"Om mau tanya sesuatu denganmu. Apakah kamu kenal dengan Juliet Cahyadi?"
"Juliet Cahyadi? Iya Om, Tama kenal kebetulan dia teman sekolah Tama di Inggris. Unik memang muka bule tapi namanya Indonesia sekali Cahyadi."
"Dia itu anak dari Hendi Cahyadi. Dalang dari terpisahnya Melody kecil dengan orang tua kandungnya."
"APA! Bagaimana bisa begitu kebetulan sekali?" Adyatama jelas kaget dengan pemberitahuan dari pamannya tersebut. Terlebih Adyatama tahu jika Juliet menaruh hati padanya.
"Bukan kebetulan itu Nak. Juliet memang sengaja diumpankan kepadamu agar kamu terjerat pesona gadis itu dan meninggalkan Melody. Agar mereka bisa menghabisi Melody tentu saja. Kamu tahukan artinya jika Melody mati maka kevlan pasti akan tumbang."
Adyatama tidak menyangka jika Hendi Cahyadi tidak memiliki perasaan sampai tega melibatkan anak kandungnya untuk memuluskan rencana jahatnya. Memang sudah terdengar kabar jika hendi juga dalam dibalik kasus yang menimpa Kamini salah satu teman baiknya yang ternyata adalah adik kandung pamannya sendiri. Jangan-jangan Yoga juga adalah salah satu kaki tangan Hendi?
Jika sampai demikian terjadi, bisa dipastikan motifasi Yoga tidak hanya karena ia menginginkan Melody menjadi miliknya tetapi juga membahayakan nyawa gadis itu. Adyatama semakin cemas dengan pemikiran tersebut. Ia harus segera menyakinkan Melody sekali lagi atau mungkin harus berkali-kali dan dengan paksaan jika memang terpaksa. Sang Gadis harus segera menjadi miliknya.
Brakk ...
Pintu ruang kerja Hendi Cahyadi terbuka dengan paksa dan kasar dari arah luar. Sedangkan Hendi sendiri segera menghentikan kegiatannya yang sedang memeriksa beberapa berkas dan menatap dengan lembut kedatangan wanita cantik yang saat ini sedang menatapnya dengan wajah penuh kekecewaan dan amarah sepertinya. Hendi tahu pasti sebab sang wanita cantik berwajah begitu tetapi apa yang bisa ia lakukan, saat ini rencananya hancur berantakan karena ulah salah seorang cecunguk tidak tahu diri yang tidak lain adalah Yoga Tanwira.
Hendi sangat tidak suka melihat sang buah hati terluka dan tampak kecewa kerena dirinya tidak bisa memenuhi janjinya. "Papa sudah janjikan Tama untukku bukan? Jangan ingkar!" jerit Juliet seraya menghentakkan kakinya kesal.
Hendi melangkah mendekati sang putri dan mendekapnya dengan lembut, mengusap punggung anaknya dengan penuh rasa sayang. Ia juga merasa jengkel, seharusnya saat ini paling tidak Adyatama sedang berkabung karena kehilangan Melody dan dengan begitu Juliet memiliki celah untuk mendekati Adyatama. Kacau! Semuanya kacau karena ulah Yoga yang bukannya menghabisi Melody tetapi hanya memperkosanya dan berharap sang gadis akan mau menikah dengannya. Yoga terlalu menganggap enteng keberadaan keluarga Perkasa dan Alsaki.
Saat ini Hendi hanya bisa berdoa jangan sampai keluarga inti Alsaki turun tangan, jika sampai turun tangan bisa dipastikan keluarganya akan terlebih dahulu binasa. Apalagi saat ini kabar bahwa keponakannya diketemukan dalam keadaan hidup sudah bisa dipastikan harta Devon Cahyadi tidak akan bisa menjadi miliknya.
"Sabar Anakku, kamu tahu bukan Tama berada di mana sekarang?"
"Iya, dia sedang menemui pacar udiknya. Apa bagusnya perempuan itu sih?! Ke mana-mana juga bagus dan cantikan Juliet! Papa sudah janji akan singkirkan perempuan itu. Tapi mana buktinya, perempuan itu masih juga bertemu dengan Tama. Tama harus jadi milik aku Papa!" ujar Juliet dengan kekhawatiran berlebih itu terlihat dari kedua alisnya yang bertautan dan jari jemarinya yang saling bertaut dan saling meremas dengan gemas.
Hendi terlihat sedikit menyesal sekarang karena melibatkan sang buah hati. Bahkan sekarang mantan istrinya yang berkebangsaan Inggris sampai marah dan mendiamkan dirinya. Sang mantan istri angkat tangan jika sampai terjadi hal tidak diinginkan pada anak gadisnya karena Violet sang mantan istri juga sudah merasa kualahan mengatur buah hatinya yang sangat keras kepala seperti dirinya.
Tetapi Hendi tahu pasti langkah awal yang akan dia ambil adalah menghabisi Yoga dan juga Melody setelahnya Kevlan Perkasa dan Sapri menyusul kemudian. Sedangkan Davka Alsaki ia tidak akan melakukan apapun selain menjadikannya sebagai besan. Ia cukup waras untuk tidak berurusan dengan keluarga Alsaki.
Yang tidak terpikirkan oleh Hendi adalah bahwa Adyatama Alsaki jelas tidak akan tinggal diam jika sampai sang kekasih hati berada di dalam bahaya untuk kesekian kalinya. Begitulah kira-kira pemikiran seorang pria gagah yang menguping pembicaraan kedua orang tersebut di balik pintu teras ruang kerja Hendi. Sosok itu kemudian segera berlalu saat melihat pergerakan petugas keamanan yang berjalan ke arahnya. Ia berjongkok dan mengambil karung berisi pupuk dan membawanya ke gudang belakang. Syukur bagi dirinya semua orang yang berada di kediaman itu tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya.
Adyatama kembali memeriksa keadaan Melody yang masih terlelap dalam tidur tanpa terganggu percakapannya dengan sang paman tadi dan kemudian kembali di posisinya seperti semula. Adyatama menghubungi sang ayah untuk memberitahukan perihal penemuan Edgar tadi.
"Halo, Ayah? Tadi Om Edgar sudah telepon sama Mas."
"Iya Nak, Ayah sudah tahu. Nanti kita lanjutkan kembali ya. Ini Ayah sudah hampir sampai di rumah Yoga." Begitu kata Davka memutus pembicaraan dengan sang putra.
Ia masih menyimpan informasi yang diberikan oleh Edgar untuk dirinya sendiri karena ternyata keluarga besar Alsaki sudah tahu semuanya. Bahkan orang suruhan dari Erza Deluga ipar sepupunya sudah menyusup dalam keluarga Cahyadi. Hendi tidak bisa dianggap remeh dengan saudaranya Devon Cahyadi saja dia tega melenyapkan nyawa saudaranya tersebut.
Davka tahu pasti ia tidak bisa gegabah, yang ia khawatirkan nantinya jika sampai Yoga tahu dan pria itu akan melarikan diri atau bisa jadi hancur di tangan Hendi. Mungkin juga dirinya dan Kevlan bisa memanfaatkan Yoga untuk memancing Hendi untuk keluar dari persembunyiannya. Ya, Davka rasa hal itu bisa mereka lakukan toh Yoga sudah memanfaatkan Melody dengan begitu kejamnya bukan? Jika sampai hubungan Adyatama sang putra bersama dengan Melody hancur sudah bisa dipastikan Davka akan turun tangan sendiri menghancurkan para musuh Kevlan.
***
Adyatama masih dengan setia menemani Melody di rumah sakit. Sang bunda akan menyusul bersama dengan Tinah, ibu Melody nantinya dengan membawakan pakaian ganti Adyatama. Adyatama sudah merasa seperti rumah sakit itu sebagai rumah keduanya. Ia sangat cemas untuk meninggalkan Melody diluar jangkauannya. Firasatnya mengatakan masalah yang terjadi pada Melody lebih pelik lagi.
Adyatama mendekati ranjang Melody dan menggenggam erat jari jemari tangan gadis itu. "Mas akan pastikan siapapun yang berbuat jahat padamu akan mendapatkan hukuman yang setimpal Sayang," bisik Adyatama dengan lembut.
Melody menggerakkan jari jemari yang berada dalam genggaman Adyatama, Melody menggerakkan kepalanya dan menatap wajah Adyatama yang sedikit menunduk ke arahnya. Tatapan Adyatama yang penuh dengan kekhawatiran membuat hati Melody bersedih juga. Yang ditakutkan oleh Melody, bahwa Adyatama akan berhenti memperjuangkan dirinya. Teringat akan racauannya sebelumnya, membuat dirinya sendiri merasa ketakutan jika Adyatama benar-benar akan mengikuti sarannya dan menjauhinya. Bukan berarti juga Melody saat ini sudah sembuh dari traumanya, seandainya saja bisa semudah itu pasti Melody akan sangat bahagia.