Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 53 - chapter 1 - 8 tahun kemudian

Chapter 53 - chapter 1 - 8 tahun kemudian

(8 tahun kemudian)

Diantara lebatnya hutan terdapat sebuah jalan lebar dan panjang menghubungkan arus perdagangan antara kerajaan satu dengan lainnya.

Ctass!! Ctass!!

Suara cambuk terdengar cukup keras mengoyak kulit para budak tahanan yang terikat seutas tali kuat di leher dan tangan mereka membelenggu budak satu dengan lainnya hingga membentuk seperti kereta manusia. Tubuh mereka kurus, dekil, lemah dan bau tidak sedap tercium kuat dari tubuh mereka karena mereka tidak memiliki kebebasan untuk buang air apalagi untuk mandi. Ratusan para budak itu terdiri dari pria, wanita bahkan anak-anak masuk dalam barisan para budak Kekaisaran Samaratungga, mereka adalah bekas rakyat Kekaisaran Hime yang kini menjadi tahanan perang sejak 3 tahun yang lalu.

5 tahun yang lalu, Kekaisaran Samaratungga mulai melakukan peperangan untuk menguasai Kekaisaran disekitar wilayahnya. Kaisar Baykyu memulai peperangan pertamanya melawan Kekaisaran Yunnju, setelah Kekaisaran Yunnju kalah dalam kurun waktu 2 tahun, Kekaisaran Samaratungga mulai terobsesi untuk menyerang dan menguasai kekaisaran lain. Kemenangan demi kemenangan dalam peperangan selalu diraih Kekaisaran Samaratungga yang sangat terkenal dengan kekuatan militernya. Selain itu tidak ada satupun orang yang tidak mengenal Kaisar dari Kekaisaran Samaratungga yang merupakan satu-satunya manusia dibumi yang mencapai level Dewa pengendalian elemen Api.

Ctass!! Ctass!!

Suara cambuk masih terdengar memaksa 300 budak terus melanjutkan perjalanan meskipun tubuh mereka lemah dan lapar.

Malam telah tiba, tali panjang pengikat para budak yang biasa dipegang oleh penjual budak kini di ikat pada batang pohon. Para penjual budak membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka dari dinginnya malam dan membiarkan para budak menggigil kedinginan. Beberapa budak yang masih anak-anak tampak gemetar tak kuat dengan dinginnya malam, dan satu-satunya yang bisa mereka lakukan hanyalah merapatkan diri dengan budak lainnya dan berharap suhu tubuh mereka saling menghangatkan untuk melewati dinginnya malam.

Para penjual budak mulai membagikan satu-persatu roti kering pada para budaknya dan dengan rakus mereka melahap roti yang diberikan pada mereka.

"kita sudah berjalan 15 hari, kenapa kita tidak juga sampai?" tanya budak berumur 12 tahun.

"Ibu Kota Kekaisaran Samaratungga memang sangat jauh, sepertinya kita akan sampai paling cepat 20 atau 30 hari lagi." jawab budak berumur 15 tahun.

"kenapa Ibu Kota Samaratungga butuh begitu banyak budak? "

"aku juga tidak tahu..."

20 hari kemudian, barisan para budak yang lemah berjalan menyusuri jalanan lebar yang mulai dilapisi dengan potongan batu tersusun rapi di seluruh permukaan jalan hingga memudahkan kereta melaju cepat melewatinya.

"wow... Jalanan penghubung sepanjang ini di bangun sedemikian rupa, aku tidak bisa membayangkan berapa banyak bekerja yang dibutuhkan untuk membangun jalanan istimewa seperti ini. Bahkan di ibu kotaku dulu jalanannya masih berupa pasir." ucap budak berumur 12 tahun.

Kereta mulai lalu lalang dijalanan penghubung, dari semua kereta yang lewat, hampir semua adalah kereta mewah yang hanya bisa dimiliki kelas atas.

"apakah semua orang dari Ibu Kota Kekaisaran Samaratungga adalah orang kaya? " ucap anak berumur 12 belas tahun dengan mulut mengganga memandangi indahnya kereta yang melewati barisannya.

"aku tidak perduli, yang aku perdulikan adalah bagaimana cara agar aku bisa terbebas dari perbudakan." anak berumur 14 menggerutu.

"aku dengar, jika kita beruntung bisa bekerja pada orang kaya, kita bisa makan dan hidup enak."

"apa kamu mau hidup menjadi budak selamanya? "

"...." anak berumur 12 terdiam, kemudian dengan suara ragu ia berkata. "....tapi aku tidak tahu harus berbuat apa jika suatu hari kita bebas nanti... Sudah 3 tahun aku menjadi budak, yang aku tahu hanyalah bekerja baru kita bisa mendapatkan makan. Apakah kamu tahu apa yang harus kamu lakukan jika bisa bebas? "

"..." anak berumur 14 tahun terdiam, kemudian dengan sedikit bingung ia menjawab. "...aku akan pikirkan nanti setelah aku bebas."

"apakah kamu punya cara agar bebas? "

Anak berumur 14 mengangguk sambil jari telunjuknya yang bergerak didepan bibirnya memberi isyarat untuk diam.

Anak berumur 12 tahun mengangguk mengerti.

Dengan berbisik anak berumur 14 tahun mendekatkan bibirnya ketelinga anak berumur 12 tahun. "aku sudah belajar untuk mengendalikan elemen tanah, dan tadi malam aku berhasil mencapai level 2. Nanti malam aku akan membentuk pisau batu untuk mengiris tali yang mengikat kita."

Mata anak berumur 12 tahun melebar takjub sambil mengangguk pelan.

Matahari mulai terbenam, seperti biasa tali pengikat para budak di ikat pada pohon. Malam semakin larut, semua orang sudah tertidur dengan lelapnya.

Pukk! Pukk! Pukk!

Terasa beberapa tepukan membangunkan anak berumur 12 tahun yang matanya masih belum terbuka sepenuhnya. "hmm...ada apa? ...."

Kritt... Kritt... Kritt...

Terdengar suara gesekan benda tumpul, itu adalah suara batu yang tidak terlalu tajam bergesekan dengan tali pengikat tangan anak berumur 12 tahun. Menyadari itu, matanya yang mengantuk kini terbuka lebar. Bemudian berbisik. "...apa kamu yakin mau melarikan diri?"

Anak berumur 14 tahun mengangguk dan masih menggesekkan batunya pada tali pengikat yang berlahan mulai terkoyak dan hampir terputus sepenuhnya.

Tass!

Tali pun terlepas, anak berumur 14 tahun menggandeng anak 12 tahun menuju hutan pelan-pelan agar tidak membuat orang lain bangun. Merekapun berhasil menuju hutan semakin dalam menjauhi kelompok budak lainnya.

"kenapa kamu hanya membawaku? " tanya anak berumur 12 tahun sambil berlari.

"aku tidak akan bisa membebaskan semuanya, dari pada aku mengambil resiko besar lebih baik aku mencari aman. " jawab anak berumur 14 tahun sambil berlari.

Beberapa jam kemudian, mereka berhenti berlari, suara nafas mereka terdengar cukup berat dan bersandar dibawah pohon.

"Chen Xu, aku takut... "

"kamu tidak perlu takut, ada aku. "

"aku tidak percaya kamu punya kemampuan untuk melindungiku. "

"kenapa kamu tidak percaya, aku Chen Xu berjanji akan melindungi Baili Tusu!..." ucap Chen Xu dengan tangan kanan memengang dada kirinya. ".... Apa kamu percaya sekatang? "

Baili Tusu tersenyum getir sedikit memaksa.

"sepertinya kamu masih belum mempercayaiku." Chen Xu menggerutu.

Pagi mulai menjelang, mereka berdua sudah keluar melewati hutan. Mata mereka melebar dengan senyum lebar melihat ramainya pasar, seumur hidup mereka belum pernah sekalipun bebas dan melihat keramaian dengan seenaknya seperti ini. Mereka begitu bahagia seakan menghirup udara kebebasan.

Bukk!

Baili Tusu mendengar suara benda kecil yang jatuh ketanah, ia pun mengambilnya dan melihat sekelilingnya untuk mengembalikan pada pemiliknya. Tapi ia tidak melihat jejak orang tersebut, kemudian ia membuka kantong itu dan melihat ada beberapa perak pipih di dalamnya.

Chen Xu berlari mendekat kearah Baili Tusu. "kamu kemana saja, hampir saja aku tidak menemukanmu. "

Baili Tusu menyodorkan sebuah kantung yang barusan ia temukan pada Chen Xu. "tadi ada orang yang menhatuhkannya aku tidak tahu apa itu."

"....." Chen Xu hanya diam dan menggaruk kepalanya karena tidak tahu.

Beberapa jam kemudian, mereka mulai lelah dan lapar. Mereka memohon pada penjual roti untuk memberikan mereka sepotong roti tapi tak satupun yang mereka dapatkan. Kemudian disudut jalan Baili Tusu melihat sepotong roti yang tidak utuh tergeletak ditanah dengan keadaan kotor bercampur tanah. Ia-pun mengambilnya dan membagi sebagiannya pada Chen Xu yang juga lapar. Merekapun memakannya dengan rakus.

Siang yang panas tak berawan, mereka duduk didepan toko yang memiliki teras untuk mereka berteduh dari panasnya matahari. Mata Chen Xu bergerak kesana kemari mengamati keadaan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa semua orang melakukan jual beli menggunakan benda mirip seperti benda yang tadi di temukan Baili Tusu. Chen Xu mengambil benda itu dari sakunya dan mengamati perak pipih dengan tulisan yang tidak bisa ia baca. Tak banyak berpikir, Chen Xu mencoba membeli roti menggunakan perak tersebut dan berhasil, bahkan dia diberi kembaluan berupa kepingan logam yang ukurannya lebih kecil. Dengan wajah bahagia Chen Xu menghampiri Baili Tusu dengan membawa banyak roti ditangannya.

"bagaimana jamu bisa mendapatkan begitu banyak roti? "

Chen Xu menyodorkan Perak pipih (coin perak) didepan mata Baili Tusu. "aku membelinya dengan ini... Awalnya aku juga tidak tahu benda apa ini, karena di kota kekaisaran Yunnju kita menggunakan uang kertas. Ternyata logam pipih ini adalah uang."

Baili Tusu ikut bahagia, kemudian mereka memakan roti ditangan mereka hingga kenyang.

......*******...

(di Istana Dingin Kekaisaran Samaratungga)

Didepan gerbang Istana Kekaisaran Samaratungga seorang pria tua dengan rambut yang hampir seluruhnya sudah berubah menjadi putih berjalan melewati gerbang raksasa yang terbuat dari emas dengan ukiran indah pada permukaannya. Di punggung Pria tua itu terikat sebuah kain yang sepertinya berisi balok persegi panjang. Para prajurit Istana yang berpatroli berpapasan dengannya tampak mengenalnya meski mereka tidak saling menyapa. Dari sorot mata para prajurit nampak memandang kasihan terhadap pria tua yang melintas didepan mereka meskipun mereka mencoba untuk tidak menunjukkannya. Tangan keriput pria tua itu terasa dingin dan gemetar tapi dia terus berjalan kearah tempat yang ia tuju, ia berjalan tanpa takut tersesat seakan ia sudah terbiasa melewati lorong-lorong luas istana yang rumit bak puzzle. Langkahnya berhenti didepan sebuah gerbang kayu polos, tangannya masih terasa dingin dan gemetar. Raut wajahnya tampak ragu, kemudian ia memandang papan yang berada tepat diatas gerbang kayu bertuliskan Istana Dingin.

glup.... ia menelan ludah yang terasa pahit di tenggorokannya sambil memandang gerbang kayu itu dalam-dalam. "sudah 3 tahun aku keluar masuk tempat ini, tapi seumur hidup aku tidak pernah merasa setakut ini... " dengan ragu ia membuka pintu gerbang itu dengan kedua tangannya.