Chereads / Frieden / Chapter 5 - BAB 5

Chapter 5 - BAB 5

Gadis itu mencari ponselnya, membuka tas, mencarinya ke seluruh penjuru kamarnya. Namun, hasilnya benar-benar nihil. Ponselnya tidak ada dimanapun.

Chelsea mengintip keluar kamar, rumah eyang masih terang sekali, namun Chelsea takut keluar dan bertemu keluarga Papanya. Namun Chelsea membutuhkan ponselnya untuk menghubungi Ikhsan, akhirnya dengan keberanian yang terkumpul ia melangkahkan kakinya ke ruang keluarga tempat tadi ia duduk bersama eyang.

Gadis itu mencari di balik-balik bantal namun ia tak menemukan apapun.

"Chelsea." Seseorang memanggilnya, gadis itu berbalik dan menemukan Eyang sedang menatapnya penuh tanya.

Chelsea menatap eyangnya dengan raut yang sedikit terkejut.

"sedang apa? Sudah malam sekali Chels, sebaiknya kamu tidur." Ucap Eyang membuat Chelsea dengan raut yang sedikit kaku mengangguk.

"ponselku hilang Yang." Jawaban Chelsea membuat sang Eyang tertawa kecil.

"nanti Eyang beliin yang baru, sekarang kamu tidur gih." Ucap Eyang.

Chelsea paham betul bahwa uang bukan segalanya untuk Eyang, karena itu untuk mengeluarkan uang untuk membeli ponsel tidaklah suatu masalah untuk Eyangnya.

"aku pinjam telepon rumah boleh tidak?" tanya Chelsea akhirnya.

Eyang kembali tertawa. "pakailah apapun yang kamu inginkan sayang, rumah ini beserta isinya milikmu."

Setelah itu sang Eyang membalikkan tubuhnya meninggalkan Chelsea yang masih di tempatnya.

Chelsea menatap figur Eyangnya itu, entahlah, ia tak menyukai sikap Eyangnya.

Gadis itu kembali ke kamarnya dan menghampiri telepon rumah yang ada di kamarnya, ia mengetikkan 12 digit nomor yang ada di kertas terselip tadi, ia menghubungi nomor itu dan terhubung. Tubuh Chelsea menegang, baru kali ini ia menghubungi seseorang untuk sebuah hal yang tidak penting.

"Chelsea, kamu Chelsea kan?" orang di seberang telepon sana sangat excited menerima telepon dari Chelsea.

Gadis itu tersenyum lega, entah apayang terjadi pada Chelsea, ia sangat senang saat seseorang mengkhawatirkannya.

"haloo? Kamu Chelsea atau bukan sih?" suara ikhsan yang sangat khas membuat Chelsea akhirnya tertawa.

"ahhh Chelsea, tidak lucu tahu! Aku kira kamu terror momo challenge." Kesal ikhsan lagi.

Chelsea mengerutkan dahinya. "ap aitu momo?" tanyanya.

"apa? Kamu tidak tahuapa itu momo challenge? Kamu tinggal di belahan bumi mana sih chels? Benar-benar—"

"jawab saja pertanyaanku." Potong Chelsea membuat ikhsan mendengus kesal.

"aku ngambek chels, pergi sana!" sambungan telepon dimatikan sepihak.

Chelsea hanya menatap telepon rumah itu dengan wajah yang tak dapat diartikan. Ia meletakkan gagang telepon di tempatnya dan tak lama telpon rumah itu kembali berdering, Chelsea mengangkat telpon itu.

"kamu tidak menelpon kembali, jadinya aku telpon lagi." Ucap ikhsan dengan nada sebal di seberang telpon sana.

Pintu kamar Chelsea berderit, terlihat seorang anak kecil mengintip dari balik pintunya.

"kak Chelsea? Aku boleh masuk?" tanya anak kecil itu.

Chelsea mengangguk dan mematikan sambungan telponnya, anak kecil itu masuk dan duduk di kasur Chelsea.

Chelsea ingat siapa anak kecil ini, ia Raka, sepupu Chelsea dari adik ayahnya yang meninggal.

Anak kecil itu masih duduk dengan diam di samping Chelsea, tak lama ia terisak menangis.

Chelsea kaget, tapi ia tak melakukan apapun.

"aku kangen Mama sama Papa, kok aku gak pernah liat Mama Papa ya kak?" ia terisak memeluk bingkai foto yang Chelsea tebak adalah gambar kedua orang tuanya. tapi kenapa anak ini malah mendatangi Chelsea? Padahal Chelsea bisa dibilang jarang bertemu dengannya.

"banyak yang bilang, mama dan Papaku jahat." Lanjutnya.

Chelsea hanya diam, ia tak tahu harus merespon apa.

Sekali lagi, pintu kamar yang ditempatii Chelsea terbuka lagi. Tapi wajah Chelsea tidak beralih, ia masih menatap wajah Raka. Anak kecil itu kaget, tak lama setelahnya, raut wajahnya berubah takut. Chelsea melihat siapa yang datang, itu Papa Chelsea.

Raka langsung turun dari kasur Chelsea dan pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.

Papa Chelsea menatap Raka hingga tubuh Raka lenyap dari pandangan.

"mau apa anak itu ke mari?" tanya Reno, Papa Chelsea.

Chelsea mengedikkan bahunya, gadis itu turun dari kasurnya dan menghampiri Reno yang masih berdiri di depan pintu kamar Chelsea.

"ada apa?" tanya Chelsea.

Raut Reno yang datar membuat Chelsea kehilangan celah untuk bertanya masalah keluarga Raka yang sebenarnya. Reno menggeleng dan pergi begitu saja meninggalkan Chelsea yang terdiam di depan kamarnya.

Chelsea masuk lagi ke kamarnya dan ia menemukan bingkai foto yang tadi di bawa Raka tergeletak di kasurnya. Chelsea membalikkan bingkai fotonya dan terlihat foto sepasang suami istri yang berpelukan dengan bercak berwarna merah kecoklatan menghiasi foto itu.

Chelsea menatap lama foto itu, dan gadis itu menemukan tulisan kecil dengan tulisan "rache" yang ditulis dengan huruf kapital.

Pagi yang cerah, Chelsea bangun dan bangkit dari tidurnya. Ia duduk di kasur dan tanpa sengaja matanya tertuju pada sebuah kotak ponsel dengan merk keluaran terbaru.

Gadis itu mengabaikan kotak ponselnya dan beralih membuka laci yang terletak di bawah kasur tempat di mana ia terakhir kali meletakkan bingkai foto itu, namun tak ada apapun di sana. Chelsea langsung turun dari kasurnya dan memeriksanya ulang, namun hasilnya sama.

Tapi, siapa yang mengambil bingkai foto itu?

***

Saat ini Chelsea sedang berdiri di balkon kamarnya, ia menatap halaman rumah milik Eyangnya. Memperhatikan mobil-mobil yang keluar dari halaman itu, hari ini ia harus bolos sementara untuk ikut mengurus surat perceraian bersama Ayahnya.

Tanpa sengaja, mata gadis itu terpaku menatap anak kecil yang tadi malam menemuinya, Raka. Anak itu naik ke sebuah mobil dengan beberapa pria yang Chelsea tahu ditugaskan untuk menjadi bodyguard. Raka mengusap matanya, ada Eyang juga ternyata di belakang anak itu sembari terus memperhatikan Raka yang akan masuk ke dalam mobil.

Eyang tiba-tiba saja mendekati Raka, mendekatkan wajahnya mencium Raka, namun ada yang aneh dari raut Raka. Harusnya anak itu tersenyum dan kembali mencium Eyangnya, namuun wajah Raka terlihat memerah dengan mata sayu.

Chelsea ingin melihat wajah Raka lebih jelas, namun rasanya mustahli kecuali ia mempunyai teropong jarak jauh. Chelsea masuk ke kamarnya dan duduk di meja rias, ia membuka laci meja rias dan menemukan teropong jarak jauh, Chelsea menaikkan alisnya. "siapa yang memakai teropong di rumah ini?" pikir Chelsea.

chelsea mengambilnya dan langsung berlari ke arah balkon. ia menggunakannya, melihat ekspresi Eyang dan Raka. Tiba-tiba, Eyang menoleh ke arah Chelsea dengan senyum mengembang.

Chelsea melepas teropongnya, ia menatap wajah Eyang dengan raut kaku. gadis itu langsung memasuki kamarnya dan duduk di kasur yang ia tempati. jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Ia was-was, namun apa yang ia cemaskan? Chelsea menghalau pikirannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Gemercik air mulai terdengar, gadis itu menikmati sentuhan air shower di tubuhnya. rintikan airnya membuat pikiran chelsea malah mengarah pada kejadian dimana Raka menghampirinya, Raka yang berlari meninggalkan kamarnya karena ada Papa, foto orang tua Raka yang tertinggal dikamarnya, dan menghilangnya foto itu.

selesai mandi, chelsea menatap wajahnya di pantulan cermin.

srek...srek...