Chereads / -MY STORY- / Chapter 7 - VI || MY STORY

Chapter 7 - VI || MY STORY

πŸ—πŸ—πŸ—

Kimberly mengarahkan kepalanya ke arah luar. Bosan. Itu yang ia rasakan saat guru agamanya menerangkan pelajaran di luar. Dia mulai merasa kalau Sheila cukup beruntung karena di hukum. Sheila tidak perlu mersakan peristiwa membosankan ini.

Tapi, jika membicarakan Sheila, di pikiran Kimberly muncul pertanyaan. "Kenapa dia lama banget?" Gumamnya.

πŸ—πŸ—πŸ—

"Kok nggak bisa?" Panik Nichol. Dia cukup yakin, kalau dia tidak menguncinya. "Masa ada yang jail?"

"Wah! Kalau ada yang jail sih kelewatan," protes Sheila "Eh, tapikan murid-murid disini naif semua," gumam Sheila. Dia mematahkan kecurigaannya.

"Coba dobrak sama lo!" Titah Sheila.

Nichol membelak mendengarnya "Nanti pintunya rusak disuruh ganti lagi!"

"Ck! Tinggal ganti, kan lo holkay" ucap Sheila menggampangkan. "Atau lo mau berdua terus disini? Wah! Lo mesum juga," Sheila memincingkan matanya menatap Nichol penuh selidik.

"Sembarangan!" Bantah Nichol "Akh lama! Mana hp lo?!"

Sheila mengecek seluruh saku sakunya. Nichol menunggu dengan harapan bisa keluar dari gudang tersebut.

"Gue lupa," Sheila menampakkan senyum bodohnya "Gue nggak bawa hp," kekehnya.

"Fuck! Kek gitu aja nyarinya lama," emosi Nichol.

Sheila tidak mengindahi omelan Nichol. Ia mengangkat kedua tangannya seolah tak bersalah "Jadi gimana caranya kita keluar?"

"Hp gue baterainya lowbat," ujar Nichol.

Sheila merogoh sakunya dan mengeluarkan suatu benda dari sana, "Gue bawa pistol kejut, siapa tau bisa ngisi baterai."

"Bodo! Mana bisa itu buat ngisi baterai hp! Yang ada gue yang kesetrum," caci Nichol.

"Baguslah! Itu yang gue mau," gumam Sheila. Tapi masih bisa terdengar samar oleh Nichol.

"Itu juga yang gue mau," jujur Nichol

Sheila terkejut mendengar penuturan Nichol "Lo mau kesetrum?" Tanyanya dengan semangat 45 "Sini gue bisa bikin lo kesetrum!"

"Maksud gue lo yang kesetrum! Otak lo nggak pernah nyampe ya," ledek Nichol "Lagian ngapain lo bawa-bawa pistol kejut?!"

Sheila mengangkat bahunya auch tak acuh. "Ya udah kalau nggak mau," ia beranjak menuju pojokan gudang yang sudah ia bersihkan tadi. "Gue mau tidur, awas lo ganggu!" Ancam Sheila dan pergi ke alam mimpinya.

"Siapa juga yang mau ganggu?" Gumam Nichol. Sementara Sheila tertidur, Nichol duduk di pojokan lain memikirkan cara mereka keluar dari sini.

πŸ—πŸ—πŸ—

Dua jam Sheila tidak terlihat. Kimberly menjadi khawatir sekarang. Kalau seandainya Sheila manjat tembok belakang dan bolos, dia akan menjadikan Sheila tulang belulang saat itu juga. Masalahnya, sebntar lagi istirahat. Dan mereka punya janji dengan Karin untuk ke kantin bareng.

Kimberly rasa dia tidak akan sanggup menahan tekanan berada berdua dengan Karin begitu saja. Bisa-bisa dia kelepasan, dan mereka akan ketahuan. Saat Kimberly sedang larut dengan pikirannya, Bu Leti muncul.

"Sheila sudah kembalikah?" Tanyanya.

"Belum bu!" Jawab Ando.

Bu Leti nampak kebingungan. Kimberly menaikan sebelah alisnya melihat ekspresi wajah Bu Leti. "Kenapa bu?" Tanya Kimberly

"Mereka berdua nggak keliatan dimana-mana," ucap Bu Leti.

Kimberly bingung saat Bu Leti mengatakan mereka "Emang Sheila sama siapa bu?"

"Tadi dia bareng Nicholas,"

"Bareng kak Nichol?!" Tanya dua orang bersamaan. Kimberly dan Airin mengucapkan kalimat itu bersamaan. Bedanya, Kimberly mengatakannya dengan senyum. Sedangkan Airin dengan wajah menahan cemburu buta.

"Baguslah," lega Kimberly. Tapi dia tidak sadar mengatakannya dengan terang-terangan. Airin menatap Kimberly tak suka.

"Kok bagus?! Kak Nichol tuh nggak cocok sama temen lu yang bodo!" Protes Airin. Dia berani mengatakan hal seperti itu karena tak ada guru di sana.

Bu Leti sudah berlalu pergi mencari keberadaan Nichol dan Sheila lagi. Sementara kelas mereka sedaritadi kosong. Tapi sialnya, ketua kelas mereka tidak memperbolehkan semua murid keluar kelas.

"Paling nggak, Sheila lebih cantik dari pada lo!" Balas Kimberly.

"Sembarangan lo!"

Bertepatan dengan bentakan Airin, bel istirahat berbunyi. Dari pada mengindahkan ucapan Airin, Kimberly pergi meninggalkan. Di saat tubuh Kimberly sudah berada di luar kelas, Karin memanggil namanya.

"Kimberly!"

Kimberly berbalik untuk melihat Karin yang memanggilnya. Dengan cepat Karin menghampiri Kimberly yang masih ada di depan pintu kelas.

"Jadi ngantin bareng?" Tanya Karin dengan antusias. Dia terus menengok kanan kiri mencari seseorang "Sheila mana?"

Kimberly memutar bola matanya malas melihat ke antusiasme Karin sekarang. Seolah dia tidak pernah punya teman selain Brandon di sekolah ini. Di saat hendak menjawab Karin dengan ucapan pedasnya, ada yang mendahului ucapan Kimberly.

"Wah wah! Lo temenan sama bitch ini?" Ledek Airin. Ia menatap Karin intens dari atas sampai bawah. "Ck! Ntah kenapa orang kek dia bisa ada di sekitar cogan sekolah,"

"Lo tau apa?" Mungkin Kimberly menaruh dendam pada Karin karena masa lalu. Tapi dia lebih dendam kepada orang songong di depannya. Karena itu, sekarang dia lebih memilih membela Karin.

"Lo yang tau apa? Lo anak baru, masih bau bawang!" Ucap Airin

Kimberly mengertakkan giginya. Dia tertawa remeh mendengar penuturan Airin. "Dari pada lo, busuk kek sampah!"

Dengan cepat, Kimberly menarik tangan Karin menuju kantin. Menghindar dari nenek lampir satu itu. "Thanks," itu kata pertama yang di dengar Kimberly saat mereka sampai kantin.

"Buat?" Tanya Kimberly bingung. Padahal dia tidak melakukan apapun.

"Makasih karena lo udah bantu gue kabur dari Airin," jawab lega Karin. Senyum indah terpampang di wajahnya. Seketika mengingatkan Kimberly akan bayangan senyum licik Karin di masa lalu.

Kimberly menghela nafas kasar. Ia membuang mukanya ke arah lain "Nggak perlu!" Ketusnya

Karin menggeleng "Bukan cuman itu, makasih juga lo udah mau jadi temen gue!" Tutur Karin "Selama ini gue cuman temenan sama Brandon dan yang lain,"

Kimberly kaget mendengar pengakuan Karin "Kenapa lo nggak punya temen cewek?"

"Mereka pada cemburu," jawab Karin "Sejak kecil, Brandon selalu ngelindungin gue setelah satu peristiwa besar. Mangkanya sampe sini mereka semua iri karena gue sama Brandon selalu nempel. Brandon juga nutup diri dari cewek lain. Dan mereka kira itu karena gue, padahal bukan!" Jelasnya

Kimberly mengangguk paham. Sebenarnya masih banyak pertanyaan di pikirannya. Andaikan dia tidak dalam misi menyamar, dia ingin bertanya kepada Karin kenapa dia melakukan semua itu. "Rencana Sheila sialan!" Umpatnya dalam hati.

"Jadi selama ini temen lo cuman Kak Brandon?" Tanya Kimberly. Sebenarnya agak aneh dia memanggil Brandon dengan embel-embel kak. Tapi ya, bagaimana lagi?

"Ya nggaklah! Brandon selalu kemana-mana bertiga. Kecuali kalau lagi jadwal tugas upacara. Nichol selalu disiplin waktu itu," jelas Karin.

Kimberly mengangkat tiga jari tangannya "Bertiga?"

Karin mengangguk. Dia tersenyum hangat "Iya, bertiga!" Jawabnya "Brandon, Nichol, dan.." sebelum Karin berhasil menyelesaikan ucapannnya, terdengar suara panggilan dari belakang.

"Woi Rin!" Seorang laki-laki dengan tinggi semampai dan wajah cukup tampan menghampiri. Dia juga sepertinya selalu tersenyum setiap saat. "Ninggalin aja lo!" Omelnya.

"Ya sorry! Abis lo lama!" Balas Karin.

Sementara Kimberly masih menatap mereka penuh tanya. Siapa kah lelaki itu? Karin yang menyadarinya memperkenalkan cowok tersebut.

"Ah! Kimberly, kenalin Noah. Noah, dia kimberly!" Ucap Karin menatap dua temannya sekaligus.

"Gue anak baru," tambah Kimberly. Noah mengangguk paham dan tersenyum. "Lo yang kelas sebelah kan? Gue Noah, adiknya orang famous!" Sombong Noah.

Kimberly mengangkat sebelah alisnya menanggapi Noah. Sementara Karin terkekeh melihat ekspresi Kimberly. "Dia adeknya Nichol," jelas Karin.

"Oh! Lo seumuran sama kita?" Tanya Kimberly dan Noah mengangguk.

Noah nampak mencari seseorang. "Brandon sama abang gue mana? Tumben belum keliatan," tanya Noah

"Mana gue tau, emang gue sekelas sama mereka apa?" Jawab Kimberly ketus. "Btw, kalian ngomong ke kak Brandon tanpa embel-embel kakak?"

Karin mengangguk "Kalau lo mau, sok aja! Pasti Brandon nggak keberatan,"

"Serah lu lah Rin!" Ucap Noah. "Oh itu dia!" Ujar Noah bersemangat melihat Brandon. Anehnya dia sendiri. "Woi!" Panggilnya

Brandon yang merasa namanya di panggil menoleh. Dia melihat Noah dan Karin, jadi langsung menghampiri. "Hoi," sapanya

Noah hendak membuka mulutnya, tapi terpotong oleh Brandon dan senyum jahilnya "Nichol lagi nge hukum orang,"

"Akh lo mah! Baca pikiran orang tanpa izin itu kriminal woi!" Sebal Nichol. Brandon tidak mengindahkan ucapan Nichol. Dia hanya tersenyum puas.

"Oh iya! Ngomongin Nichol," ujar Karin saat mengingat sesuatu. Dia beralih menghadap Kimberly. "Sheila mana, Kim?"

"Ya itu," jawab Kimberly dengan senyum "Yang dihukum sama Nichol itu Sheila!" Lanjutnya. Semua orang disana mengangguk.

"Temen lo itu emang nakal ya," ujar Brandon

"Tapi nyari temen kek dia nggak gampang," balas Kimberly "Sheila itu setia, nggak fake," lanjutnya sembari melirik Karin saat mengatakan fake. Untungnya tidak ada yang lihat.

"Tapi emang nakal apaan? Lama banget di hukumnya," tanya Noah "Tumben-tumbenan abang gue niat ngehukum cewek!"

"Iya juga, Nichol nggak pernah mau deket sama cewek!" Ujar Karin

"Abang lo mah homo, No!" Ledek Brandon. Sontak semua orang tertawa, tanpa memikirkan lagi kondisi dua temen mereka yang masih mendekap di ruang sempit.

πŸ—πŸ—πŸ—

"Kapan kita keluar?!" Jerit Nichol dalam hati. Sedangkan Sheila, masih terlelap dalam mimpi.

πŸ—πŸ—πŸ—