Chereads / Mutatio (Mutasi) / Chapter 2 - Transfer

Chapter 2 - Transfer

Ruangan itu berlantai putih bersih mengkilap karena sering dibersihkan, sementara diatas lantai tampak banyak meja-meja kerja berjajar rapi yang dipisahkan oleh bilik-bilik kayu.

Dilman sedang duduk di meja kerjanya sambil menatap layar komputer. Dilayar monitornya muncul gambar-gambar desain logo perusahaan-perusahaan.

"Dimana?" gumam Dilman pelan. "Dimana sih?"

Terdengar suara sepatu hak tinggi di lantai menarik perhatian, dan tidak lama kemudian muncul wajah wanita cantik yang rambutnya diikat kebelakang dari bilik kerja Dilman.

"Dilman?"

"Ya, bu?" jawab Dilman gugup, Bu Lisa adalah salah satu karyawan di tempat Dilman bekerja.

"Kenapa kamu ngomong sendiri?"

"Nggak, bu. Saya lagi cari file logo.psd saya."

"Oh, ya sudah lanjutkan kerjanya."

"Siap bu." Dilman kembali menunduk pada layar monitornya sementara Bu Lisa berjalan menjauh. Belum jauh Bu Lisa berjalan, ia mengaruk kepalanya yang tidak gatal lalu kembali ke bilik kerja Dilman. Dilman kembali melihat wajah Bu Lisa muncul di bilik mejanya.

"Ya, ada apa lagi Bu?"

"Sudah ketemu filenya?"

"Belum Bu."

"Ke delete gak?"

"Mudah-mudahan nggak Bu."

"Oh, iya kamu di panggil Pak Arya."

"Sekarang Bu?"

"Ya, sudah sana cepetan."

"Siap Bu." Dilman bangkit dari kursinya kemudian berjalan ke arah lorong koridor panjang menuju ruangan Pak Arya bos di perusahaannya.

"Tok! Tok! " terdengar pintu kaca yang di ketuk dari luar ruangan sementara pria botak berkemeja licin itu sedang menulis diatas meja.

"Masuk." katanya dengan intonasi suara yang sangat berwibawa. Di depan pria itu ada papan nama bertuliskan Arya Herlambang SH

"Tok! tok! tok! " kembali terdengar ketukan kali ini lebih keras.

"Eh, iya masuk!" Kata Pak Arya.

"Tok! tok! tok! " kembali terdengar ketukan di pintu. Pak Arya bangkit dari kursinya dengan geram, ia sebenarnya mau marah oleh orang diluar tapi ia sendiri kemudian sadar kalau ruangan kantornya itu bekas ruangan rekaman yang di rubah menjadi ruang kantor sehingga kedap suara, suaranya di dalam tidak akan terdengar dari luar meskipuan ia berteriak kencang.

Klekk! suara gagang pintu yang di putar, dan pintu itu terbuka menampilkan sosok pria berkacamata bingkai hitam yang sejak tadi mengetuk pintu.

"Dilman?"

"Permisi pak." Kata Dilman tersenyum lebar.

"Ya, masuk."

Dilman segera memasuki ruangan paling horror bagi para karyawan itu. Pak Arya kembali duduk di mejanya dan melanjutkan menulis diatas kertasnya tanpa mempersilahkan Dilman untuk duduk. Dilman berdiri sambil menunggu.

"Ehmm, pak .." Kata Dilman.

"Sssttt ..." kata Pak Arya sambil terus menulis dan menunduk diatas kertas. Selama tiga puluh menit Dilman hanya berdiri diruangan itu sambil menunggu Pak Arya selesai menulis.

"Ya, kamu mau tanya apa?" kata Pak Arya berwibawa.

"Ehmm kata Bu Lisa saya disuruh menghadap keruangan Pak Arya. Kenapa ya?"

"Kamu sudah berapa lama bekerja disini?" kata Pak Arya kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi, sementara jari-jari tangan kiri dan kanan disatukan membentuk piramid. Jantung Dilman langsund deg-deg'an mendengar kata-kata dari Pak Arya, kata-kata pembuka dari Pak Arya mirip dengan kata-kata pembuka semua bos saat melakukan pemecatan.

"Dua tahun, Pak."

"Dua tahun ya, kamu betah kerja disini?"

"Betah pak." jawab Dilman sambil senyum-senyum sendiri.

"Siapa suruh kamu ketawa?"

Dilman langsung merapatkan bibirnya.

"Kamu tahu perusahaan kita sangat menjunjung kedisiplinan."

"Iya tahu, Pak."

"Dengarkan saya dulu jangan memotong kalimat saya!" bentak Pak Arya.

Dilman menunduk sambil membisu.

"Bulan ini kamu terlambat dua kali, kita absen kerja mulai jam 07:00 pagi, kamu jam 08:00 baru datang di kantor. Kamu pikir ini kantor nenek moyang mu!"

Dilman hanya bisa diam mendengar ocehan Pak Arya panjang lebar sampai kata-kata Pak Arya sampai pada " ... kamu di transfer ke pabrik Cikarang, temui pak Yudha kepala bagian gudang."

seketika kedua lutut Dilman menjadi lemas.