Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 7 - chapter 7 - pedang zilla

Chapter 7 - chapter 7 - pedang zilla

Serigala berlari dan menerjang tepat kearah Haise, dengan sigap dia langsung menebas serigala itu saat masih di udara. Bahaya tepat berada di depan matanya, beberapa serigala lain mulai tampak dari kegapan. Suara puluhan geraman serigala itu membuat bulu kuduk Haise berdiri, dia menggenggam erat pedang di tangannya dalam posisi siaga. Puluhan serigala berjalan perlahan mengitari Haise dan Pangeran Arima seakan dalam posisi mengepung. Dua ekor serigala mulai berlari kearah Haise dengan mulut terbuka yang dipenuhi air liur dan berusaha menggigit tubuh Haise. Tapi dengan gerakan cepat Haise dapat dengan mudah menusuk kedua serigala itu saat berlari. Dia mulai berlari menyerang kearah kumpulan serigala, dengan gerakan tubuhnya yang begitu lincah, dia menyerang, menusuk dan menyayat setiap serigala disekitarnya. Pangeran Arima masih berdiri mematung tanpa ekspresi di belakang Haise yang semakin menjauh, dia hanya diam dan mengamati serigala-serigala yang mengepungnya menyalak. Kemudian dia menyadari bahwa serigala yang sedang mengepungnya hanya mengonggong padanya, seakan tersirat sedikit kekhawatiran didalam mata liar kumpulan serigala itu. Tangan kanan Pangeran Arima memegang dadanya, dia sama sekali tidak merasakan detak jantungnya yang berdebar. "melihat begitu banyaknya serigala ini, kenapa jantungku merasa tidak terancam?"

Puluhan ekor serigala yang mengepung, secara bergantian menyerang Haise. Pada saat yang begitu mendesak, Haise tidak mampu memikirkan hal yang lain dan hanya bisa fokus pada perlindungan diri terhadap kumpulan serigala yang mengancamnya.

"aku tidak boleh menggunakan Pedang Zilla karena Haise tidak boleh melihatku menggunakannya. Mengingat sekarang aku berada di dalam tubuh adikku. " pikir Pangeran Arima yang masih berdiri mematung ditempatnya.

10 menit telah berlalu, dalam waktu yang singkat ini terasa sangat lama, pedang Haise yang berlumuran darah dari puluhan serigala, kini mulai mengering. Darah kering itu membuat pedang ditangannya tidak tajam karena darah kering yang menutupi bagian tajam dari pedang dan membuatnya lebih berat saat menusuk dan mencabut pedang dari tubuh serigala-serigala itu. Keringat mulai mengucur deras di setiap pori-porinya, nafasnya mulai terasa berat, matanya masih menatap tajam pada kumpulan serigala yang bergerak pelan mengitarinya sambil menggeram. Hal yang tidak di inginkan akhirnya datang juga, beberapa seringala mulai berdatangan. Mata Pangeran Arima bergerak mengamati lingkungan sekitar, dia melihat dari balik gelapnya malam yang begitu hitam, terlihat dari kejauhan cahaya kuning yang berasal dari mata puluhan serigala yang menyala dalam kegelapan.

"aku tidak boleh tinggal diam saja. " pikir Pangeran Arima yang kemudian berlari kearah Haise dan mengambil busur dan 4 anak panah yang terselempang di punggung Haise. Ke 4 anak panah itu di bidikan pada busur berada pada posisi horizontal dan seketika ke 4 anak panah itu dilesatkan kearah mata-mata bercahaya yang jauh dibalik kegelapan. Terdengar suara daging tertancap sekaligus rintihan beberapa serigala yang terdengar seperti anjing yang kesakitan dan menggeliat. Kemudian beberapa ekor serigala mulai terlihat dari balik kegelapan, dan diantaranya ada 3 ekor serigala yang masih bisa berjalan meskipun panah masih menancap di tubuh mereka. Tanpa banyak bicara, Pangeran Arima mengambil 4 anak panah lagi yang ditempatakan pada posisi busur horizontal dan melesatkannya. Tapi serigala-serigala itu mulai berlari kearahnya 2 dari 4 anak panah meleset, dua serigala terjungkal dan merintih. Sedangkan yang lainnya masih berlari menyerang, Haise menggenggam erat pedangnya seakan sedang menunggu buruannya. Dengan sigap tangan pangeran Arima mengambil Anak panah sedapatnya, dia mengambil 3 anak panah dan membidikkannya, anak panah itu melesat tepat di mata, mulut dan leher dari 2 serigala yang berlari menerjang, seketika kedua serigala itu tumbang.

Haise menatap bingung pada Pangeran Arima, karena dia seakan sedang melihat orang lain di sampingnya. "bukankah selama ini Pangeran Arima adalah anak yang tidak berguna. Tapi kenapa tiba-tiba dia menjadi sangat mahir?"

Pangeran Arima mengambil 4 anak panah dan menempatkannya dalam posisi siaga pada busurnya. Dia dan Hause berdiri saling membelakangi agar bisa saling melindungi. Dalam malam yang begitu gelap dan dingin, tubuh Pangeran Arima dengan cepat mulai kelelahan, mengingat tubuhnya tidak terlatih jika dibandingkan tubuhnya dulu saat menjadi Zassy. Di tambah lagi udara dingin yang membuat kulitnya kedinginan karena hanya berbalut kain tipis yang berlubang dan robek. Meski begitu dia masih bertarung bersama Haise dan saling melindungi. Anak panah demi anak panah telah melesat, 95% dari anak panahnya tepat sasaran tapi kini hanya tersisa 1 buah anak panah yang tersisa ditangannya. Nafasnya semakin tersa berat, persendiannya dengan mudah cepat terasa nyeri karena tidak terlatih. Meski begitu masih ada energi ditubuhnya, kemudian matanya menatap Haise yang juga semakin terlihat kelelahan dengan keringat yang membasahi baju tebalnya. Ratusan serigala telah tumbang, tapi masih ada puluhan serigala didepan mereka. Pedang di tangan Haise semakin terlihat berwarna hitam karena darah yang sudah kering.

"Haise, buanglah pedangmu karena sudah tidak berguna, gunakan saja pisau atau belati. " saran Pamgeran Arima.

"?!" Mendengar itu, Haise semakin merasa penasaran bagaimana Pangeran Arima bisa tahu bahwa pedangnya semakin tumpul karena darah. Padahal dia tidak pernah barada dalam pertarungan yang nyata sebelumnya. Haise tahu bahwa apa yang dikatakan Pangeran Arima adalah benar, diapun melemparkan pedang ditangannya ketanah dan mengambil dua pisau di pinggangnya.

Anak panah terahir melesat dari busurnya dan tepat mengenai dahi seekor serigala yang langsung mati seketika. Seketika puluhan serigala lain berlari dan melompat menerjang, dengan sigap tubuh Haise menunduk dan menyayat perut serigala saat masih di udara. Sedangkan pangeran Arima memukulkan busurnya pada tubuh dua serigala dengan sangat keras secara bergantian.

"tinggal 15 lagi. " ucap Pangeran Arima dengan senyuman tipis dibibirnya.

"aku harap mereka adalah yang terakhir malam ini." ucap Haise yang berharap dengan kedua alis yang mengerut ditengah.

Suara nafas Haise dan Pangeran Arima terdengar semakin jelas, serigala-serigala itu masih menyerang mereka tanpa henti, satu persatu serigala mampu mereka tumbangkan. Tapi ternyata Haise yang kelelahan membuatnya tidak fokus dan seekor serigala menggigit tepat dikakinya.

Aaaaaaaaa!!!

Melihat gigi tajam serigala yang masih menggigit kaki temannya, mata Pangeran Arima terbelalak dan secara reflek dia mengucapkan. "Zilla." dengan suara rendah. Seketika Pedang Zilla melesat dari kejauhan dan mendarat tepat ditangan Pamgeran Arima. Tanpa banyak pikir, dia menyabetkan pedang Zilla kearah serigala yang masih menggigit kaki Haise. Sabetan Pedang Zilla menghasilkan garis api di udara yang seketika memotong sekaligus membakar serigala itu hingga tubuhnya terbelah menjadi dua. Kemudian dia menyabetkan Pedang Zilla 3 kali kedepan dan menghasilkan garis Api yang membentuk sabit di udara yang bergerak melesat memotong dan membakar semua serigala yang tersisa.

"?!!!" Pada saat yang sama, mata Haise terbelalak lebar saat tepat di depan matanya, dia melihat Pangeran Arima menyabetkan Pedang Zilla dengan sempurna. "bagaimana mungkin?! "

Pangeran Arima berdiri gagah dengan memegang Pedang Zilla ditangannya, Api menyala terang yang menjadi mata bilah Pedang Zilla.

Haise bekeringat dingin dan menelan ludah, karena dia merasakan tekanan energi dari Api yang keluar dari bilah pedang Zilla menunjukkan tekanan energi level 8. Kedua alisnya mengkerut bertemu ditengah dan berpikir. "ini tidak mungkin, bagaimana bisa Pedang Zilla mengeluarkan tekanan energi level 8 saat berada di tangan Pangeran Arima?! "