Selamat membaca
°•°•°
Mentari menyapa dari balik jendela kamar. Senyum merekah di wajah khas bangun tidurku. Aku mulai bersiap untuk pagi yang cerah ini. Haha, bukan demi pagi, tapi demi laki-laki yang mencuri hati.
Kemarin setelah aku dan Sean keluar dari dunia kain batik, Diya menyuruhku untuk segera pulang. Dan ternyata, saudariku itu cuma minta ditemani ke pusat perbelanjaan untuk beli aneka kopi dan minuman cokelat bubuk yang rentengan, cemilan, dan makanan yang biasa kami santap saat sarapan.
Untuk membayar hari kemarin yang belum kelar, Sean mengajakku ke pameran ini lagi. Beruntung, pelaksanaannya selama tiga hari, di mana besok adalah hari terakhir. Karena itulah senyum lebarku menghiasi wajah dari bangun pagi sampai alas kakiku menapak di ruang berisi puluhan kerajinan gerabah.