Chereads / Mutatio (Mutasi) / Chapter 4 - Sales atau Penipu

Chapter 4 - Sales atau Penipu

Dilman sedang duduk di dalam kamarnya, tas ranselnya tergeletak di lantai kamar, lemarinya terbuka lebar ada pakaian terlipat tertumpuk diatas ranjangnya. Dilman sedang merapikan pakaiannya. Dilman berencana mencari kontrakan atau rumah kos dekat cikarang tempatnya bekerja. Ia tidak ingin bolak-balik dari Pondok labu ke Cikarang dengan motornya setiap hari, ia bisa mati kelelahan karena hal itu.

Drrrrtttttt ... drrrrttttt ... HP Dilman di atas meja tampak bergetar. Dilman melihat ke arah HPnya, namun HPnya sudah berhenti bergetar kini. Dilman kembali menjejalkan beberapa baju dan celana ke dalam ranselnya. Punggung Dilman terasa lelah, maka ia duduk diatas ranjang sambil menatap kaca. Dilman melihat wajahnya yang tirus dan panjang, dengan sepasang mata yang sayu, ia terlihat menyedihkan seperti karirnya, sebenarnya Dilman bukan pria yang jelek namun ia memang terlihat menyedihkan dengan sepasang mata sayu dan alis yang terlihat turun ke bawah dengan bentuk hidung yang memanjang. Dilman merasa benci sekali dengan bosnya di kantor selama dua tahun ia bekerja tidak pernah terlambat begitu terlambat dua kali ia di pindahkan ke bagian gudang. Karirnya meluncur bebas dari seorang Graphic Designer dipindahkan ke bagian gudang. Pak Arya harusnya di gotong ramai-ramai oleh semua karyawan lalu di buang ke kandang singa, sehingga singa-singa di dalam kandang bisa kenyang makan daging gurih Pak Arya, Daging Pak Arya pasti gurih karena ia biasa makan enak, pasti Pak Arya belum pernah tahu rasanya tempe, dasar bos manja ! pikir Dilman.

Dilman bangkit dari ranjang dengan malas, kemudian ia pergi ke dapur, Dilman melihat seekor kecoa sedang berjalan di pinggir pegangan pengorengan. Dilman mengambil gelas dan meletakannya diatas meja, ia memasukan gula dan kopi, tiga sendok kopi dan satu sendok gula adalah resep rahasia Dilman untuk membuat kopi yang nikmat.

Dilman menuangkan air panas dari termos ke dalam cangkir kopi. Aroma kopi itu sangat menenangkan. Dilman kemudian kembali ke kamar dan meletakan cangkir kopinya di dekat meja. Dilman meraih HPnya kemudian melihat panggilan masuk tadi ternyata berasal dari nomer yang tidak dikenalinya, sales atau penipu? Dilman kemudian menekan beberapa angka untuk menelpon. Dilman sejak tadi menunggu telepon dari temannya, namun semua orang mendadak jadi sibuk jika di butuhkan bantuannya.

"Halloo Im?"

"Ya halloo .."

"Gimana rumah kos di cikarang besok dah siap apa gimana?"

"Harganya berubah Dil."

"Berubah gimana katanya dah deal kemarin kita masing-masing bayar 400ribu sebulan."

"Ya, kalau mau kau bayar 500ribu sebulan kita lihat rumah kosnya hari ini."

"Hari ini kita omongin ya? nanti aku kerumah kosmu sore."

Terdengar nada sambungan terputus.

"Halloo ... halloo.. Im? Baim?"