(dirumah yang tidak di ketahui yang ternyata adalah gedung Biro Kasim)
Hari sudah pagi, tapi para pria berseragam kasim tetap tidak dapat menemukan 1 anak yang melarikan diri bernama Park Yo. Merekapun kembali dengan tangan hampa.
Dengan wajah kusut, pria berwajah sinis yang merupakan kasim senior melapor dengan suara gugup pada atasannya. "t, tuan, kami berhasil menangkap 1 anak yang melarikan diri tapi kami belum menemukan anak yang satu lagi."
Dengan suara kesal, kasim ketua berkata. "jika kalian tidak mampu menemukan anak itu, maka kamu yang harus menggantikan posisinya. "
Tubuh kasim berwajah sinis langsung gemetar sehingga kakinya lemas dan berlutut dilantai. "tu, tuan saya mohon ampuni saya. Kami akan berusaha mencari anak itu hingga kepelosok ibukota, saya pasti akan menemukannya."
"kalian hanya punya waktu sampai besok." jawab kasim ketua dan melenggang pergi menuju ruangan lain dengan kesal.
kasim berwajah sinis seperti mendapat angin segar. "terimakasih tuan, kami pasti akan menemukannya." kemudian ia menoleh keatah juniornya dan berkata. "ayo kita cari lagi."
Kasim junior mengangguk setuju. Kemudian mereka mulai keluar gerbang untuk melakuakn pencarian mereka kembali.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!
AAAAAAAAAAAGGGGHHHH!!!!
KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!
Dari luar gerbang terdengar 8 suara jerit tangis anak-anak
.........¤¤¤¤¤......
Seorang pria paruh baya terlihat kebingungan mencari istrinya di jalanan kota yang ramai.
Pada saat yang sama dalam lorong kota yang cukup sepi ada seorang wanita gila dengan baju compang-camping yang sangat kotor membawa sebuah boneka gadis dari kain. Dia tertawa-tawa sendiri sambil memanjakan boneka dalam pelukannya. "putriku, kamu cantik sekali hari ini hehehe. "
Tiba-tiba sebuah tangan terlihat diantara jerami yang membuat wanita gila itu penasaran dan tanpa sadar melemparkan bonekanya untuk mengorek-ngorek tumpukan jerami. Matanya langsung berbinar-binar dengan wajah sangat gembira dan senyum lebar ia berkata. "putriku!" dan langsung memeluk tubuh anak laki-laki yang tidak sadarkan diri di hadapannya. "putriku! Akhirnya aku bisa bertemu denganmu kembali, putriku sayangku permata hatiku harta karunku! "
Beberapa saat kemudian suami dari wanita gila itu berhasil menemukannya. "apa-apan kamu ini, siapa anak laki-laki ini? "
Dengan wajah serius wanita gila itu berkata. "sayang, dia adalah putri kita. Bagaimana bisa kamu tidak mengingatnya. "
Suami wanita gila itu memandang anak laki-laki dalam pelukan istrinya. Kemudian ia memandang wajah istrinya dan muncul rasa tidak tega terhadap keadaan istrinya. Ia-pun berpikir. "sepertinya anak ini adalah budak... Jika kami mengambilnya dan menyembunyikan identitasnya, tuannya tidak akan bisa menemukannya."
"putriku, sayangku, hartaku aku akan selalu menjagamu." ucap wanita gila itu tanpa henti dengan wajah gembira.
"ayo kita bertiga pulang. "
Wanita gila itu mengangguk.
Kemudian suami wanita gila, mengambil anak laki-laki itu dan menggendongnya untuk dibawa pulang.
.........¤¤¤¤¤¤.........
Langit sudah semakin sore, para kasim sudah mencari keberadaan Park Yo seharian tapi masih tidak juga menemukannya.
Wajah kasim senior yang biasanya tampak sinis kini pucat pasi dan tangannya sedikit gemetar. Para juniornya sudah nampak kelelahan dengan keringat mengucur deras.
"senior, selanjutnya apa yang harus kita lakukan?"
"....." senior itu hanya terdiam seakan ia tak mendengar apapun. Beberapa saat kemudian, ia menatap juniornya dan menyuruh. "ayo kita cari lagi."
Dengan wajah cemberut, kasim junior terpaksa menuruti perintah seniornya dan kembali bekerja.
......¤¤¤¤¤¤¤.........
Di ruang kamar yang sama tempat Chen Xu pernah disekap, ia terbaring di lantai dengan menahan sakit. Selembar selimut nampak menutupi tubuhnya yang demam. Tidak ada satupun Healer ataupun Tabib yang merawat lukanya, hanya beberapa teman-tannya yang merawat luka Chen Xu sebisanya.
Dia melihat sekelilingnya, nampak wajah anak-anak lain suram tak seperti berada dalam area pemakaman. Beberapa dari mereka menangis tersedu-sedu tanpa henti. Meskipun begitu ada sedikit kelegaan dalam hatinya karena melihat teman-temannya baik-baik saja dan ia berpikir bahwa kemalangan hanya menimpa dirinya. "syukurlah kalian baik-baik saja."
"....." tidak ada satupun yang berkata, justru wajah mereka tampak semakin suram.
"apa yang terjadi di sini? "
".....aku benar-benar bodoh, seharusnya aku menuruti saranmu untuk pergi dari sini." jawab Tian Bo.
"apakah ada hal buruk yang terjadi pada kalian? "
Tian Bo mulai menceritakan apa yang terjadi pagi tadi saat Chen Xu pingsan.
"saat itu kami di giring dalam sebuah rungan, kedua tangan dan kaki kami di ikat di sebuah papan dalam pisisi terlentang. Kemudian...." cerita Tian Bo terhenti sejenak seakan berat baginya untuk bercerita. Setelah beberapa saat ia-pun melanjutkan.
Kasim ketua melihat langsung proses 8 anak yang di kebiri. Anak-anak itu menjerit dan menahan sakit dengan kaki yang di penuhi aliran darah.
Dengan suara datar kasim ketua berkata. "kalian tenang saja, mulai saat ini kalian berada dibawah perlindunganku dan mulai saat ini kalian tidak boleh menyebut diri kalian sebagai laki-laki atau pria tapi harus menyebut diri kalian sebagai kasim. Apa kalian mengerti? "
"...." semua anak di sana hanya bisa terdiam sambil menggeram menahan sakit.
"aku sudah menyiapkan para Healer untuk menyembuhkan kalian dalam sekejab rasa sakit kalian akan lenyal. Tapi jika kalian tidak menuruti kata-kataku, maka kalian tidak akan mendapat perawatan dari Healer. Aku tanya sekali lagi, apa kalian mengerti?! "
".....kami mengerti... " dengan berat hati seorang anak menjawab, kemudian di ikuti anak-anak lain.
Kasim ketua melambaikan tangan dan mempersilahkan para Healer masuk untuk merawat anak-anak itu.
Selesai bercerita, tampak mata Tian Bo berkaca-kaca seakan menangisi nasib mereka.
"kita sudah tidak bisa kembali, tidak ada yang perlu di sesali. Aku telah memutuskan apa yang harus aku lakujan dan aku tidak menyesalinya." ucap Chen Xu, kemudian ia menarik nafas yang terasa berat di dada, suhu tubuhnya semakin panas karena demam, pandangannya mulai kabur dan dia pingsan lagi.
.........¤¤¤¤¤¤.........
Langit kini mulai gelap, cahaya bulan mulai nampak, para kasim terpaksa harus kembali ke Biro Kasim dengan tangan hampa. Mereka berlutut di hadapan Kasim ketua.
Kasim ketua duduk di kursi, sambil memegang kepalanya karena pusing ia berkata setenang mungkin. "aku sudah memberi kalian waktu untuk menemukannya, tapi tidak kalian lakukan dengan benar. Itu artinya Sa Chi, kamu sebagai Kasim Senior harus menggantikan posisi anak itu...."
Kasim yang bernama Sa Chi langsung berlutut lemas dan ketakutan. Dari mulutnya tak keluar satu patah katapun karena ia tahu bahwa pembelaannya tidak akan berguna dihadapan Kasim ketua yang terkenal tirany.
Kasim ketua melanjutkan kata-katanya yang belum selesai. "....kamu akan berangkat besok bersama rombongan pangeran terkut.... " sejenak Kasim ketua mengghentikan ucapannya yang terlanjur dan memperbaikinya. "....rombongan Pangeran Arima. "
Dengan tubuh gemetar kasim Sa Chi menerima dengan berat hati. "...siap..."
.........¤¤¤¤¤¤......
(Tenda Kekaisaran Samaratungga di area peperangan)
Terdengar suara dari luar, itu adalah suara dari 2 tentara yang menggiring 6 orang dengan tubuh terikat untuk memasuki tenda.
"pangeran, kami membawa orang-orang yang anda inginkan." tentara melapor.
"buka ikatan mereka." pangeran memerintahkan.
Kedua tentara langsung membuka ikatan dari 6 orang yang mereka bawa.
"apa kalian bisa menggunakan elemen air diatas level 8?" Pangeran bertanya pada 6 orang yang terikat.
Mereka menjawab serempak dengan mengangguk.
"lalu siapa diantara kalian yang memiliki level 9 elemen air?"
"aku... " jawab seorang wanita tua renta berumur sekitar 70 atau 80 tahun.
"apakah ada yang lain? "
"kenapa kamu mencari pengguna elemen air? " tanya seorang wanita paruh baya.
"...sebelum aku menjawabmu, bisakah pertanyaanku dijawab lebih dulu. Apakah ada orang lain yang memiliki level 9?"
"....aku. " jawab seorang pria paruh baya.
Pangeran tersenyum. "baguslah, siapa namamu? "
"namaku Zenno."
"aku akan membantu kalian bebas."
"kenapa kamu mau membantu kami, apa yang kamu ingikan dari kami? "
"tenang saja apa yang aku inginkan, tidaklah bertentangan dengan moral ataupun prinsip kalian. Apakah kalian setuju? "
"jika kami menolak, apa yang akan kamu lakukan?" jawab wanita paruh baya yang tidak memiliki banyak pilihan.
"tentu saja aku akan mengembalikan kalian ketempat dimana kalian tadi dipenjara. Dan mungkin kalian akan berakhir menjadi budak di sebuah klinik dalam Ibu Kota Samaratungga. Aku rasa itu bukanlah hal yang buruk, tapi aku akan menawarkan kehidupan yang lebih baik. Aku ingin kalian belajar di Sekolah Mountain Healer dan menjadi seorang pemimpin tetua Healer yang memiliki level 10 elemen air. " pangeran menjawab pertanyaan wanita paruh baya.
"kenapa kamu ingin kami belajar disana? " tanya wanita paruh baya.
"aku ingin mendapatkan sebuah buku musik yang tersimpan di perpustakaan Sekolah Mountain Healer, dan satu-satunya yang memiliki akses untuk membukanya hanyalah pemimpin tetua Healer. Tapi sayangnya saat ini kedudukan itu tidak ada pemiliknya jadi mustahil untuk membukanya."
"kenapa kalian tidak menyerang Kekaisaran Kisu dan menghancurkan Sekolah Mountain Healer untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan? "
"huh... aku juga memikirkan rencana seperti itu, tapi sayangnya Kaisar kami tak pernah menyetujui rencanaku untuk menyerang Kekaisaran Kisu." jawab pangeran dengan suara rendah seperti kecewa. Pada saat yang sama nampak seekor kelabang merayap keluar dari armor yang di kenakannya dan bergerak merayap pelan dilehernya. Tapi pangeran muda itu seakan tak terganggu dengan kehadiran kelabang yang berukuran cukup besar itu seakan ia sudah terbiasa.
"i, itu... Bukankah itu adalah kelabang penyengat! Satu gigitan saja, kamu bisa lumpuh seumur hidup."
Pangeran tersenyum sambil mengulurkan tangannya pelan didepan kelabang. Kemudian kelabang itu merayap ditangannya pelan dan dengan lembut ia menaruh hewan itu kedalam wadah gerabah berisi ribuan kelabang yang terperangkap.
"ka, kamu...kenapa kamu memelihara kelabang beracun itu? "
Pangeran tersenyum tipis. " tentu saja karena aku menyukai mereka."