"bukannya aku tidak ingin berpartisipasi langsung dalam peperangan dan mendapatkan penghargaan, hanya saja aku harus mengurangi resiko kematianku. Jika tidak, aku akan menjadi mayat hidup selamanya." pikir pemuda dengan mengepalkan tangannya erat.
...............¤¤¤¤¤¤............
(kandang para budak)
Baili Tusu terbangun dari tidurnya, suhu tubuhnya masih panas tapi masih lebih baik dari semalam. Dia melihat sekelilingnya sambil mencari keberadaan satu-satunya orang yang ia kenal disana, tapi ia tidak menemukannya. Kemudian ia bertanya pada anak yang tak jauh darinya. "maaf, apakah kamu melihat Chen Xu?"
"Chen Xu siapa? "
"itu adalah anak yang lebih tua dariku yang selalu bersamaku."
"tadi malam ada anak yang keluar dari kandang ini, mungkin maksudmu anak yang semalam mengaku sebagai Baili Tusu itu ya... "
"huh..... Tapi aku lah yang bernama Baili Tusu."
"hmm... sepertinya dia berbohong sebagai dirimu agar bisa keluar dari kandang dan bekerja pada pejabat."
"a, apa?..... " mendengar itu seketika wajah pucat Baili Tusu semakin muram dan sedih. Ia sedih bukan karena kesempatannya untuk keluar kandang di ambil oleh Chen Xu, tapi karena ia tidak tahu apakah ia bisa bertemu lagi dengan temannya.
............¤¤¤¤¤¤¤............
(rumah yang tak diketahui)
Chen Xu di mandikan bersama dengan 9 anak lainnya yang tidak ia kenal. Mereka di mandikan dengan sikat kasar seperti layaknya memandikan hewan secara bersamaan. Setelah itu mereka diberi sebuah baju sederhana dengan warna yang sama yaitu hijau gelap. Kemudian mereka di masukkan kedalam sebuah ruangan sederhana selama beberapa hari mereka di kunci di sana dan diberi makan banyak kuning telur tanpa diberi setetespun air.
Dua orang pria berpakaian rapi mengenakan baju hijau gelap membawa sepuluh piring kuning telur dan memberikannya pada 10 anak yang masih terkurung di ruangannya.
"tuan, aku mohon berilah kami air minum, kami sangat haus..." mohon anak-anak yang terkurung dengan wajah yang mengintip di jendela kecil berukuran 30 cm.
Pria itu mengacuhkannya sambil memasukkan 10 piring kuning telur didalam jendela kecil itu hingga memaksa anak-anak yang mengintip keluar untuk mundur kebelakang dan menerima piring-piring itu.
"kami mohon berilah aku air tuan... Kuning telur saja tidak cukup, kami sangat haus tolong beri kami air tuan."
"seharusnya kalian bersyukur masih bisa makan." jawab pria itu singkat dan segera pergi.
Mau tidak mau mereka terpaksa memakan makanan yang telah di sediakan untuk mereka dengan berat hati dan menahan rasa kering di tenggorokan mereka.
"sampai kalan kita harus memakan kuning telur..... " keluh Chen Xu.
"kuning telur memang mengenyangkan tapi tenggorokanku sangat kering hingga sulit makan." keluh Bong Ran.
"kenapa kita di kurung di sini dan hanya di berimakan kuning telur saja?.... " keluh Song Jo
Setiap hari mereka memohon untuk diberikan minum tapi mereka hanya diberi hanya satu jenis makanan saja yaitu kuning telur.
...............¤¤¤¤¤¤...............
(Kediaman Menteri)
Di dalam sebuah kediaman mewah milik menteri Dalam Negeri, tepat di ruang tamu dengan interior yang dipenuhi benda antik yang berharga pada setiap sudutnya terdapat 4 orang menteri yang masih mengenakan seragam dinas mereka duduk dengan wajah yang berseri.
"syukurlah Kaisar menyetujui petisi yang kita ajukan untuk mengusir Pangeran terkutuk jauh keluar Ibu Kota Samaratungga. Aku tidak bisa membayangkan jika penyihir itu tetap ada di dalam istana dan membawa malapetaka lagi. Mengingat begitu banyaknya mayat yang mustahil di kenali itu membuatku merinding hingga saat ini." ucap menteri Dalam Negeri lega.
"meskipun pangeran terkutuk itu sudah berada di luar Ibu Kota, kita harus tetap waspada agar tidak terjadi hal yang mengerikan dimasa depan." Menteri Pertahanan beropini.
Mendengar opini itu semua menteri yang mendengarnya mengangguk paham.
Kemudian menteri Dalam Negeri menarik nafas berat seakan ada ganjalan dalam hatinya.
"ada apa? "
"aku hanya menghawatirkan sikap Yang Mulia Kaisar terhadap pangeran terukutuk." dengan mendesah Menteri Dalam Negeri menjawab.
"apa maksudmu, bukankah bagus bahwa Kaisar menyetujui petisi kita untuk mengusir Pangeran Terukutuk. Lalu apa yang membuatmu risau? " Menteri Tata niaga beratnya.
"kalian tidak tahu, saat kaisar membaca surat petisi yang aku bawa, beliau langsung membuang surat itu tepat dimukaku hingga aku gemetar hebat dan tersungkur dilantai.... " Menteri Dalam Negeri mencoba untuk menjelaskan.
Mendengar itu, semua menteri langsung mematung kehilangan kata-kata dan hanya bisa membuka telinga lebar-lebar untuk mendengar cerita selanjutnya.
"....Kaisar benar-benar marah, tekakan auranya yang begitu kuat membuat tubuhku serasa ditindih oleh gajah hingga membuat seluruk tubuhku tersungkur dilantai...." penjelasan Menteri Dalam Negeri terhenti, wajahnya mengeras dan dari sorot matanya tampak tersisa ketakutan. kemudian menarik nafas yang terasa berat dan menghembuskannya perlahan. ".... Selama 1 jam aku tertekan oleh aura Kaisar, saat itu yang ada dalam pikiranku hanyalah kematian akan menjemputku. Aku merasa hidupku berada diujung tanduk...."
Semua menteri yang mendengar cerita itu hanya bisa menelan ludah yang terasa pahit dengan tangan mengepal dan sedikit terlihat gemetar.
"... Selama 1 jam aku tersiksa, Kaisar tidak mengucapkan sepatah katapun. Yang aku rasakan hanyalah sorot mata tajam yang ingin membunuhku.... " nafas Menteri Dalam Negeri mulai teratur serasa ada kelegaan dalam pikirannya. "....tapi syukurlah, setelah semua itu akhirnya Kaisar menarik kembali auranya dan menyetujui petisi. Jika tidak, mungkin saat ini aku akan pulang sebagai mayat."
Semua menteri yang mendengar cerita itu hanya bisa mematung dan menyadari inti dari cerita barusan. "bahwa Kaisar masih sangat perduli dengan Pangeran terkutuk. Bagaimanapun juga dia adalah satu-satunya putra Kaisar."
Menteri Pertahanan menggigit bibir bawahnya, kemudian mengungkapkan pendapatnya. " saat ini Kaisar hanya memiliki satu putra, dan itu hanyalah Pangeran terkutuk yang sama sekali tidak bisa menggunakan elemen api. Aku tidak terima jika tahta Yang Mulia Kaisar harus jatuh ditangannya. Aku tidak mau Kekaisaran Samaratungga runtuh ditangannya!"
Semua menteri mengangguk.
"tapi, bagaimana cara kita untuk membujuk yang mulia Kaisar agar mau mendapat Permaisuri lagi?. Segala cara sudah kita lakukan tapi semua itu sia-sia saja." ucap Menteri Kebudayaan.
"......" semua Menteri terdiam dan mencoba untuk berpikir solusi yang tepat. Tapi belum ada jawaban yang terbersit dalam otak mereka.
...............¤¤¤¤¤¤...............
(dirumah yang tidak diketahui)
Sudah satu minggu Chen Xu dan 9 anak lainnya terkurung tanpa diberi minum setetespun air. Mereka hanya diberi makan kuning telur tanpa sebutirpun putih telur, karena itu semakin hari mereka semakin sedikit mengeluarkan air kencing.
Chen Xu berbaring dilantai menatap dengan tatapan kosong langit-langit ruangan yang terdapat Crystal Noor yang menggantung ditengahnya. Tubuhnya terasa sangat lemas meskipun perutnya kenyang, begitu pula anak-anak lainnya juga mengalami hal yang sama, mereka hanya bisa berbaring dan duduk-duduk lemas karena dehidrasi.
Beberapa jam kemudian, seorang pria berseragam memasuki ruangan dengan membawa baskom yang berisi begitu banyak kuning telur sambil menyuruh. "kalian makanlah ini. "
"aku tidak mau...." ucap anak yang sangat tampan berambut hitam bercahaya bernama Park Yo. "....aku hanya ingin air."
"jika kalian tidak mau makan, kalian akan mati." jawab pria berseragam.
"apa maksudmu, kenapa kami diancam untuk memakan kuning telur setiap hari. Apa tujuan kalian melakukan semua ini? " tanya Park Yo dengan suara tegas dan tatapan melawan.
"kalian tidak perlu tahu apa yang kami inginkan. Yang perlu kalian ketahui adalah setelah ini kalian tidak akan kelaparan dan terluntah-luntah dijalanan lagi." jawab pria berseragam dengan santai dan tidak perduli kemudian dia menutup pinti dan menguncinya kembali.
Park Yo menggerutu dengan alis tegasnya yang berkerut ditengah. "pasti ada hal yang sangat merugikan kita hingga mereka merahasikan tindakan mereka pada kita."
"....." Chen Xu mendengar itu kemudian dia berkata. "bagaimana kalau kita melarikan diri saja? "
"?!" Mata Park Yo langsung melebar menatap Chen Xu yang berada agak jauh darinya.
"apa kamu gila, kita terkunci disini dan bagaimana kamu bisa melewati penjagaan ditempat ini?" anak lain berambut keriting bernama Teodore menyahuti Chen Xu.
"jika berada ditempat ini merugikan aku, aku lebih baik pergi meski harus kelaparan dijalan." jawab Park Yo.
"apa kamu gila!, bagaimana bisa kamu menyetujui ide gila itu Park Yo?! " sahut teodore.
"aku, akan pergi dan aku pasti bisa pergi. Apakah kamu mau ikut aku Teodore? " tanya Park Yo dengan tegas.
"..." raut wajah Teodore masih tidak percaya dengan tindakan yang mau diambil temannya dan dia hanya bisa menelan ludah tanpa bisa melarang. Kemudian dia menjawab. ".....aku akan tetap ada disini."
"bagaimana dengan yang lainnya, apakah kalian mau tetap ada disini ataukah bersama kami keluar dari tempat ini? " tanya Chen Xu apda semua anak disana.
"....." semua anak terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian mereka menjawab dengan ragu-ragu. "kami tidak memiliki tempat untuk tinggal ataupun tempat yang bisa di tuju. Mungkin saja jika kita tetap ada disini bukanlah hal yang seburuk itu. Cibalah untuk berpikiran positif. Mungkin mereka melakukan semua ini untuk kebaikan kita."
"jika hal yang kamu pikir positif ternyata adalah hal yang negatif bagimu. Apakah kamu bisa kembali, tentu saja tidak akan ada waktu bagimu untuk kembali." sela Park Yo.
"itu benar sekali, dan sayangnya aku bukanlah orang yang ingin menelan bulat-bulat nasip karena nasib hanya ada ditanganku. Aku tidak mau menari di telapak tangan orang lain." tambah Chen Xu.
"Chen Xu, kamu punya rencana apa agar kita bisa keluar dari tempat ini? " tanya Park Yo