Bak hancur sudah Agatha mendengar penuturan Vino kali ini. Lidahnya kelu.. Air matanya jatuh tanpa ia minta melihat pemandangan yang begitu menyesakkan dada
"Apa kau mau jadi pacarku?" tanya Vino mengimbuhi
Cukup sudah..
Tak tahan lagi Agatha melihat itu. Dengan segera ia beranjak, berlari keluar dari tempat pesta itu. Dia tak tau apa yang ia rasakan, dia hanya tak ingin mendengar ucapan manis namun menyakitkan itu.
"Orang pertama yang memberi selamat? Lupakan saja.. Gw gak bisa.. Maaf.." gumam Agatha seiring dengan air matanya yang kembali jatuh, menemaninya menyusuri jalan sepi dalam kegelapan malam
—
Keesokan harinya, Agatha nampak sibuk dengan tumpukan pakaian dan juga koper besar di kamar. Memilih dan memilah baju, memasukkannya dalam koper
"Tiket pesawatnya ada dimana yah?" tanya audrey saat memasuki kamar
Agatha menoleh,
"Ada di laci kak.." ujar Agatha
Audrey menghela nafas panjang, segera memeriksa laci di sebuah meja kecil dekat tempat tidur
"Ah.. Kita harus cepat sayang, sebelum kita benar benar ketinggalan pesawat" ujar Ika
Agatha menatap sang kakak merasa lelah sendiri. Sejak semalam Audrey sibuk mempersiapkan ini dan itu.
"Semua udah beres kak" ujar Agatha menutup koper
Audrey menoleh..
"Kakak udah mandi belum?" tanya Agatha santai
Audrey menepuk dahinya pelan..
Begitu sibuk nya ia mempersiapkan keperluan untuk pergi hingga sampai lupa dengan hal kecil namun penting itu.
"Kakak belum mandi!! Haduh.. Kakak mandi dulu deh, habis itu kita langsung on the way ke bandara" ujar Audrey langsung beranjak meraih handuk di lemarinya dan segera memasuki kamar mandi
Agatha menggeleng pelan melihat tingkah sang kakak, ia kini berdiri, melangkah keluar dari kamar
"Baiklah.. Gw bakal ke bandara hari ini" ujar Agatha beriring dengan hembusan nafas beratnya. Ia kini melangkah menuju sofa, duduk menyender.
Sejenak, hanya keheningan yang tercipta. Ingatannya kembali pada pemandangan super menyesakkan semalam.
"Dia punya pacar sekarang.. Itu berarti, gw gak lagi dia butuhkan saat ini" gumam Agatha sedikit miris