Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Frieden

🇮🇩Salwadetiaputri
--
chs / week
--
NOT RATINGS
42.4k
Views
Synopsis
Namaku Chelsea, artinya kedamaian. Entah alasan apa yang digunakan Mama dan Papa sehingga memberikan nama itu untukku. Karena menurutku, nama itu sangat tidak cocok untukku. Aku lahir di keluarga yang kurang beruntung. Bukan ekonomi masalah utamanya, melainkan keharmonisan keluargaku. Pekerjaan kedua orangtuaku membuat mereka sibuk dan tak betah di rumah. Berteriak satu sama lain adalah hal umrah yang terjadi di rumahku saat liburan berlangsung. Aku mengalami paranoid akan suara pecahan dan teriakan akibat perilaku orang tuaku, hingga sulit sekali rasanya mempunyai teman. Memasuki SMK, aku mendapatkan teman baru yang begitu baik, tak berlangsung lama, ia meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Setelah kejadian menyakitkan itu, aku di terapi rutin di rumah sakit dan seorang psikolog menemaniku, namun sama halnya ia tak dapat kupercaya.
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1

Gadis itu masih mencoba bertahan dengan teriakan yang masih terdengar jelas di telinganya yang tertutupi earphone.

Dadanya bergemuruh hebat, namun ia masih mencoba tenang sampai akhirnya ia memutuskan keluar dengan earphone yang tersambung ponsel pintar dengan volume yang cukup untuk membuat telinga menjadi tuli sementara. Entah apa yang terjadi pada telinga Chelsea saat ini, ia masih mendengar teriakan itu.

Gadis dengan rambut sepanjang pinggang itu membuka pintu kamar, teriakan itu langsung terhenti sesaat.

Chelsea terduduk di lantai depan kamarnya. Lututnya sudah lemas sejak tadi, dan sekarang ia tak dapat menahannya lagi.

Evelin dan Reno selaku kedua orang tua Chelsea hanya menatap gadis itu dari kejauhan.

"aaakkhhhhhh!" teriak Chelsea pilu. Ia benar-benar kehilangan kendali.

Kedua orang tua Chelsea hanya menatap gadis itu. Chelsea berteriak dengan tangis yang mengiringi teriakannya.

Chelsea membuka kedua matanya perlahan. Ia menatap langit-langit kamarnya.

"Mbak Chelsea gak sekolah mbak?" seseorang dari luar kamar Chelsea berteriak memanggil gadis itu. Chelsea hapal betul suara itu.

Gadis itu bangkit dari tidurnya dan mulai berbenah untuk ke sekolah barunya. SMK yang dipilihkan kedua orang tuanya.

Selesai berbenah, ia langsung melangkahkan kakinya ke ruang makan untuk sekedar berkhayal makan bersama keluarganya. Dan lihat! Tebakannya benar serratus persen! Hanya roti lapis dan meja kosong tanpa siapapun di sana.

Chelsea membalikkan tubuhnya menghampiri supir keluarga yang bertugas mengantarkannya ke sekolah. Ia kehilangan minat sarapan pagi ini.

"eh mbak Chelsea, udah siap mbak?" tanya sang supir saat melihat Chelsea keluar dari rumah utama. Chelsea hanya diam dan masuk ke mobil yang terletak di beranda rumah itu. "sombong bener!" gerutu supir itu sambil kembali menyesap kopinya.

"Mama Papa gak bayar anda hanya untuk menyesap kopi di pagi hari!" teriak Chelsea sambil membuka kaca mobil.

Supir itu langsung terburu-buru memasuki mobil. "iya mbak maaf." Ucapnya.

Chelsea mendengus. "permintaan maafmu gak guna! Saya terlambat 1 menit saja, gajimu dipotong 10%!" ucap Chelsea membuat sang supir kelabakan.

"saya punya anak istri mbak, jangan dipotong lah mbak." Mohon sang supir.

"KARENA ITU JALANKAN MOBILNYA!" bentak Chelsea membuat sang supir langsung menjalankan mobilnya dengan perasaan was-was.

Di perjalanan, sepi dan tenang. Kini Chelsea mulai menempelkan earphone pada telinganya dengan lagu gloomy Sunday yang mengiring. Ia memutarnya dengan volume yang cukup kecil hingga masih bisa mendengar suara lain di luar. Ia hanya ingin tenang saat ini, tak lebih.

Sang supir melihat Chelsea dari spion mobil. "saya putar lagu ya mbak, sepi banget mbak." Ucapan sang supir tak dihiraukan Chelsea. Ia masih menutup matanya sembari menikmati lantunan lagu itu.

Sang supir menyambungkan radio mobil ke ponselnya. Lagu dj mengiring memenuhi mobil membuat Chelsea terganggu, ia membuka matanya perlahan dan melepaskan earrphonya. Gadis itu menatap kesal sang supir yang kini sibuk berjoget ria di belakang kemudi.

"matikan!" ucap Chelsea yang tak didengar sang supir. "MATIKAN!" teriak Chelsea membuat sang supir kaget dan menginjakkan rem mendadak.

Kesabaran Chelsea benar-benar habis saat ini. Ia melemparkan tasnya ke depan hingga mengenai dashboard membuat sang supir langsung mematikan musiknya.

"BODOH!" maki Chelsea.

Sang supir hanya tertunduk dan mulai menjalankan mobilnya lagi perlahan.

Sampainya di sekolah, Chelsea turun dari mobil dan menutup pintu mobil dengan kasar. Ia berjalan memasuki sekolah dan berdiri di dekat tiang bendera sembari memperhatikan siswa-siswi baru yang dengan mudah berbaur.

Tiba-tiba, ia mendapat tepukan di pundaknya yang membuat ia menoleh. Seorang gadis dengan kacamata bulat berambut Panjang tersenyum manis ke arahnya. Gadis itu mengulurkan tangannya.

"aku Daira!" ucap gadis itu semangat. Chelsea hanya diam menatap uluran tangan itu.

Ada yang menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Ia ikut tersenyum kikuk membalas senyuman gadis bernama Daira itu dan menerima uluran tangan Daira. "Chelsea."

Daira tersenyum senang karena Chelsea merespon dengan baik. "aku dari SMP di Aceh, jadi tak mempunyai teman. Mau berteman?" tawar Daira.

Chelsea diam sambil mencerna ucapan Daira. Apakah setelah mempunyai teman Daira akan menjauhinya? Atau akan Kembali seperti semula? Saat dimana dia merasa sendirian lagi?

Chelsea memalingkan wajahnya dari Daira. Ia tahu apa maksud dari Daira. Daira hanya butuh teman sementara. Chelsea mulai melangkahkan kakinya menjauhi Daira, baru saja beberapa Langkah Daira menarik lengan Chelsea.

"mau kemana?" tanya Daira.

Chelsea berbalik menatap Daira. ia meninggikan dagunya. "aku tak butuh teman, teman akan membuatmu kesusahan!" ucapan Chelsea membuat Daira perlahan melepaskan genggamannya dengan raut takut. "aku membenci pertemanan!" lanjut Chelsea lagi dan pergi meninggalkan Daira sendiri.

Chelsea melangkahkan kakinya menuju sebuah kelompok yang dibentuk oleh kakak kelas. Ia masih bertahan dengan sikap juteknya, beberapa kali memutar bola matanya kesal akan candaan di bawa terik matahari ini.

Hingga akhirnya istirahat pun telah tiba, Chelsea duduk di pinggir kelas dengan perut lapar. Kantin terlalu ramai, Chelsea sangat tak suka berdesakan. Ia duduk sembari menahan lapar dan memutuskan mendengarkan lagu yang tadi sempat terhenti. Gloomy Sunday menjadi lantunan lagu yang akhir-akhir ini sering ia dengarkan melalui ponselnya.

Ia duduk bersender dengan dinding kelas sambil menatap lapangan yang ramai dengan penghuni sekolah. Sibuk memperhatikan lapangan, sebuah roti dan air mineral tiba-tiba saja hadir di hadapan wajahnya membuat ia mengerutkan kening dan mendongak untuk melihat siapa yang mengganggunya saat ini.

Seorang pria dengan senyum tulus menghiasi wajahnya dan menyodorkan roti dan air mineral ke arahnya. Chelsea menatap aneh pria itu, ia tersenyum kikuk sambil menolak pelan makanan dan minuman yang diberikan pria itu. Namun sang pria tak putus asa, ia duduk di samping Chelsea dan meletakkan roti beserta minumnya di pangkuan Chelsea.

"aku tahu kamu lapar, ambil saja." Ucap pria itu tanpa melihat Chelsea. "aku Ikhsan." Lanjutnya lagi.

Chelsea menatap gestur tubuh pria yang menyebut dirinya Ikhsan ini. Ia bahkan tak menatap Chelsea saat mengucapkan sesuatu. Chelsea hendak menolak roti ini lagi, namun perutnya benar-benar harus diisi atau ia akan pingsan saat MPLS dilanjutkan.

Chelsea membuka roti pemberian Ikhsan dan mulai memakannya perlahan. Suara plastic dari roti membuat Ikhsan menoleh pada Chelsea dan tersenyum. Chelsea menyadari bahwa Ikhsan tengah menatapnya saat ini, ia menoleh ke arah ikhsan sambil memakan roti perlahan membuat ikhsan tertawa.

"kenapa?" tanya Chelsea membuat ikhsan membuang pandangannya dan tersenyum kecil. "gak boleh di makan rotinya?" tanya Chelsea lagi.

"enggak apa, aku kira kamu gak mau makan roti pemberianku." Ucap ikhsan yang tak dihiraukan Chelsea. Ia kini sibuk dengan selai coklat roti tersebut.

"kamu sendirian dari tadi, tidak punya teman?" tanyanya. Chelsea melirik Ikhsan dari sudut matanya,ia tak menjawab ucapan Ikhsan.

Roti tersebut sudah habis dimakannya, ia meminum air mineral pemberian Ikhsan dan meletakkannya kembali di samping Ikhsan. Gadis itu mengeluarkan uang lima puluh ribu dan meletakkannya dibawah botol air mineral itu. "terima kasih." Ucap Chelsea dan pergi meninggalkan Ikhsan di bangku sendirian.

Ikhsan menatap figur Chelsea yang semakin menjauh. Ada banyak pertanyaan di benaknya, benar-benar gadis aneh, namun itu menarik. Ikhsan tersenyum kecil sambil melihat uang lima puluh ribu di bawah botol air mineral.