Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 61 - chapter 9 - kilauan cahaya tipis

Chapter 61 - chapter 9 - kilauan cahaya tipis

"sepertinya kamu sangat menginginkan buku musik itu, sampai-sampai harus menjadikan orang yang tidak kamu kenal sebagai Ketua Healer. Kalau boleh tahu apa nama buku itu? "

"...." Pangeran terdiam sejenak. Kemudian menjawab. " Soneta Iblis."

"Soneta Iblis? " gumam semua orang yang ada di sana,  seakan baru pertamakali mereka mendengar judul itu.

"aku pernah belajar di Sekolah Mountain Healer, tapi aku belum pernah mendengar judul buku itu. Kalaupun buku itu memang ada di sana, sebetulnya apa kelebihannya?" tanya Zenno.

"hmm... Jika aku menjawabmu, apakah kamu mau membantuku? "

"........ Tugas yang kamu inginkan menurutku tidak terlalu merugikan kami, tapi kami harus tahu apakah buku itu akan merugikan umat manusia atau tidak dimasa depan."

"....." pangeran berpikir sejenak, kemudian menjawab dengan suara lirih seakan enggan. " buku itu membawa kemalangan sekaligus berkah. Siapapun yang mendengarnya akan merasakan neraka. Tapi jika ada orang yang berhasil selamat darinya hingga Bait ke 10, ia akan mendapat berkah berupa keabadian."

"ke, keabadian... " bibir wanita separuh baya mengangga tak percaya.

"keabadian hanyalah mitos, tidak ada satupun manusia yang berhasil mencapai keabadian hingga saat ini." ucap Zenno.

"kamu salah." suara tua renta mematahkan ucapan Zenno hingga semua orang melirik kearah nenek tua. Sambil menarik nafas yang berat, nenek itu menjelaskan. "buyutku dulu pernah bercerita bahwa sesungguhnya manusia dulunya adalah mahluk yang disebut sebagai Mahluk Gaib yang abadi. Setiap hari jumlah mereka terus bertambah dan membuat kehancuran di muka bumi. Karena itu langit mengutuk seluruh Mahluk Gaib menjadi bentuk manusia dapat mati. Meskipun begitu, masih banyak manusia yang bisa menggunakan kekuatan milik Mahluk Gaib, yaitu Kekuatan Elemen. sedangkan wujud manusia yang sesungguhnya adalah wujud Hewan Gaib itu sendiri. Karena itu jika Hewan Gaib milik seseorang binasa maka pemiliknyapun akan mati. jika ada suatu ilmu atau musik yang bisa mematahkan kutukan langit, aku yakin tubuh manusia bisa kembali ke wujud Mahluk gaib kembali."

"..." Semua orang yang mendengar cerita ini hanya bisa tercengang, begitu pula pangeran yang ternyata baru tahu legenda terbentuknya manusia.

"a, apakah nenek yakin jika manusia bisa mematahkan kutukan lagit,  maka wujud manusia itu akan nampak sama persis seperti hewan gaib miliknya?....."

"aku tidak tahu,  aku hanya menduga. Tapi Wujud Mahluk Gaib itu sangat rumit di jelaskan dengan kata-kata karena aku ataupun buyutku belum pernah melihat wujud Mahluk gaib sebenarnya."

".....!" Pangeran menggigit bibir bawahnya dan berpikir dengan kesal. "kurang ajar, wanita penyihir itu tidak menceritakan apapun soal ini!. Jika aku berhasil selamat dari bait ke 10 dan berubah menjadi monster lalu bagaimana dengan kehidupan normal yang aku idam-idamkan? "Cukup lama pangeran terdiam, wajahnya tampak serius memikirkan sesuatu dalam benaknya. Hingga membuat semua orang yang melihat ekspresi pangeran menjadi penasaran.

"apa yang kamu pikirkan? "

"?!" Pangeran tersadar dari lamunannya. " mengetahui informasi barusan, aku jadi berpikir.... Apakah langkah yang aku ambil saat ini benar atau tidak. Untuk sementara kalian kembali kepenjara hingga aku memutuskan menggunakan jasa kalian atau tidak."

"?!!" 6 orang yang merupakan tahanan itu nampak terkejut dengan perubahan rencana yang mendadak ini. Mereka hanya bisa diam dan berharap bahwa pangeran akan menggunakan rencana sebelumya. Kemudian para prajurit menginggiring mereka keluar dari tenda menuju penjara berdinding trali besi yang bisa di sebut kandang.

Wajah pangeran tampak muram dan pucat pasi, tangan dan seluruh tubuhnya langsung terasa lemas dan jatuh terduduk di kursi kerjanya dengan tatapan kosong. ".....penyihir itu.... Ternyata tidak memberiku pilihan yang menenangkan..."

Kemudian kedua tangannya mengepal kesal dengan sorot mata yang dipenuhi kebencian. "Andai aku bisa membunuh penyihir itu!"

..................¤¤¤¤¤...............

Di tengah kota puluhan kasim dan dayang muda berjalan mengikuti sebuah kereta dengan ornamen yang sederhana namun terlihat elegan. Dibelakang kereta itu, berbaris beberapa kereta barang. Beberapa orang penasaran dan sesekali menatap dengan penasaran pada barisan kasim dan dayang yang harusnya berada di dalam Istana. Kenyataannya adalah Kekaisaran samaratungga merahasiakan kepindahan Pangeran Arima atas perintah Kaisar Baykyu. Untuk menghindari tersulutnya kebencian masyarakat terhadap Pangeran Arima yang di anggap sebagai pembawa kutukan.

Sudah beberapa jam berjalan, tiba-tiba seorang kasim muda jatuh pingsan. Dan membuat kereta untuk beberapa menit terhenti. Kasim lain berusaha membantu teman mereka yang roboh.

seorang Kasim senior berwajah sinis menggerutu sambil. "menyusahkan saja!" matanya melihat kearah kasim muda lain dan bertanya dengan suara kesal. " siapa yang mau menggendongnya? "

"......" Tapi semua kasim muda tak menjawab karena menimbang bahwa akan merepotkan jika berjalan jauh sambil memggendong orang yang pingsan.

Kemudian dari dalam kereta elegan itu, keluar seorang pemuda yang membuat mata semua orang terbelalak lebar melihatnya. Itu adalah sosok pemuda yang sangat tampan dengan paras indah bak lukisan musim semi yang bertabur bunga hingga membuat semua wanita jatuh cinta pada pandangan pertama. Melihat sosok pemuda itu, kasim senior itu langsung pucat dengan gesture yang ketakutan namun tetap memberi hormat.

Dengan tenang dan suara lembut pemuda itu memerintahkan. "naikkan ia kedalam keretaku"

"siap. " Tangan kasim senior berkeringat dingin dan menjawab dengan hormat. Kemudian ia memerintakan juniornya. "bawa dia kedalam kereta utama."

"siap" jawab kasim junior.

Beberapa jam telah berlalu, kasim muda itu perlahan terbangun dan melihat dirinya berada disebuah kereta yang indah. Kemudian ia menyadari sesuatu dan membuatnya mompat dari tidurnya. Benar saja, ia melihat seorang pangeran yang duduk tak jauh darinya dengan wajah tersenyum seakan menyapa dengan ramah.

"...p, pa, pangeran.... "

"apakah kamu sudah baikan? "

"ha, hamba sudah baikan... Kalau begitu, hamba akan turun dan kembali kebarisan. "

"kamu duduk saja disini."

"?!....."

Dengan senyum ramah pangeran membuat alasan. "sangat membosankan duduk sendirian tanpa teman ngobrol. "

"...." kasim muda itu terdiam sejenak kemudian menjawab. "hamba mengerti."

"namamu siapa? "

"pangeran, nama hamba Chen Xu."

"....apakah biro kasim tidak menyediakan Healer."

".... Di biro kasim menyediakan Healer yang mulia."

Pangeran menatap Chen Xu dengan seksama. "lalu kenapa lukamu masih basah? "

"........" kepala Chen Xu tertunduk. "mereka tidak menyediakan Healer untuk hamba."

"apakah yang terjadi?"

Kepala Chen Xu masih tertunduk dengan ragu-ragu menjawab dengan jujur. "hamba sempat melarikan diri dan tertangkap. "

Sorot mata pangeran yang lembut membuat Chen Xu ingin menangis.

"apakah kamu ingin bebas? "

Chen Xu mengangguk, kemudian menjawab. "tapi hamba mustahil kembali, saat ini hamba sudah kehilangan harga diri sebagai lelaki."

Sorot mata pangeran tampak sedih dan prihatin, kemudian tangannya mengulur hingga memperlihatkan luka bakar yang terlihat lama di pergelangan tangannya dan menggosok kepala Chen Xu dengan lembut.

Chen Xu masih tertunduk diam dan merasa malu hingga pipinya memerah saat pangeran menggosok kepalanya dengan lembut. Kemudian perlahan terasa kehangatan dari telapak tangan pangeran, mata Chen Xu melebar saat melihat cahaya keemasan yang sangat tipis bercampur cahaya putih kebiruan keluar bersamaan dengan suhu hangat dari telapak tangan pangeran.

"p, pangeran...? "

"tenang saja, aku berusaha menyembuhkanmu."

"?!.... B, bagaima caranya pangeran memiliki elemen air?....." tanya Chen Xu yang tak dapat menahan rasa ingin tahunya.

Tangan pangeran masih berada di atas kepala Chen Xu dengan cahaya indah yang hangat. "aku sendiri tidak tahu kenapa aku memilikinya, mungkin saja pendahulu ibuku memiliki elemen air." jawab pangeran sambil tersenyum tipis.

"......." Chen Xu hanya bisa patuh menerima kebaikan dari Pangeran. Beberapa saat kemudian matanya terbelalak dan spontan menoleh kearah pangeran karena menyadari sesuatu. "pa, pangeran.... I, ini...?! "

Pangeran tersenyum seakan paham apa yang ada dipikiran Chen Xu.

Chen Xu meneguk ludah dan masih tak bisa percaya apa yang ia ketahui. Perlahan ia merasakan hawa lembut yang hangat, matanya tiba-tiba melebar dan seketika menoleh kebagian bawah pusarnya. Sorot matanya seperti masih tidak percaya, meskipun menyadari keajaiban yang terjadi dalam tubuhnya. Ia merasakan sesuatu yang hilang kini perlahan tumbuh kembali, seperti tumbuhnya tanaman di ladang yang subur. Bibirnya terasa keluh, matanya yang dipenuhi kebahagiaan mengarah pada pangeran yang masih terlihat berkonsentrasi dengan kekuatannya. Saat ini Chen Xu tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya yang mendalam dan bibirnya tersenyum sangat lebar dengan hati yang di penuhi rasa syukur. Sebuah kata perlahan terucap. "....e,elemen air...i, ini...bukanlah elemen air biasa.... " ucapnya dengan mata berkaca-kaca karena terharu.

Related Books

Popular novel hashtag