Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 5 - chapter 5 - kegelapan

Chapter 5 - chapter 5 - kegelapan

Vote and komen ya

********************************

Malam ini terasa begitu dingin... Bahkan lebih dingin dari biasanya. Teman-teman Pangeran Zassy tak bisa berhenti gemetar ketakutan karena melihat mayat Pangeran Arima yang tersayat-sayat berada diantara gigi Hewan Gaib Liar. Mereka begitu ketakutan dan merasa bersalah tapi mereka hanya bisa terus berjalan kedepan agar bisa keluar dari hutan.

Haise sendirian menyalakan api unggun dan membakar beberapa daging kelinci yang masih setengah matang. Tiba-tiba angin yang begitu kencang menerbangkan kayu yang terbakar didalam api unggunnya. Ketiga tendanya seketika rusak karena begitu kencangnya angin yang datang dari arah hutan. Angin yang berhembus terasa sangat aneh saat menyentuh kulitnya, hawa dingin yang mencekam seakan menyatu didalam hembusan angin itu. Seketika semua bulu kuduknya berdiri, kemudian wajahnya mendongak kelangit, dia menatap dengan binggung. "kenapa tiba-tiba langit menjadi gelap dipenuhi awan hitam yang membentuk pusaran, padahal beberapa menit yang lalu cahaya bintang bersinar terang?"

Tak lama kemudian, awan hitam beserta angin yang membawa hawa jahat itu lenyap seketika. Matanya yang masih menatap langit seketika melihat gemerlapnya bintang kembali. "sebetulnya apa itu tadi?, ada sesuatu yang janggal dengan fenomena alam barusan."  pikir Haose dengan wajah bingung

Beberapa jam kemudian Dia melihat kearah gelapnya hutan yang lebih gelap dari gelapnya malam, disana dia melihat keempat temannya kembali. Bibirnya tergambar senyum tipis dengan bola mata yang bergerak dengan mencari, tapi senyumnya hilang saat dia tidak bisa menemukan sosok Pangeran Zassy dan Pangeran Arima diantara teman-temannya yang kembali. Dia melihat wajah teman-temannya yang terlihat sangat pucat, selain itu terlihat bekas pukulan tepat dipipi Dungma.

"apa yang terjadi?" dengan suara yang datar dan wajah yang hambar Haise bertannya.

"Pa,pangeran Arima telah mati.." jawab Wendy dengan tubuh gemetar.

Bukkkk!!!

Seketika Haise mendaratkan pukulannya dipipi Wendy, seketika tubuh Wendi tersungkur ditanah.

"Haise! Apa-apaan in...?!" tanya Liata dengan marah. Belum selesai Liata komplain.

Bukkkk!!!

Tanpa banyak bicara Haise langsung mendaratkan pukulannya di perut  Liata hingga berlutut. kemudian dia memandang Jarrod yang terlihat gemetar memandang wajahnya.

Bukkk!!!!

Aaaaaaaaa!!!!!!

Haise menendang tepat di selangkangan Jarrod hingga tubuhnya tersungkur ditanah.

Dungma gemetar melihat ketiga temannya telah di hajar oleh Haise, dungma tidak kuat untuk membeladiri jika Haise menyerangnya karena tubuh dan pikirannya masih ketakutan melihat kematian Pangeran Arima. Saat Dungma memejamkan mata untuk menerima pukulan dari Haise... Setelah beberapa menit dia terpejam, tapi tidak ada pukulan yang mendarat ditubuhnya. Saat dia membuka mata, wajah Haise sudah tepat didepan matanya seketika tubuhnya jatuh kebelakang karena kaget.

Mata Haise memandang sinis kearah Dungma yang masih terduduk ditanah."Sekarang, dimana Pangeran Zassy?"

"di,dia... Di, dia...."

"........" Haise menunggu jawaban dengan tatapan dingin.

"dia... Bertarung dengan Hewan Gaib untuk mendapatkan tubuh adiknya."

"pamanku tidak akan membiarkan kalian hidup. jika beliau tahu apa yang telah kalian lakukan pada anak-anaknya." ancam Haise dengan sinis dan dingin, Hawa panas yang keluar dari tubuh Haise semakin membuat mereka ketakutan.

Seketika tubuh mereka semakin ketakutan menyadari bahwa nyawa mereka saat ini terancam.

"berdoalah... semoga, mereka berdua selamat." suara Haise lirih dan dingin seperti sedang mengancam dengan menatap keempat temannya. Kemudian dia mengambil busur dan pedangnya lalu masuk kedalam hutan sendirian.

Melihat keberanian Haise yang masuk kedalam hutan sendirian untuk menyelamatkan para pangeran. Dungma, Wendy, Liata dan Jarrod hanya bisa menelan ludah yang terasa pahit ditenggorokan mereka.

Hawa dingin dalam hutan yang begitu gelap ini terasa berbeda, entah mengapa bulu kuduk Haise berdiri hanya dengan merasakan hawa dingin dalam kegelapan hutan ini. Meskipun Haise menyalakan Api dari elemen Api diatas telapak tangannya, tapi itu tidak mampu menerangi hutan gelapnya. Cahaya Api itu tidak mampu menembus tebalnya kabut hitam yang lebih seperti asap hitam yang pekat. "ini bukanlah kabut biasa..."

Haise tetap berjalan menembus hutan dari kejauhan dia melihat bayangan hitam dari sosok seseorang.

Glup...

Haise menelan ludah, tapi langkanya tetap maju kedepan untuk melihat. Semakin mendekat sosok tersebut semakin jelas, itu adalah Pangeran Arima dengan seluruh bajunya compang-camping dengan bekas robek dan darah dimana-mana. "bulankah itu adalah pangeran Arima... Tapi kenapa mereka mengatakan bahwa pangeran Arima sudah mati?..."

"Pangeran Arima!" Haise memanggil dari kejauhan.

"...." pangeran Arima yang memiliki Roh Pangeran Zassy tetap terdiam.

"dimana pangeran Zassy! Dia bersamamukan?!" tanya Haise memegang pundak Pangeran Arima sambil bertanya. Tepat saat tangannya menyentuh pundak Pangeran Arima, Haise merasakan sensasi dingin yang terasa begitu dingin bahkan lebih dingin dari dinginnya malam. "....apa kamu tidak apa-apa?"

"....." Pangeran Arima hanya diam.

Haise memandang sorot mata Pangeran Arima yang begitu gelap dan kosong. Dengan menghela nafas panjang Haise mencoba untuk tenang dan melepaskan rompinya, kemudian dikenakannya pada tubuh Pangeran Arima."....tubuhmu sangat dingin sekali... Kembalilah ke kemah, Aku akan mencari Pangeran Zassy. "

Haise bergegas masuk lebih dalam lagi kedalam hutan, saat dia melangkah tiba-tiba pangeran Arima berkata.

"....tunggu."

Langkah Haise terhenti dan menunggu apa yang ingin diutarakan Pangeran Arima padanya. "....."

"... Kamu tidak akan menemukan apapun."

Seketika Haise kaget sekaligus bingung dengan apa yang diungkapkan Pangeran Arima. "...apa maksudmu?"

"....karena aku ada disini."

Mata Haise masih tidak mengerti."...Apa maksudmu?!"

"Arima... telah mati..."

bulu kuduknya seketika semakin merinding. "apa yang kamu bicarakan?... Bukankah saat ini kamu berada tepat didepan mataku...."

"aku adalah Zassy...." dengan suara datar dan dingin.

"HUH?!... " Hawa seram dihutan ditambah ucapan Pangeran Arima yang HOROR membuat bulu kuduk Haise semakin menjalar hingga keseluruh bagian tubuhnya. Api ditelapak tangannya entah mengapa tiba-tiba padam, keringat dinginpun menetes.

"Agar aku bisa menghidupkan kembali Arima... Aku membiarkan penyihir itu, memakan tubuhku. Karena itu.... aku tidak memiliki jenazah untuk dikuburkan..."

Entah mengapa Haise merasakan rasa takut, seakan-akan saat ini dia sedang melihat hantu. Tapi pikiran realistisnya masih tak mempercayai apa yang dikatakan Pangeran Arima. ".....aku... masih tidak mengerti apa yang kamu bicarakan." keringat dingin semakin menetes dipermukaan kulitnya yang dingin.

"... Aku adalah Zassy."

Seketika mata Haise terbelalak lebar dengan tubuh gemetar, keringat dingin semakin mengucur deras.  "za,za...Zassy...?" Wajahnya semakin pucat dan dingin tapi ekspresinya masih menunjukkan bahwa dia belum bisa percaya dengan bibir yang sedikit bergetar.

Haise masih sangat ketakutan tubuhnya gemetar dan kaku, langkahnyapun gemetar mundur saat mendengar suara langkah kaki Pangeran Arima melangkah perlahan kearahnya. Matanya terbelalak dan jantungnya derdegup kencang saat bayangan Pangeran Arima dalam kabut hitam semakin mendekat. Hingga Wajah Pangeran Arima terlihat dimatanya, Kulit Pangeran Arima yang putih terlihat lebih pucat, warna matanya yang hitam terlihat gelap tanpa cahaya, rambutnya yang bergelombang berantakan.

Tangan Pangeran Arima terasa dingin seperti Es saat dia mengangkat tangan Haise yang masih gemetar kearah jantungnya. Haise yang masih gemetar hanya bisa menelan ludah yang mengering.

Deg... Deg... Deg... Deg... Deg

Merasakan derak jantung Pangeran Arima ditangannya, rasa takutnya mencair dan jantungnya yang seakan ingin melompat kini kembali tenang. "Pangeran Arima, kamu masih hidup jadi jangan menakutiku dengan mengatakan bahwa kamu sudah mati."

".....syukurlah... kamu juga bisa merasakan detak jantung ini juga. Tadinya aku masih belum bisa percaya." senyum lega tergambar di bibir Pangeran Arima.

"kabut hitam disini sudah membuatku takut, jadi jangan membuatku tambah takut dengan ceritamu. Ok?"

"......"

Haise berjalan kembali untuk masuk semakin dalam dihutan meninggalkan Pangeran Arima dibelakang. kemudian dia menyalakan kembali Api menggunakan elemen Apinya untuk menerangi jalan. Tapi ternyata pangeran Arima mengikutinya dari belakang.

"apakah kamu juga ingin ikut mencari Pangeran Zassy bersamaku?" dikejauhan Haise menoleh sambil bertanya.

"......." Pangeran Arima hanya diam dengan sorot mata yang menatap mata Haise.

"entah mengapa Pangeran Arima terlihat sangat berbeda. tiba-tiba dia bersikap lebih menyeramkan, bahkan lebih menyeramkan dari hantu. Ditambah lagi dia mengatakan hal-hal yang aneh, itu membuat bulu kudukku berdiri." pikir Haise.

..................¤¤¤¤...............