Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 37 - chapter 37- berpikir

Chapter 37 - chapter 37- berpikir

Tokk Tokk Tokk

Seorang pembatu mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali.

"....ada apa? " sebuah suara terdengar dari dalam kamar mandi, itu adalah suara Haise yang sudah 15 menit sudah menangis didalam kamar mandi.

"Tuan Cukka memanggil anda. "

Mendengar ia di panggil, Haise mengusap air matanya dan berpura-pura tegar seakan tidak terjadi apa-apa kemudian ia membuka pintu kamar mandi dan berjalan menuju ruang tamu.

"?! " Matanya melebar saat melihat sosok Jenderal Khusus di depannya, itu adalah Jenderal Guo Jin yang merupakan salah satu dari Jenderal tertinggi di Kekaisaran Samaratungga. "....J, Jenderal Guo Jin? "

"Pangeran Haise, saya datang untuk menjemput anda menuju Istana Kekaisaran Samaratungga. "

"?!...ba, baiklah... " Haise terkejut saat Jenderal Guo Jin mengatakan bahwa dia datang untuk menjemputnya. Kemudian muncul pertanyaan dalam benaknya. "ada apa sampai-sampai salah satu dari Jenderal tertinggi di Kekaisaran Samaratungga harus repot-repot datang menjemputku yang hanya anak dari Raja biasa?"

Kemudian Jenderal Guo Jin terbang menunggangi Rubah Langit bersama Haise yang duduk dibelakangnya menuju Istana Kekaisaran Samaratungga.

...............¤¤¤¤¤¤...............

Yu Shi masih menggenggam erat mantel dari kulit beruang hitam yang menghangatkan tubuhnya. Tubuh Yu Shi yang kecil sekilas tak terlihat tertutupi tebalnya bulu dari mantel itu.

Dari sorot mata Yu Shi nampak ia memikirkan sesuatu. "aku harus mencari tahu, apakah yang aku kira mimpi tadi memang telah terjadi dalam kehidupan nyata ataukah tidak... Semoga semua itu hanyalah mimpi... Saat itu aku bisa merasakan dengan sangat jelas rasa sakit seakan tubuhku terpotong-potong oleh pisau Angin dan tertembak oleh percikan air. Bahkan saat ini aku masih bisa mengingat rasa sakit itu..." mengingat semua itu membuat bulu kuduk Yu Shi berdiri.

Melihat Yu Shi yang terlihat serius, Jae Hyuk bertanya. "kamu memikirkan apa? "

"....guru apakah Putra Mahkota Xiao Han datang kemari? " tanya Yu Shi tanpa ragu.

"?!...." Jae Hyuk terdiam seperti sedikit terkejut dan waspada. Kemudian dia balik bertanya dengan tekanan suara yang mendekte. "bagaimana kamu bisa tahu? "

"aku...." Melihat perubahan sikap dari Jae Hyuk membuat suasana seketika menjadi tegang, Yu Shi bingung harus menjawab apa akhirnya ia memutuskan untuk berkata. "aku melihatnya dalam mimpiku."

"?..... Mimpi? " suasana tegang yang barusan terasa kini mulai mencair tapi tidak melonggarkan kewaspadaan Jae Hyuk. Kemudian ia bertanya. "diantara semua orang, mengapa Putra Mahkota Xiao Han yang terbersit dalam pikiranmu untuk datang kesini? "

"......." Yu Shi diam dan menyadari bahwa untuk menanggapi pertanyaan yang begitu menekan, tidak ada cara lain selain jujur. Kemudian dia menjawab. ".... Karena aku berpikir bahwa dalang dari penculikan kami adalah dia. "

"...kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, jelaskan. " tanya Jae Hyuk dengan tekanan.

Mata polos dari anak berumur 8 tahun menatap langsung mata Jae Hyuk yang berada dibalik topeng kain hitam tanpa rasa takut sambil berpikir. "tidak mungkin aku menceritakan apa yang aku lihat saat bertarung dengan Putra Mahkota Xiao Han...." kemudian dia mengatakan opininya. "....kalian berasal dari Kekaisaran Yunnju, dan saat ini hubungan antara Kekaisaran Samaratungga dan Kekaisaran Yunnju tidaklah baik karena itu dari kedua belah pihak pasti membangun kekuatan dari dalam. Tapi aku tidak yakin Kaisar Yunnju sendiri yang merencanakan penculikan ini mengingat dia pasti sudah memiliki jutaan basis militer. Karena itu Aku berpikir Putra Mahkota Kekaisaran Yunnjulah yang merencanakan semua ini."

Jae Hyuk tersenyum tipis dibalik topeng kain hitamnya dan seketika suasana tegang sepenuhnya mencair. Kemudian dia memuji. "kamu masih berumur 8 tahun tapi cara pandangmu cukup tajam, jika di asah itu akan sangat berguna. Sepertinya kamu pernah mendapatkan pendidikan lebih dari anak biasa yang seumurmu. Memang benar tadi Putra Mahkota Xiao Han datang kemari."

"jadi, memang benar Putra Mahkota Xiao Han datang kemari, itu artinya... Apa yang aku kira adalah mimpi sebetulnya bukanlah mimpi melainkan kenyataan.... Ah, tidak...aku harus mencocokkan informasi lebih banyak untuk meyakinkan diriku." pikir Yu Shi dengan raut wajah yang tegang.

Jae Hyuk melihat raut wajah Yu Shi yang tadinya santai saat ia memberikannya tekanan tapi sekarang wajahnya terlihat tegang. Kemudian dia bertanya dengan santai. "...apa yang kamu pikirkan?"

"....tidak, tidak ada... "

"aku tidak suka jika kamu merahasiakan sesuatu dariku, katakan."

"....aku hanya kepikiran tentang mimpi burukku. " jawab Yu Shi jujur.

Mengetahui itu, Jae Hyuk tidak ambil pusing dan menganggap mimpi Yu Shi hanyalah mimpi biasa. "kamu tidak perlu seserius itu hanya untuk memikirkan mimpi yang merupakan bunga tidur. Lebih baik kamu istirahat disini dulu beberapa jam baru nanti aku akan mengantarmu kembali ke gedung F. "

Yu Shi mengangguk setuju.

...............¤¤¤¤¤¤...............

(Di Istana Kekaisaran Samaratungga)

Haise berjalan diantara lorong-lorong luas dengan dinding tebal yang sangat tinggi menjulang seakan langit akan tertelan pemandangannya karena begitu tingginya dinding itu. Perasaan cemas bercampur tegang ia rasakan karena berjalan menuju Kediaman Kaisar yang di pandu oleh Jenderal Guo Jin di depannya.

"ke, kenapa aku bahkan dibawa langsung menghadap Kaisar di kediaman pribadinya. Sebetulnya apa yang ingin di tanyakan oleh Kaisar padaku secara pribadi? " pikir Haise yang merasa tegang karena akan bertemu orang yang memiliki kedudukan tertinggi di Kekaisaran Samaratungga.

Mereka melewati pintu gerbang yang terbuat dari emas murni dengan ornamen yang sangat indah. Terlihat sebuah kediaman yang begitu besar dan megah dan beberapa bagian bangunan memiliki ornamen terbuat dari emas yang membuat bangunan tersebut semakin berkelas.

Haise terus berjalan dengan menelan ludah melewati pintu masuk Kediaman pribadi milik Kaisar. Dari jauh dia melihat seorang pria gagah dan menawan berkulit putih pucat mengenakan baju berwarna merah semerah warna rambutnya yang begitu panjang terurai lepas menyentuh lantai. Ia duduk di belakang meja megah, dari penampilannya sangat jelas tergambar Aura Kebangsawanan melebihi siapapun yang pernah di lihat oleh Haise.

Jenderal Guo Jin berlutut di ikuti Haise yang langsung berlutut di belakangnya.

"Yang Mulia, hamba membawa Pangeran Haise putra dari Raja Zuhhud datang menghadap. "

"......" Mata Kaisar Baykyu yang berwarna merah terang menatap Haise yang berlutut di depannya dengan wajah yang tertunduk kebawah. Kemudian ia menyebut. "Haise."

"Hamba Yang Mulia. " kepala Haise masih tertunduk dengan gugup.

"apa yang terjadi saat kamu bersama dengan kedua Putraku saat kalian berada di hutan Dukku? "

"?....." Haise tidak mengerti mengapa Kaisar menanyakan kejadian di hutan Dukku karena dia pikir kedua Pangeran sudah di temukan mengingat wajah mereka tidak terpampang dalam papan pengumuman. Kemudian ia menceritakan apa yang ia ketahui. " Saat itu hamba mencari Pangeran Arima dan Pangeran Zassy di dalam hutan, tapi yang hamba temukan hanyalah Pangeran Arima disana. Lalu kami diserang oleh ratusan serigala dan seekor Rakun Earth, kemudian...." suaranya terhenti sejenak dan menarik nafas panjang.

Kaisar Baykyu mendengarkan dengan sabar dan seksama apa yang diceritakan oleh Haise.

Haise melanjutkan. "...kemudian hamba terluka cukup parah dan hamba melihat Pangeran Arima yang juga terluka terjatuh kedalam sungai. Setelah itu hamba belum bertemu lagi dengan mereka."

"........" Kaisar hanya diam beberapa menit membuat suasana menjadi terasa semakin tegang. Raut wajah Kaisar terlihat kaku mendengar jawaban yang ia inginkan tidak keluar dari mulut Haise.

"sebetulnya apa yang sedang terjadi, apakah mungkin kedua pangeran masih belum di temukan, tapi mengapa hanya ada wajahku di papan pengumuman, apakah mungkin hilangnya kedua pangeran sengaja di rahasaiakan dari publik?! " menyadari itu, raut wajah Haise semakin tegang dengan keringat dingin yang mulai mengucur deras di kulitnya.

"selain itu, apa lagi yang kamu ketahui?"

Haise mencoba memeras otaknya untuk berpikir dalam suasana yang membuatnya gugup. "...awalnya hamba berpikir Pangeran Arima sudah meninggal diserang oleh Serigala. Tapi saat hamba pertamakali menemukannya, bajunya compang-camping dan robek di penuhi noda darah.... "

"lalu."

"....melihat itu hamba merasa ada yang janggal karena tubuhnya sama sekali tidak terluka meski bajunya seperti bekas gigitan taring tajam. Kemudian ia mulai mengatakan hal-hal yang membuat hamba sedikit merinding."

"apa itu? "

Haise menelan ludah yang terasa pahit saat ia mencoba mengingat dengan keras kejadian dihutan Dukku. "....Pangeran Arima berkata bahwa dia telah mati dan dia mengatakan bahwa dirinya adalah Pangeran Zassy. "

"?!!!!" wajah Kaisar Baykyu terlihat shock mendengar itu tapi ia tetap berusaha terlihat tenang, meski kedua tangannya mengepal erat.

Karena mencoba mengingat dengan detail kejadian yang dulu terjadi pada dirinya dan Pangeran Arima, membuat Haise menyadari sebuah kemungkinan buruk yang mungkin di alami oleh Pangeran Arima. Karena itu seketika tubuhnya menjadi pucat dan suhu tubuhnya menjadi sangat dingin. Dengan sorot mata terbelalak seperti melamun ia mematung beberapa saat dan mengingat apa yang di ucapkan oleh Penyihir wanita buruk rupa.

".... Pada hari yang sama saat aku menemukanmu, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kelahiran seorang Penyihir Hitam (Lich) yang di pilih langsung oleh alam. Aku tidak menyangka, perjanjian yang kami buat menyebabkan dirinya lahir kembali sebagai Penyihir ke 11, atau mungkin bisa aku katakan dia hidup lagi sebagai calon Lich ke 11." ucap Penyihir Wanita buruk rupa.

".....siapa yang kamu maksud?" tanya Haise yang belum menyadari.

"...aku tidak akan menjawabmu karena suatu hari kamu akan tahu dengan sendirinya. "

Mengingat semua itu, tangan Haise gemetar dan terus berpikir. "apakah mungkin Pangeran Arima kini menjadi Lich ke 11?!, tapi apa maksudnya dia mengatakan bahwa dia adalah Zassy? " dalam kegalauannya, Haise belum bisa mendapat jawaban yang tepat untuk mencerna kejadian dalam ingatannya.