Chereads / Wait for me to come back! / Chapter 14 - KEGUNDAHAN

Chapter 14 - KEGUNDAHAN

Kevlan Perkasa menatap amplop dokumen yang tergeletak di meja kerjanya. Pikirannya kalut saat ini, bagaimana tidak keberadaan putri bungsu yang selama ini coba ia sembunyikan hingga menekan rasa kerinduan lahir batin masih bisa terendus oleh oknum jahat. Dalam kegundahannya ia memberanikan diri membuka dokumen tersebut dan menatap beberapa lembar foto yang tadi sudah sempat ia lihat. Putrinya yang sudah tumbuh dewasa dan sangat cantik mirip dengan sang istri saat seusianya.

Tentu saja Kevlan tidak akan tinggal diam kali ini. Ia masih memantau 'kepala kakap' yang masih diam di Ibukota. Jika orang itu sudah bergerak ia juga akan ikut segera bergerak. Ia ingin semuanya segera tuntas agar kejadian seperti pada Devon Cahyadi tidak terjadi pada keluarganya. Beruntung bagi dirinya selama ini keluarganya tidak menjadi sasaran karena mereka tidak mengetahui keberadaan putrinya tersebut. Kevlan juga heran kenapa hanya anak gadis yang menjadi incaran?

"Papa, kita harus berusaha untuk mengamankan Adek, Pa," ujar Luna begitu berdiri tak jauh dari sang suami.

"Papa tahu Sayang. Tapi kita juga tidak bisa sembarangan bergerak. Kita tidak bisa salah langkah, belum cukup bukti selain dokumen ini. Sebentar lagi Gultom akan datang mengambil bukti surat ini."

"Jaman sekarang kok, orang masih mengirim surat kaleng ya, Pa."

"Sepertinya mereka sengaja membuat kita gundah. Mereka memang berhasil tetapi Papa tentu saja tidak akan takut. Mereka akan segera merasakan ganjarannya. Sudah terlalu banyak kurban."

"Bukannya Surya Deoni sudah tertangkap?"

"Sudah, tetapi dia hanyalah pion. Pemimpin sesungguhnya dari kejahatan ini belum tertangkap. Ini skala internasinal Sayang. Buktinya mereka berani mengusik keluarga Berto. Papa sendiri yakin, teknologi yang dimiliki kepolisian kita sudah sangat maju sekali. Siapapun orangnya akan segera tertangkap, pasti."

"Lalu, bagaimana dengan putri kita?"

"Dia berada di tempat yang aman. Dia sedang menunggu kedatangan kekasihnya bukan?"

"Iya, katanya Tama tidak memberikan dirinya ijin untuk meninggalkan rumah."

"Anak itu, untung saja dia setia. Padahal godaan di luar negeri tentu bukan main-main. Apalagi Tama itu juga tampan, kaya raya, jenius."

"Untungnya dia jatuh cinta pada putri kita, Melody juga cantik sekali. Ah … sedih aku. Kapan aku bisa memeluk putriku, Pa?"

"Sabar ya Ma," ujar Kevlan seraya membawa Luna dalam dekapannya.

Kalvin menyusul kedua orangtuanya dan memeluk keduanya. Ia memahami betul apa yang sedang dirasakan oleh kedua orangtuanya tersebut. Kelvin juga merasakan hal yang sama. Terpisah dari satu-satunya saudara kandungnya sejak masih balita tentu bukan perkara mudah untuk siapapun juga. Melihatnya tumbuh dan berkembang tetapi tidak bisa memperlakukan selayaknya saudara kandung.

"Kenapa kamu sedih Nak?" tanya Luna.

"Kalvin belum menemukan Siska, Ma," ujar Kalvi seraya mengurai pelukan dan mendudukkan diri pada sofa yang berjarak tak jauh darinya.

"Loh, bukannya dia di luar negeri?" tanya Kevlan yang mengikuti sang anak duduk berseberangan di susul oleh Luna.

"Ternyata tidak demikian Ma."

"Lalu?"

"Siska diusir dari rumahnya karena tidak mau memberitahukan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya dulu."

"Tunggu dulu, maksudnya apa nih? Bayi? Bukannya kamu bilang dulu Siska sempat naksir sama Tama saja dan tidak memiliki pacar?" tanya Luna.

"Kalvin juga tahunya begitu Ma," balas Kalvin.

"Kok, kamu bilang dulu. Memangnya kapan kejadiannya?"

"Sudah tujuh tahun yang lalu katanya. Ada seorang kerabat Siska yang waktu ini ingin mengadopsi anak dan menemukan bocah mirip dengan Siska. Tapi ibu panti tidak memberikan ijin karena bocah tersebut hanya dititipkan di sana."

"Ah, iya. Kadang dalam panti asuhan ada anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan mereka tampung agar mendapatkan pendidikan yang lebih layak."

"Kalau begitu bisa jadi anak itu sudah bersekolah sekarang bukan? Apakah Siska lari dengan bapak si anak tersebut?" duga Luna.

"Firasat Kalvin sih tidak. Jika dia memang ingin lari dengan Si Lelaki itu seharusnya dia tidak perlu repot untuk menutup mulut rapat-rapat. Keluarganya pasti akan menikahkan mereka dan Si Anak tidak mungkin tak jelas hidupnya."

"Betul juga ya? Pasti ada unsur pemaksaan di sini," gumam Kevlan.

"Vin, juga berpikir begitu. Mungkin Siska merasa hubungan mereka suatu kesalahan dan pada akhirnya ia lebih memilih pergi dari rumah daripada keluarganya menuntut tanggungjawab dari pria tersebut."

"Tapi ini kejadian udah lama loh. Keluarga sekaya itu masa bisa dengan santainya menganggap seperti tidak terjadi apa-apa ya?" ujar Kevlan.

"Maksud Papa?" tanya Kalvin.

"Kemarin Papa ketemu sama Handoro dan banyak kolega menanyakan tentang kabar Siska. Han dengan santainya menceritakan kesuksesan Siska yang sudah bekerja di luar negeri katanya," terang Kevlan.

"Betul-betul seperti tidak berbohong. Mulus saja dia bercerita," imbuh Luna.

"Ah, dia pasti sudah melatih itu dengan anggota keluarga yang lainnya."

"Bisa jadi ya. Mama tuh nggak habis pikir kalau betulan begitu. Kok bisa mereka nggak berperasaan?"

"Kita nggak tahu juga dengan yang sebetulnya terjadi. Jangan berburuk sangka," timpal Kevlan.

"Vin juga sudah beberapa kali menyuruh orang untuk negintai keadaan rumah mewah keluarga Siska tapi tidak ada satu pun yang pernah melihat Siska. Bahkan temannya Joshua juga tidak pernah bertemu dengan Siska. Mama ingat Joshua teman Tama dulu saat sekolah?"

"Oh iya ingat. Anak usil yang suka gangguin Melody kan?"

"Iya dia. Dia punya rumah yang letaknya tidak jauh dari rumah Siska dan selama ini dia juga nggak pernah melihat di mana Siska berada."