Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 59 - chapter 7 - tanpa suara

Chapter 59 - chapter 7 - tanpa suara

(Jalan besar tengah hutan)

Hembusan angin dingin bertiup lembut, hewan malam bernyanyi saat sinar rembulan menerangi jalan besar yang tidak terurus di tengah hutan yang luas. Keheningan malam mulai terusik, suara rantai terseret diatas tanah yang berbatu, terkadang suara cambuk sesekali terdengar cukup keras. Ratusan pria dewasa tampak terbelenggu pada rantai yang menyambung, sorot mata mereka gelap seakan kehilangan harapan hidup. 20 penjual budak dengan garang memandu dagangan mereka kearah Ibukota Kekaisaran Samaratungga. Untuk mencari sesuap nasi dan menyambung hidup, mereka tidak perduli dengan harga diri ataupun rasa kemanusiaan, bahkan mereka tega menjual orang-orang dari suku mereka sendiri.

Cahaya bulan mulai tertutupi awan, malam kehilangan sinarnya, tanpa ada angin yang bertiup kencang, semua obor di tangan para penjual budak seketika padam. Kegelapan mulai menimbulkan ketakutan, tiba-tiba suasana terasa senyap untuk sesaat, tanpa bisa berpikir panjang, kepala penjual budak terlepas dari tubuhnya, dalam kegelapan yang merajai, semua orang hanya bisa mendengar suara benda jatuh dan menggelinding. Dalam hitungan detik, tanpa sempat bereaksi, terdengar suara puluhan bola jatuh yang terdengar.

Awan mulai bergerak berarak dilangit yang gelap menampakkan kembali cahaya redup bulan yang menyinari jalanan.

"?!!!!!" Seketika mata semua budak terbelalak saat melihat kepala dari semua penjual budak hilang dari tubuh mereka.

dengan tubuh gemetar, seorang veteran di antara barisan para budak menyadari. "E, Elemen Angin level 8?!"

Mendengar itu, bulu kuduk semua budak seketika berdiri ngeri.

Sesaat kemudian, tanpa seorangpun menyadari, seorang wanita berambut panjang tiba-tiba sudah ada di dekat mereka. Wajah wanita itu tertunduk hingga tidak terlihat dalam malam, tapi leher dan kedua tangannya yang terbuka terbias cahaya bulan dan menampakkan gambar tato yang begitu penuh, sehingga seakan dia menggunakan baju ketat bermotif mantra.

Clangk!

Dalam sekejap mata, ratusan belenggu besi yang mengikat semua budak seketika jatuh ketanah.

"?!!!!" semua orang shok dengan tubuh gemetar, seakan mereka sedang berada di dekat monster. Otot-otot mereka tegang hingga suara mereka tak mampu keluar.

Di jaman yang penuh dengan peperangan dan kehancuran, banyak orang berbakat yang mati sia-sia dengan mayat tergeletak tak terkubur. Hingga hampir mustahil bisa menemukan pengguna elemen lain selain elemen Api yang mampu memiliki level di atas 5. Terlebih lagi Elemen Angin adalah Elemen yang bisa di bilang mampir musnah selain itu tingkat kesulitan untuk mempelajarinya adalah yang paling sulit jika di bandingkan dengan elemen lain.

Bagai memecahkan keheningan es, suara lembut seorang wanita terdengar lembut bagai desir angin di pagi hari dan berkata. ".....pergi. "

Untuk sesaat semua budak tertegun, kemudian mereka sadar dan seketika semua budak lari tunggang langgang, tanpa sempat menyadari bahwa saat itu mereka telah di selamatkan dari perbudakan.

Wanita berambut panjang itu tetap terdiam di tempatnya dan dengan sedikit hentakan jari, seketika membuat puluhan bola kepala tak bernyawa beserta tubuhnya terpotong-potong menjadi bubur menyisakan gundukan bubur merah darah di tanah. Kemudian ia menghempaskan tangan kanannya, seketika angin menerbangkan tanah dan menutupi bubur manusia yang kini tak nampak jejaknya.

............¤¤¤¤¤............

(pagi di istana dingin)

Kupu-kupu hitam terbang rendah di halaman Istana dingin, jari-jari terangkat pelan keatas seakan mempersilahkan kupu-kupu hinggap di atasnya. Kupu-kupu itupun hinggap dengan tenang di atas jari-jari dari tangan yang terdapat bekas luka di pergelangannya.

Bukk!

Terdengar suara benda jatuh, hingga kupu-kupu terbang kembali dari jari-jari itu dan menyisakan ekspresi sayu dari pemuda rupawan berkulit putih pucat.

Prang!

Kini suara piring jatuh terdengar Pangeran Arima-pun menoleh kearah datangnya suara dan melihat tumpukan pecahan beling diatas lantai dari selusin piring yang kini tak berbentuk. Terlihat seorang dayang muda yang seluruh tubuhnya gemetar hebat ketakutan saat Ia menyadari Pangeran Arima menatap kearahnya.

"setakut itukah mereka saat melihatku..." pikir Pangeran Arima sambil menoleh kembali kearah taman.

Merasa ada sedikit kelegaan, dayang itu berusaha membersih kekacauan yang ia perbuat.

Hari ini semua orang terlihat terburu-buru sehingga melakukan banyak kesalahan.

Tak seperti biasanya, istana dingin yang biasanya selalu sepi terbengkalai kini ramai dengan puluhan kasim dan dayang yang bergerak cepat. Untuk sesaat, pangeran Arima merasakan kehidupan di dalam kediamannya meskipun mereka sebetulnya terburu-buru mengangkat dan mengepaki barang Pangeran Arima yang harus di simpan sebelum di angkut dalam kereta kuda.

Tak butuh waktu lama, sekitar 15 menit semua barang yang di butuhkan Pangeran Arima sudah berada dalam kereta karena 2 hari lagi, Pangeran Arima resmi harus meninggalkan Istana.

.........¤¤¤¤¤¤............

(dalam rumah yang tidak di ketahui)

Malam adalah waktu semua orang istirahat dan sangat sulit untuk menjaga mata tetap terjaga, tapi itulah waktu yang tepat untuk menyelinap pergi.

"kami berdua akan melarikan diri, jika diantara kalian ada yang menghianati dan melaporkan kami, aku bersumpah akan membunuh orang itu!" ucap Chen Xu dengan tegas.

"...!" anak-anak lain hanya bisa terdiam.

Kemudian Chen Xu berhasil membuka gembok ruangan menggunakan elemen tanah miliknya saat para pria berseragam lengah. Dengan wajah puas Chen Xu bersama Park Yo keluar meninggalkan anak-anak lain yang tidak memiliki nyali. Mereka bedua berhasil menyelinap keluar bangunan itu melewati lubang anjing. Mereka terus berlari tanpa tahu arah tujuan, mereka hanya bisa berlari dengan tenggorokan kering keronta dan tubuh yang terus di paksa untuk berlari.

Bukk!

Park Yo jatuh karena lemas.

Dengan suara nafas yang terengah-engah dan menahan haus, Chen Xu bertanya. "...apa...kamu tidak apa-apa?... "

Dengan nafas lemah Park Yo menjawab. ".....tenagaku.... sudah benar-benar habis... aku sangat haus tubuhku sangat lemas.... "

"....apakah kamu bisa berdiri?..."

Park Yo menggelengkan kepala.

".....aku tidak ingin tertangkap, aku akan terus berlari. Sebelum itu, berjanjilah jika ada salah satu di antara kita yang di tangkap, ia tidak boleh menceritakan posisi yang lainnya. "

Park Yo terdiam sejenak, kemudian ia mengangguk. "....baiklah aku berjanji. "

............¤¤¤¤¤¤............

(di lorong istana dekat pintu gerbang)

Hari sudah larut malam, Seorang Kasim berlari di antara lorong istana dengan seluruh tubuh yang di basahi oleh keringat, kemudian ia berhenti tepat di depan seorang kasim senior yang nampak berdiri menunggunya.

Dengan suara nafas terengah-engah ia berkata. "tuan, gawat 2 anak calon kasim berhasil melarikan diri! "

"apa?! " kasim senior kaget dan dalam pikirannya ia cemas. "bagaimana ini, jika kami kehilangan mereka. Tidak akan ada satupun kasim lain yang mau menggantikan untuk melayani Pangeran Terkutuk! " dengan wajah yang mengeras ia memerintahkan. "tangkap mereka apapun yang terjadi!"

..............¤¤¤¤¤¤............

(Di pinggiran jalan yang sepi)

Chen Xu berlari meninggalkan Park Yo sendiri di pinggir jalan, dengan sekuat tenaga Chen Xu berusaha meraih kebebasannya. Tapi rasa dahaga yang tak tertahankan membuat pikirannya tidak bisa benar-benar fokus, matanya terbelalak lebar dengan bibir kering membentuk garis lengkung senyuman saat ia melihat sebuah sumur. Dengan segera ia menimba dan dengan kalap meminum air di dalamnya hingga wajanya terlihat segar dan seperti hidup kembali.

Tiba-tiba dari belakang ada beberapa tangan yang menyekap Chen Xu dan mengunci gerakannya.

"lepaskan aku!!!! " jerit Chen Xu marah.

Tangan-tangan pria dewasa berseragam begitu kuat mengunci gerakannya sehingga ia tidak sedikitpun bisa menggunakan elemen tanah miliknya.

Dan ekspresinya yang masih shok ia berpikir. "tidak mungkin, kenapa mereka bisa begitu cepat menangkapku?!"

Seorang pria berseragam berwajah sinis berjalan dengan santai sambil mengipaskan kipas di tangannya dan berkata sambil tertawa feminim. "hohoho... Orang yang kehausan di padang sahara, pasti lebih memilih air dari pada gunung emas. Adalah hal yang mudah mencari buruan seperti kalia.... " kata-kata pria itu terhenti sejenak saat matanya berputar mencari sesuatu dan nampaknya tak menemukan yang ia cari. Kemudian ia bertanya. "....kemana temanmu, bukankah dia berasamamu? "

Chen Xu menggigit bibir bawahnya dan berpikir. "dia menanyakan tentang Park Yo, itu artinya mereka masih belum menemukannya. " kemudia mulutnya mulai terbuka dan mengatakan kebohongan. "Park Yo dia berlari lebih cepat dariku, mungkin saat ini dia sudah ada di luar kota."

Wajah pria berseragam itu semakin sinis dan menggerutu. "dasar hewan pengerat, kalian hanya bisa menyusahkan saja." kemudian ia menghadap juniornya dan memerintahkan. "cepat kejar tikus yang satunya lagi! "

Segera juniornya mengikuti perintah dan berlari mencari.

Pria berseragam berwajah sinis sangat kesal dan mengeluarkan belati dari sarungnya. Dengan suara feminim dan keji ia berkata seperti desisan ular berbisa. "selamat kamu akan menjadi anak yang pertamakali akan merasakan bagian tubuhnya terpotong dan akan terlahir kembali saat ini di sini sebagai sosok yang baru dan hidup baru."

Chen Xu berkeringat dingin, ia tidak mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya, yang ia rasakan saat ini hanyalah merasakan firasat yang sangat buruk yang kini ada di hadapannya. Tubuhnya sekuat meronta tapi tak ada gunanya. Matanya terbelalak ngeri ketakutan, saat ia melihat pria bersuara feminim itu mendekatkan pisaunya tepat di kemaluannya.

AAAAAAAAAAAAAAAGGGHHHHH!!!!!!

Suara jeritan begitu kuat terdengar memilukan, jeritan itu begitu jauh terdengar hingga menggema di lorong jalanan kota yang sepi. Park Yo yang bersembunyi dalam gundukan jerami bisa mendengar dengan jelas suara jerit tangis memilukan Chen Xu, ia tidak tahu apa yang saat ini Chen Xu alami, tapi yang pasti itu adalah hal yang sangat mengerikan sehingga membuat seluruh tubuhnya gemetar ketakutan dan satu-satunya yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah bersembunyi.

Dengan seluruh kaki yang di penuhi dengan darah, Chen Xu menahan rasa sakit yang tidak tertahankan dan tergeletak di tanah.

Pria wajah sinis itu tampak puas dengan senyum lebar di wajahnya. Dengan suara feminim yang menyebalkan ia menertawakan. "hohoho... anggap saja kamu tidak beruntung karena kamu sudah minum banyak air. Dalam kondisi tubuhmu yang seperti ini kamu akan merasakan rasa sakit lebih lama dan lebih menyakitkan saat kamu ingin kencing... Hohoho." kemudian pria berwajah sinis itu mengipaskan kipasnya dan berjalan menjauh sambil memerintahkan juniornya. "bawa anak itu kembali."

Segera para juniornya melaksanakannya dan membawa Chen Xu yang saat ini tak sadarkan diri.