Chelsea kini menatap jendela kamar di rumah Eyang, kertas Hvs di atas meja dengan tulisan 'Adreena' menjadi tanda tanya besar di kepalanya.
Alfian yang baru saja masuk ke kamar Chelsea terdiam sebentar saat tahu ada sesuatu di kertas hvs tersebut. Kini, sepertinya Adreena sudah ingin memberitahu siapa dirinya.
"Chelsea--" suara Alfian seperti menggema di kamar Chelsea.
Chelsea, gadis itu tak bergeming, atau bahkan menoleh. Ia masih diam dengan tatapan kosong di matanya.
"Bagaimana sekolahmu?" Alfian kembali membuka suara sembari duduk di pinggir kasur milik Chelsea. "Ohiya, tadi temanmu menyapaku."
Chelsea masih diam, ia enggan berkata-kata.
Sudah cukup, Ikhsan harus tahu ada apa dengan Chelsea. Pria itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Chelsea, menyentuh pundak Chelsea, mencoba menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
Chelsea menoleh padanya. "Berhasil!" pikir Alfian.
Fokus Alfian jatuh pada mata dan raut wajah Chelsea, tampak tertekan dengan mata sembab dan wajah yang kemerah-merahan.
"Aku ingin mati!" tangis Chelsea pecah dengan teriakan yang begitu mengagetkan Alfian hingga pria itu mundur beberapa langkah.
Alfian menatap Chelsea dengan tatapan bingung, masih berdiam diri setelah mundur beberapa langkah.
Chelsea menangis sesenggukan, dan tiba-tiba kepalanya menghadap Alfian, tangisnya berubah perlahan menjadi tawa melengking.
Alfian masih menatap Chelsea, bingung. Mentalnya yang salah, atau ia sedang kesurupan?
Chelsea tertawa dengan suara melengking hebat. "Adreena?" Alfian bersuara, seakan menebak siapa yang ada pada diri Chelsea.
Gadis itu berhenti sejenak, suara maupun raut tawanya hilang menjadi wajah datar.
"Adreena?" suara Chelsea berubah lagi.
Alfian menegang. "apa ini? kepribadian baru lagi?" pikirnya.
Chelsea duduk dengan anggun dengan kaki yang disilangkan. Tangannya terlipat di depan dada.
"Esther, aku Esther." ucap Chelsea. "kasihan sekali anakku, ia harus di rawat oleh keluarga ini." lanjutnya mengelus tubuh Chelsea. "Harusnya kamu dulu ikut aku agar tak perlu menderita sayang." wanita dalam diri Chelsea masih sibuk seakan berdialog dengan Chelsea si pemilik tubuh.
"Dimana Chelsea?" Alfian terang-terangan.
Esther tersenyum dengan kepala yg sedikit dimiringkan menatap Alfian. "Sedang tidur."
"Dimana?" tanya Alfian lagi.
Esther menyentuh dahinya. "di sini dan--" kini tangannya pindah ke bagian dadanya. "di sini." ujarnya sembari tersenyum kembali.
"Di pikiran dan hatinya, ia lelah menampung beban, padahal ia tak tahu apa yang terjadi, anak malang." lanjut Esther. "Adreena juga sudah gila, ia memasuki tubuh anak ini dengan gila, ia menjadikan Chelseaku menjadi anak yang kurang sopan santun!" ujarnya lagi.
Alfian mengerutkan keningnya. "Chelseaku?"
Esther tertawa kecil. "Aahhh, kamu penuh tanya sayang." ujar Esther.
Alfian diam, masih memperhatikan aura dan raut Esther. "kamu ingin tahu banyak ya?" tawa Esther tiba-tiba meledak.
Alfian menghembuskan nafas kesal. Wanita menyebalkan! pikirnya.
Alfian menghampiri tubuh Chelsea dan menyentuh lengannya.
'Esther' wanita itu tersenyum menggoda. "kamu menggodaku?"
Bahaya, pikir Alfian. Esther sepertinya wanita dewasa dan ini bahaya untuk Chelsea. "Bangunkan Chelsea Esther, aku ingin bertemu." ujar Alfian.
Esther tertawa. "kamu pikir kamu siapa? Anakku sedang lelah, mari bicara padaku saja." ujarnya.
Alfian menghela nafas kembali. "BANGUNKAN CHELSEA, ESTHER!" teriak Alfian.
Esther, wanita itu sepertinya kaget. Namun dengan cepat, wanita itu menampar Alfian.
Setelah menampar Alfian, wanita itu tertawa sembari menutup mulutnya. "Ah maaf, sakit tidak?" ujarnya, ingin menyentuh wajah Alfian.
Alfian mundur dan menggenggam pergelangan tangan Esther. "Bangunkan dia Esther!" suara Alfian memelan, namun suara tegas pria itu masih terdengar jelas.
Esther menghempas tangan Alfian hingga terlepas. "Izinkan aku bawa Chelsea Alfian, akan aku bangunkan dia jika kamu izinkan." suara Esther terdengar memelas.
"kemana? Mau kau bawa kemana?"
Esther tersenyum sembari berjalan dengan lompatan-lompatan kecil. "izinkan dia mati." ujar Esther.
cukup! Alfian muak!
Pria itu keluar dari kamar Chelsea dan tak lama masuk lagi dengan tiga bodyguard di belakangnya.
"tangkap dan ikat dia." perintah Alfian.
Tiga bodyguard itu menangkap dan mengunci pergerakan Esther di tubuh Chelsea.
Esther tertawa kencang. "Mau kau apakan aku yang sudah tua ini?"
Alfian menghiraukan Esther, kini tatapannya tertuju pada tiga bodyguard di samping Chelsea, seakan memberi perintah.
Seakan paham, tiga bodyguard itu mengikat Chelsea di tempat tidur dengan keadaan telentang.
"LEPASKAN! LEPASKAN!" teriakan Esther menggema. Suara wanita itu dan suara Chelsea sangat berbeda hingga membuat Alfian hampir menamparnya jika tak ingat tubuh Chelsea yang digunakan.
Alfian duduk di kursi yang tadi diduduki Esther. Menatap raut kebencian membuat Esther yang meludah mengenai celana Alfian.
"Aku serius Esther, bangunkan Chelsea!" kini suara Alfian sangat mengintimidasi, namun sepertinya Esther lebih keras kepala.
"ANAKKU LELAH! TAK BISAKAH IA ISTIRAHAT?" teriak Esther. "Kumohon Alfian." suara Chelsea terdengar membuat Alfian menegang.
"Chelsea?" Alfian menyebut nama gadis itu, memastikan siapa yang ada di tubuh Chelsea.
Chelsea mengeluh, nadanya menahan sakit. "sakit Alfian--" ujarnya.
Alfian dengan sigap membuka ikatan di lengan Chelsea. setelah kedua tangannya terlepas, gadis itu menampar Alfian dengan kuat.
"Kau iblis yang pantas mati!" bisik gadis itu tepat di wajah Alfian.
Alfian menggenggam pergelangan Chelsea, menahan gadis itu untuk membuka ikatan kakinya.
Chelsea memberontak, gadis itu dengan kekuatan yang entah dari mana dapat membuat Alfian terjatuh.
Gadis itu membuka ikatan kakinya dan lari menjauh, sayang pintu kamarnya dikunci.
"ALFIAN!" teriak Chelsea.
Alfian bangkit, menghampiri Chelsea, gadis itu berlari menuju balkon. Alfian masih mengejar, Chelsea naik ke tembok pembatas balkon, bersiap meloncat.
"AAAA------"
Alfian dengan sigap menangkap Chelsea dan menariknya. Gadis itu sepertinya shock dan pingsan.
***
Chelsea terbangun, ia menatap langit-langit kamarnya yang seakan enggan menerangi dirinya.
"Esther?"
Suara Alfian terdengar dingin, Chelsea melirik Alfian, mencoba menggerakkan kaki beserta lengannya..
"lepasin aku Alfian!" Suara kaku Chelsea terdengar sangat jelas, Alfian masih menatap gadis itu dengan dingin.
Alfian duduk di pinggiran tempat tidurnya, ia menatap Chelsea yang kini meliriknya nyalang.
"Jangan membohongi dirimu sendiri Chelsea!" ujar Alfian.
Keadaan Chelsea masih memprihatinkan, tubuhnya sangat lemas.
Gadis itu masih menggerakkan kakinya, berusaha melepaskan ikatan di kaki dan tangannya.
Chelsea menarik nafas dalam. "lepaskan aku Alfian!" suara tegas Chelsea masih tidak membuat Alfian bergerak membuka ikatan di tubuh Chelsea.
"ALFIAN!"
Chelsea benar-benar kehabisan kesabaran. Gadis itu menatap Alfian dengan sinis.
"Lepasin aku!"
Alfian masih diam menghiraukan.
"Esther, untuk kesekian kali aku minta bangunkan Chelsea!" terdengar intonasi suara Alfian yang begitu dingin.
Chelsea menghembuskan nafasnya menandakan ia kesal. Gadis itu menarik tangannya masih mencoba melepaskan ikatan di pergelangan tangannya.
Terlepas!
Alfian bangkit dari duduknya, tak menyangka ikatan di pergelangan tangan Chelsea terlepas.
Chelsea duduk dan menatap Alfian yang masih berdiri dengan tatapan takjub sekaligus takut.
Gadis itu duduk di senderan tempat tidur, belum membuka ikatan kakinya. Ia menatap Alfian.
"Entah kamu yang terlalu bodoh, atau aku yang terlalu pintar."