betul pemilik suara melengkik tersebut. Sementara Sheila, dengan kebodohannya dia malah bertanya. "Siapa yang ngomong?"

Dia menengok ke kanan dan kiri untuk mencari asal suara. Tanpa melihat wanita gempal di depannya. "Lo yang bilang, Kim?"

Kimberly menepuk dahinya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang ada di kepala sahabatnya itu. Apa dia tidak melihat wanita berbadan besar tepat di hadapannya??

Tanpa mempedulikan wanita di depannya, Sheila terus melihat ke kanan dan kiri. Mencari pemilik suara. Sampai...

"Ekhem!" Deheman wanita bertubuh besar tadi terdengar agak kasar. Sepertinya dia mulai kesal dengan perilaku Sheila. Yang berstatus murid baru.

Sheila mendongkakkan wajahnya ke arah depan. Seketika, cengiran bodoh tercetak. "Eh ibu! Udah lama?" Tanyanya tanpa rasa bersalah.

Wanita di depannya, Bu Leti. Yang berstatus guru BK SMA Kenangan. Menatap sinis wajah Sheila yang tanpa rasa bersalah saat ketahuan ingin membolos. Padahal, Sheila ini adalah murid baru.

"Mau ngapain kamu?" Tanya Bu Leti.

Sheila membuka mulutnya hendak menjawab. Tapi seketika, mulutnya tertutup oleh tangan Kimberly yang berada di sebelahnya. "Diem atau gue tantang lo di adu tinju malem ini," bisik Kimberly. Sheila menganggukan kepalanya naik turun.

"Kok diem?" Tanya Bu Leti lagi.

"Kita baru mau ke lapangan kok bu!" Jawab Brandon. Sebisa mungkin untuk kabur dari santapan singa.

Bu Leti menatap semua orang dengan tatapan intimidasi. Dan berakhir pada Nicholas. "Bener itu Nichol?"

"Hm," balas Nichol singkat, padat dan jelas. Senyum Bu Leti tercetak ketika mendengar penuturan Nichol. Satu yang di percaya semua guru, seorang Nicholas Bramantya Dharma tidak pernah berbohong.

Ketika melihat wajah puas Bu Leti, ide jahil muncul di otak Sheila. "Waktunya balas dendam"

"Bohong bu! Kita mau bolos,"

Kimberly bersumpah akan membuat Sheila mengampun padanya ketika malam datang. "Anak bodoh ituu!!" Geramnya.

Perasaan Brandon dan Nichol juga tak jauh berbeda dengan Kimberly. Terlebih lagi Nichol. Gelar anak sempurnanya akan hilang jika dia di hukum. Tapi tidak Karin. Dia merasa berteman dengan Sheila akan menjadi pengalaman baru untuk masa SMA nya.

"Benar itu Nichol?" Pertanyaan Bu Leti kali ini menyimpan nada kecewa. Nichol menggeleng cepat. Dia membantah pernyataan itu. Sheila yang melihat itu tersenyum jahil.

"Bener kok bu!" Belanya. Nichol menatap Sheila dengan tatapan intimidasi. Tapi, itu malah membuat Sheila menjadi-jadi.

"Saya tanya Nichol, bukan kamu!" Kesal Bu Leti.

Sheila memasang wajah cemberutnya "Kok Ibu lebih percaya dia yang sedingin es sih? Saya murid baru loh!"

Bu Leti di buat bingung dengan pernyataan Sheila. Apa hubungannya dengan murid baru. "Kamu nggak bohong?"

Sheila menggeleng dengan polos "Kata ibu saya, kalau bohong itu dosa. Jadi saya jujur bu!"

Kimberly mencibir mendengar pernyataan Sheila. "Ibu dari mana? Ibu aja nggak punya!" Batin nya.

"Jadi kalian beneran mau bolos?" Bu Leti bertanya sekali lagi untuk memastikan. "Iya bu!" Jawab cepat Sheila sebelum Brandon membuka mulutnya.

"Kok kamu bohong sih, Nichol?" Ujar Bu Leti tak percaya "Pake bolos segala lagi," lanjutnya.

Wajah Nichol sudah pucat pasi. Kalau di limpahkan beribu soal matematik, mungkin bisa dia jawab dengan mudah. Tapi ini? Introgasi guru terlalu sulit untuk murid emas sepertinya.

"Ya sudah, kalau nggak ada komentar dari Nichol. Ibu hukum kali-" ucapan Bu Leti terpotong dengan pembelaan Sheila yang membuat semua orang terkejut.

"Eits bu! Kan saya belum bilang bolos gara-gara apa," ujar Sheila "Kita lagi diajak tour sekolah bu," lanjutnya.

"Kenapa lama sekali?" Tanya Bu Leti lagi "Upacara udah di mulai lima menit lalu, dan kalian belum selesai?" Lanjutnya.

"Salah sendiri sekolah nya besar banget bu!" Bela Sheila. Taktik tarik ulur yang di mainkan Sheila terlalu mulus. Awalnya ingin menjerumuskan, ujungnya menyelamatkan. Kimberly tersenyum puas dengan kemajuan Sheila.

"Kok kamu malah nyalahin sekolahnya sih?!" Sebal Bu Leti.

Sheila memasang senyuman bodohnya di hadapan Bu Leti. "Kan kenyataan bu!"

Bu Leti memegang kepalanya yang sakit karena menghadapi Sheila. Baru kali ini ada murid yang memiliki kelakuan ajaib seperti Sheila sekarang. "Sudah sudah! Kepala Ibu rasanya mau pecah,"

Sheila terkekeh, "Jadi kita boleh lanjutin tour nya ya bu!"

"Memang, bagian mana yang belum kalian kunjungi?" Tanya Bu Leti. Dia hanya ingin semua ke gilaan ini beres.

"Mmm..." Sheila nampak berpikir sembari menghitung menggunakan jarinya. Cukup lama semua orang di situ menunggu jawaban Sheila. ".. kayaknya kita belum ke lapangan basket, lapangan voli, aula rekreasi... lorong gedung IPA juga belum deh,"

Brandon membelak mendengar penuturan Sheila "Belum dari mana?! Kaki gue dari tadi udah pegel ngajak dia jalan," gerutunya dalam hati. Sementara Karin hanya memilih diam.

Bu Leti menghela nafas panjang. "Hah! Sebaiknya hanya Nichol yang menemani. Brandon dan Karin, cepat ke lapangan," titah Bu Leti yang di balas anggukan Brandon dan Karin.

"Kenapa harus sama kutub es, sih bu?!" Protes Sheila. Telunjuknya menunjuk ke arah wajah datar Nichol. Dengan cepat, Nichol menepis telunjuk Sheila dengan kasar. Itu membuat Sheila meringis kesakitan "Santai bro!"

"Hm,"

Sheila berdecak kesal mendengar jawaban Nichol. Tapi dia hanya diam kali ini. Dari pada perkelahian mereka benar-benar tidak ada ujungnya.

"Berhubung Nichol ketos disini, jadi dia yang tanggung jawab," ujar Bu Leti. "Ibu pergi dulu ya,"

"Iya bu!" Respon Kimberly dengan senyum. Dan dibalas dengan senyum tipis Bu Leti. Setelah Bu Leti lewat, Kimberly memegang pipinya yang pegal. "Capek banget gue harus senyum terus,"

"Itulah yang gue rasain Kim!" Timpal Sheila "Kenapa gue harus dapet peran yang kek gini sih?!" Protesnya.

Kimberly menatap sinis Sheila dan memukul pelan lengannya "Kalau mau ngeluh, bilang ke daddy! Jangan ke gue," ujarnya.

Sheila menatap Kimberly tak suka. "Dia selalu saja seperti ini!" Batinnya.

Nicholas mengangkat sebelah alisnya begitu mendengar percakapan keduanya. Maksudnya apa?. Itu yang muncul di kepalanya. Tapi dia tidak mau ambil pusing. Lagi pula, Nichol tidak pernah mencampuri urusan orang lain.

"Ekhem!" Nichol berdehem untuk menyadarkan kedua orang itu. "Udah?" Tanyanya saat Sheila dan Kimberly menatapnya.

"Udah, lo pergi aja!" Usir Sheila. "Gue nggak perlu," lanjutnya.

Kimberly mengangguk, "Tapi, sebelum lo pergi, tunjukin kita dimana rooftop," titah Kimberly yang di hiraukan oleh Nicholas.

Nichol tidak mengindahkan perkataan mereka berdua, dan malah memilih melanjutkan tugasnya. Kimberly dan Sheila 'mengekor' di belakang Nichol. Karena mereka kira, Nichol akan mengajak mereka ke rooftop.

Tapi harapan itu pupus, saat mereka berdiri di depan aula rekreasi. "Ini aula rekreasi," ujar Nichol

"Kok malah kesini sih?!" Protes Sheila "Gue juga udah pernah kesini mah!" Lanjutnya.

"Terus?" Pertanyaan Nichol benar-benar membuat kepala Sheila hampir pecah.

"Terus apaan? Kalau ngomong tuh jangan di potong-potong! Yang jelas, kepala gue ngg-" omelan Sheila terpotong dengan perkataan Nichol.

"Kenapa lo bohong ke Bu Leti?" Tanya Nichol dengan tatapan intimidasi.

"Semua orang itu bertahan hidup dengan kebohongan! Gitu aja nggak tau," cibir Sheila. Dia mengarahkan kepalanya ke arah lain, menghindari kontak mata Nichol.

Nichol tersenyum remeh "Ucapan lo beda banget sama tadi," ledeknya. Sheila geram mendengar ucapan Nichol. "Punya masalah hidup apa sih?!" Omelnya dalam hati.

Kimberly hanya memilih mengamati perdebatan mereka. Dan dalam diam, dia tersenyum penuh arti. Gotch ya!

🗝🗝🗝

1668 kata wow! Thank you buat kalian yang masih stay di cerita aku.

Menurut kalian, apa yang di rencanain sama Sheila dan Kimberly ya?

Stay aja kalau kalian mau tau kelanjutannya.

Stay tuned cuman di MY STORY