Chereads / Wait for me to come back! / Chapter 9 - KEKESALAN

Chapter 9 - KEKESALAN

Jim sedang mengunci pintu mobilnya saat dari seberang jalan ia melihat Juliet melambaikan tangan ke arahnya. Jim hanya menghela nafas lelah, ia tahu dengan pasti wanita muda itu mencari dirinya karena rasa keingintahuannya tentang Adyatama. Selama dua tahun terakhir Adyatama dekat dengan dirinya, selama itu pula Juliet selalu mencari tahu tentang Adyatama, seolah-olah segala ucapan yang terlontar dari mulut Adyatama tidak cukup memuaskan dirinya. Sangat mengganggu, begitu yang ada dalam pikiran Jim.

Jim sengaja bersandar di mobilnya saat wanita itu berlari kecil mendekati dirinya. Begitu sampai di depannya lalu Juliet bertanya, "Bagaimana harimu bersama dengan Adyatama hari ini?"

"Kami semua baik saja," jawab Jim.

"Jim, dia tadi menolakku lagi," keluh Juliet.

"Aku tahu, aku tadi ada di sebelahnya," ucap Jim. "Apa tidak sebaiknya kamu berhenti saaja Juliet, jangan lebih merendahkan dirimu lagi. Kamu itu cantik dan sudah pasti banyak pria yang mau denganmu."

"Aku tahu itu Jim, tahu aku maunya cuma dia."

"Kau gila Juliet, seperti tidak ada pria lain saja. Itu bukan cinta itu obsesi, kamu wanita manja yang terlalu biasa mendapatkan apa yang kamu mau. Dunia ini keras 'sister', tidak semua yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan dalam sekejap mata," tutur Jim dengan kejengkelan yang tidak ia tutup-tutupi. Pria itupun segera berlalu meninggalkan Juliet dengan kekesalan yang memuncak.

"Aku tidak peduli Jim, apapun akan aku lakukan agar Tama berpaling kepadaku!" teriak Juliet pada punggung Jim yang berjalan cepat di depannya dan mendapatkan balasan acungan jari tengah tangan kiri pria tersebut.

Malam harinya, Juliet berdandan menggunakan gaun panjang berwarna biru tosca dengan belahan sampai pertengahan paha. Hari ini ada pesta perayaan ulang tahun ke 55 tahun direktur tempat Adyatama dan Jim bekerja dan karena Aline, ibunda Juliet adalah adik sang direktur Jhon Horman maka dirinya juga bisa menghadiri pesta ini.

"Kau berdandan sangat cantik hari ini Sayang," ujar sang bunda di ujung tangga.

"Tentu Mama, dia akan datang malam ini," kata Juliet dengan antusias.

"Mungkin kamu bisa mengenalkan kepada Mama. Mama sungguh penasaran dengan pria yang telah membuat putri Mama tergila-gila," ujar Aline.

"Namanya Adyatama Alsaki dan ya nanti jika dirinya datang, Juliet akan kenalkan dengan Mama." Juliet tersenyum dan berlalu dari depan sang bunda tanpa memperhatikan jika raut wajah sang bunda sudah berubah sedikit tercengang dan pucat.

"Alsaki? Alsaki yang bersaudara dengan keluarga Berto? Ah, semoga saja bukan. Jika sampai benar, aku tidaak yakin Papamu akan merestui hubungan kalian," gumam Aline seraya menatap sang putri yang sibuk mencari mantel bulunya.

"Keluarga Alsaki? Siapa yang sedang dekat dengan klan keluarga itu?" tanya Dave.

Aline berpaling menatap sang suami. "Juliet jatuh cinta dengan salah satu anggota keluarga itu."

"Siapa namanya?"

"Adyatama Alsaki."

"Sebaiknya kamu mencegah agar putrimu berhenti mendekati pria muda itu," ujar Dave. "Kecuali kalau mantan suamimu berhenti berurusan dengan dunia bawah."

"Itu juga yang aku takutkan. Juliet sungguh keras kepala seperti mantanku," ujar Aline seraya mendesah.

"Kalian akan tetap berdiri di sana atau segera ke pesta?" tegur Juliet seraya berkacak pinggang.

Suasana hotel bintang lima tempat diadakannya pesta sangat meriah, Adyatama yang datang bersama dengan Jim dan Edgar Berto tampak menjadi pusat perhatian banyak orang. Pebisnis papan atas dunia sudah pasti banyak yang mengenal siapa Edgar Berto.

Edgar berdecak melihat susunan cup cake yang sangat artistik di salah satu meja panjang. "Kamu lihat kue-kue itu Tama, andaikan ada tantemu di sini. Om bisa pastikan dia nggak akan beranjak dari sisi meja itu. Duh! Dah kangen aja ini," ujar Edgar.

"Mungkin Om bisa foto kue tersebut dan tunjukkan kepada tante Valen," ujar Adyatama seraya tersenyum tipis.

"Ah betul, ide yang cemerlang," jawab Edgar seraya mendekat ke arah meja saji dan memfoto setiap kudapan yang ia anggap menarik.

Jim menyikut Adyatama dan menatap dengan penuh rasa penasaran tinggi kepada Edgar, seorang taipan dingin dalam dunia bisnis tetapi bisa begitu manis jika berhubungan dengan sang istri, bucin akut sepertinya.

"Aku tidaak menyangka seorang Edgar Berto bisa berlagak semanis itu demi sang istri," ujar Jim seraya terkekeh geli.

"Suami takut istri tampaknya," sahut Willar yang bergabung bersama dengan mereka.

"Bukan suami tahut istri tetapi terlalu cinta, begitulah omku itu. Segala sesuatunya kebahagiaan istrinya yang utama," ujar Adyatama.

"Hai semuanya maaf aku terlambat," sapa seorang gadis cantik berambut sehangat madu yang kemudian memeluk dan memberikan ciuman di kedua pipi Adyatama. Ia juga menyalami kedua teman Adyatama dan bergelayut manja pada lengan pemuda tersebut.

Juliet mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Adyatama dan melihatnya di depan sana. "Mama itu dia, Tama. Ayo kita ke sana," ajak Juliet.

Aline dan Dave mengikuti arah pandangan Juliet dan mengangguk tetapi baru setengah jalan mereka akan mendekati Adyatama, langkah Juliet terhenti. Kedua tangannya mengepal disisi tubuhnya, tatapannya tajam menatap gadis cantik bergaun kuning terang yang bergelayut manja di lengan Adyatama. Sedangkan reaksi Adyatama yang sangat anti pati terhadapnya sungguh berbeda dengan gadis di depannya itu. Bahkan Adyatama kali ini memeluk pinggang gadis itu dan merapatkan tubuh mereka. Juliet jelas cemburu dan kesal bukan main.

"Jadi kamu mau bermain-main dengan Juliet," geram Juliet.

Saat Juliet akan melanjutkan langkahnya lagi, sikunya ditahan oleh seorang pria. "Aku rasa kamu tidak akan mempermalukan dirimu dengan membuat keributan saat ini bukan, sepupu," ujar Billy Horman.