Hujan masih turun rintik-rintik malam itu dan membuat aspal basah dan licin, hawa dingin menyelinap diantara lampu-lampu jalan yang kekuningan. Jalan beraspal panjang itu tampak seperti badan ular anakonda yang panjang dan mengkilap. Di jalan panjang yang gelap dan licin itu tampak dua motor berjalan membelah kegelapan malam yang sunyi.
Dilman pulang bekerja malam itu mengikuti motor satria FU Baim di depan, Dilman harus memacu motornya dengan cepat jika ia tidak mau tertinggal motor Satria FU Baim yang melaju kencang di depan. Saat melewati tikungan tajam di jalan licin ban motor Dilman berdecit dan motornya miring, kemudian bergoyang, jantung Dilman berdetak kencang, ia merasa kalau ia akan mati saat itu namun ... tap! ... kaki Dilman menginjak aspal dengan yakin lalu motornya kembali seimbang dan Dilman berhasil melewati tikungan tajam mengerikan itu tanpa terjatuh.
Rasanya luar biasa sekali saat Dilman bisa melewati tikungan tajam dan jalan licin itu, cipratan air hujan membasahi wajah Dilman dan kepala Dilman di dalam helm terasa berdenyut-denyut akibat ia merasa sangat bersemangat setelah melewati tikungan tajam licin itu.
Broooommm !!!! ... Satria Fu Baim melaju kencang, Baim melihat dari helm full facenya ke kaca spionnya tadi kalau motor yang di tumpangi Dilman hampir saja terjatuh saat di tikungan jalan yang tajam dan licin itu. Motor Dilman terlihat bergoyang sesaat namun kemudian Dilman mengunakan satu kakinya memginjak diatas aspal basah untuk menyeimbangkan motornya.
"Lumayan." gumam Baim sambil memperhatikan motor Dilman dari kaca spionnya, ... Broomm! Baim kembali mempercepat laju motornya.
Grrrrrrr !!!! .... terdengar raungan hewan dibalik kegelapan malam dan rintik hujan yang terus saja turun dari langit. Baim melirik ke arah kiri jalan, ia hanya melihat pohon-pohon tinggi dan semak-semak gelap ...