Catatan harian bekas wartawan : Ges Ishak.
Jakarta bukan kota tempat berkeliarannya pembunuh berantai, warga kota Jakarta Timur suka hidup tenang dan damai, walaupun di kota ini bukan seratus persen aman namun jenis pembunuhan yang terjadi biasanya pembunuhan biasa yang dilakukan penjahat amatir di jalanan seperti pengandara motor yang tewas di sabet clurit oleh kawanan begal dan semacam itu, tidak pernah terjadi kejahatan yang aneh-aneh di kota yang tenang ini, sampai hari itu tiba, hari dimana horor yang hanya bisa kita lihat di TV muncul ke kehidupan nyata. Semua orang di kotaku, di Jakarta, membicarakan kematian Permana, kematiannya sangat mengerikan dan tidak wajar, pemuda tanggung itu ditemukan di tanah kosong, tubuhnya tergeletak dengan usus terburai, kepala, kaki, dan tangannya ditemukan masing-masing jauh terpisah, kira-kira seratus meter dari tubuhnya. Bekas luka di potongan tangan dan kaki tampak kasar, menunjukan kalau tangan dan kakinya tidak di potong mengunakan benda tajam, seolah-olah tangan dan kaki Permana dicabut oleh kekuatan yang sangat kuat hingga putus, kekuatan mirip kekuatan seekor kuda jantan liar, Ekspresi wajah Permana membekukan ekpresi terakhirnya sebelum tewas dengan cara sangat mengerikan. Kedua mata Permana melotot, seolah-olah ia begitu terkejut melihat mahluk yang menyerangnya itu. Kedua mulutnya mengangga lebar menunjukan kalau ia berteriak sekuat tenaga sebelum menemukan ajalnya sebagai usaha terakhirnya menyelamatkan diri. Ada luka bekas goresan besar melintang dari dahi, melewati hidung sampai ke dagu. Di tangan dan kaki juga ditemukan luka goresan yang dalam. Luka goresannya tidak rapi menunjukan kalau luka goresan itu bukan akibat benda tajam.
Diantara potongan-potongan tubuh Permana ditemukan banyak bulu-bulu kasar berwarna hitam sepanjang telapak tangan orang dewasa, fakta yang seolah-olah menunjukan kalau Permana diserang oleh mahluk berbulu liar yang sangkat kuat, dugaan langsung mengarah pada serangan beruang liar yang entah datang dari mana. Ada banyak cairan lengket di seluruh tubuh Permana, polisi mengambil sampel cairan lengket ini dan memeriksanya di laboratorium, ditemukan fakta bahwa cairan lengket ini mungkin air liur manusia dengan golongan darah A yang menunjukan kalau fakta lain kalau permana diserang oleh manusia, lalu bagaimana dengan bulu-bulu kasar sepanjang telapak tangan orang dewasa yang ditemukan dekat tubuh korban. Polisi menanyai warga dari rumah ke rumah jika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang aneh pada malam hari dimana diperkirakan Perman tewas diserang. Jawaban warga beragam ada yang menjawab 'Ya.' ketika ditanya lebih lanjut 'apa yang mereka dengar?' jawabannya berubah menjengkelkan jadi 'gak yakin juga sih' kemudian warga dirumah lain menjawab mendengar suara geraman hewan liar seperti suara singa. Kemudain yang lain menjawab 'bukan suara singa itu suara seperti suara gergaji mesin' dan jawaban lain yang aneh-aneh.
Polisi menyelidiki kronologi waktu Permana sebelum kematiannya yang mengerikan, Permana diketahui keluar dari rumahnya di Pal Merah, hari Selasa pukul dua siang untuk pergi ke Kampus Ilmu Teknologi atau KIT di Salemba, hal ini disaksikan oleh ibu kandung Permana yaitu ibu Partini. Polisi kemudian menyelidiki dosen-dosen di kampus KIT yang mengajar kelas Permana Hari Selasa. Pak Sutoyo yang memiliki jam mengajar pertama menjelaskan kalau Permana tidak hadir di kampusnya hari itu, tidak ada kabar keterangan ini di benarkan oleh Pak Lebo dan Pak Husein dosen yang juga mengajar di kelas Permana pada hari Selasa. Tubuh Permana ditemukan terkapar di tanah kosong kira-kira lima ratus meter dari kampus KIT, orang pertama yang menemukan mayat Permana adalah Dedi dan Lia dua remaja yang sedang lari pagi pada pukul 07:30 pagi. Sampai sini siapa yang membunuh Permana dan apa motifnya masih misteri ...