Chereads / Malkist Cinta ( Kisah Cinta Aneh ) / Chapter 4 - Malkist Empat : Pesona Linra

Chapter 4 - Malkist Empat : Pesona Linra

Lalu pagi menjelang dan Riota seperti biasa terbangun dengan alaram dari jamnya.

Namun karena tidur pukul 2 lewat tadi, Riota masih mengantuk, namun karena sudah terbangun, akhirnya ia bangun dan keluar dari kamarnya menuju ke lantai bawah.

" Huaaaahhh... Ngantukkk... Hmnn... "

Tiba-tiba saat turun dari tangga itu, Riota lagi-lagi melihat hal janggal, dimana Linra tidur di sofa dengan telentang.

Kaki kirinya menekuk di atas sofa, sementara satu kakinya lagi lurus ke bawah.

Tentu karena posisi itu, Riota melihat bagian bawahnya Linra yang hanya memakai Dress tanpa lengan dan pendek roknya.

" Mulus juga dalemnya. "

Riota sebagai seorang laki-laki tentu normal saat melihat bagian bawah seperti perempuan itu membuatnya bergairah dan terangsang.

Apalagi kulit dari Linra putih mulus.

Namun ada kejanggalan yang di lihat oleh Riota.

Riota mendekati bagian bawah Linra yang terbuka itu lalu fokus ke celana dalamnya.

Ternyata apa yang Riota janggal lihat benar adanya.

Riota bicara dengan pelan sambil terus melihat kejanggalan tersebut.

" Kenapa bagian bawah loe rasanya gak kayak laki-laki, datar sekali. Bahkan celana dalam yang loe pake itu tipis bentuk nya, apa loe operasi kelamin? "

Riota benar-benar bingung dan akhirnya memfoto bagian bawahnya itu untuk ia simpan.

Sejenak Riota masih fokus ke bagian bawahnya Linra sambil melihat seluruh tubuhnya yang kecil dan imut itu sedang tertidur pasrah di sofa panjang.

" Andai loe bukan laki-laki, pasti gue ambil tubuh loe saat ini juga. "

Karena sofanya di tempati oleh Linra, akhirnya Riota memilih untuk mengambil minum dan kembali ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Riota sejenak kembali untuk tidur, namun karena sudah terlanjur terbangun, ia bermain game kembali di 'Smart Phone' miliknya sambir terbaring di tempat tidur.

Matahari mulai meninggi dan Riota mencium aroma masakan yang cukup enak, seperti aroma rendang dan lainnya.

Sontak Riota penasaran dan perutnya memang sudah lapar selama bermain game tadi.

Riota turun dari lantai dua dan langsung mengarah ke arah dapur.

Terlihat Linra sedang memasak dengan kondisi baik dan fokus, dimana Riota melihat hal ini seperti sekenario dirinya telah menikah dengan seorang perempuan yang sedang memasak untuk makan pagi.

Riota tersenyum dan berkata.

" Aromanya sampai ke kamar gue, loe tau gak, ini kayak gue udah menikah, terus loe masakin gue dimana ya seperti untuk suami. "

Linra tersenyum dengan wajah malu.

" Apaan sih... Jangan ngawur deh kamu. Ini masih pagi. "

Riota lagi-lagi menggoda Linra sambil berdiri di samping kanannya.

" Kenapa loe tampak malu-malu? Apa loe berfikir sama juga kayak yang gue pikirkan? "

Linra pun tersenyum, ia menjauh sedikit dan mengambil beberapa bahan bumbu di lemari pendingin.

" Apaan sih.. Jangan ganggu deh, aku sedang masak. "

Riota lalu melihat masakan yang sudah hampir jadi itu di atas wajan, yaitu rendang merah pedas.

Riota lalu mengambil spatula dan membolak balik kannya, namun tiba-tiba wajan itu malah terbakar.

( Burr.. )

" Waa... Kebakar... "

Linra dengan cekatan langsung mematikan kompornya saat melihat kejanggalan tersebut.

" Kok bisa kebakar gitu sih, ya tuhan.. Aku kaget loh. "

Riota memasang wajah bingung.

" Gue cuma bantu bolak balik doank, gak gue masukin apa pun. "

Linra menatap datar Riota.

" Hei, sepertinya tangan mu memang di benci sekali sama peralatan masak, sampai apapun yang kamu sentuh di area masak seperti tidak terima. "

Riota tersenyum.

" Hahahaha... Bisa jadi. Tangan gue gak cocok kayaknya di memasak, kecuali untuk makan. "

Linra mengangkat wajan itu dan menaruhnya di dekat wastafel.

" Untung rendangnya gak gosong, sayang banget kalau gosong, kamu akan makan masakan gosong itu semuanya loh, karena aku masak untuk sampai malam. "

Riota lalu mengambil sendok dan mencici bumbu rendangnya yang menggugah selera perutnya itu langsung di atas wajan.

" Hmnn... Pedasnya pas, loe benar-benar pintar masak. Idaman banget kalau loe cewek, hahaha. "

Riota lagi-lagi menggoda Linra hingga membuat malu.

Linra menepuk pundak Riota.

( Plakk.. )

" Masih aja godain aku, udah sanaaa, jika kamu mau makan duluan silahkan, nasinya juga sudah matang. "

Riota mengambil piring dan mengelus kepalanya Linra lagi.

" Anak pintar.. Hehehe.. Gue makan duluan... "

Linra tersenyum melihat tingkah Riota yang ternyata suka sekali menggoda dirinya.

Namun saat itu Linra ingin bertanya tentang kenapa Riota selalu mengelus kepalanya.

" Hei, Riota. Kenapa kamu selalu mengelus kepalaku? "

Riota yang sedang makan di meja makan dekat dapur itu melihat Linra dan menjawab pertanyaan darinya setelah makanan yang ada di dalam mulutnya habis.

" Hmnn.. Mnn.. Itu karena gue ada kesempatan untuk mempraktekan kalau nanti punya pacar, apalagi tubuh loe yang pendek dan rambut yang halus. Ehhh.. Gue juga terkadang nonton Anime atau kartun jepang, dimana mengelus kepala itu kepada perempuan, tanda sayang dan perhatian, ternyata itu benar loh, loe sampai malu-malu. "

Tiba-tiba Linra melempar bawang merah kecil ke arah Riota dengan tatapan marah.

" Jadi kamu menganggap aku sebagai bahan percobaan? Aku malu karena kamu mengelus kepalaku itu, tidak ada perasaan apapun. Jaga bicara kamu, aku ini laki-laki, bukan perempuan. "

Riota menangkap bawang itu dengan tangan kirinya dan meremasnya hingga hancur.

" Hahahaha, gue paham kok. Anggap aja itu apresiasi gue untuk loe sebagai pegawai teladan gue. Jadi sekarang loe biasain kalau gue mengelus kepala loe itu sebagai apresiasi gue. Ngerti kan loe, loe itu pegawai, jadi turuti apa yang Bossnya bilang. Lagian itu bukan menjerumus ke pelecehan seperti yang ada di kontrak kita bukan? "

Linra memalingkan wajahnya dan tertunduk.

" I-Iyah... Aku paham... Selama tidak ada unsur pelecehan di situ. "

Riota lalu melambaikan tangannya seperti memanggil Linra untuk ikut maksn juga.

" Sini, makan dulu. Loe itu perlu gemukin badan biar sedikit berisi. "

Linra berbalik dan berkata.

" Aku harus cuci beberapa alat masak dahulu, baru akan makan. "

Riota lalu berdiri dan menghampiri Linra, menarik tangannya untuk ke meja makan.

" Udah ayo makan dulu. Loe sok sibuk banget deh. Ini hari minggu, santai aja dulu. "

" Tu-Tunggu... Hei.. Riota. "

Karena posisinya Linra pendek dan tenaga nya tidak lebih besar dari Riota yang seluruh tubuhnya atletis dan berotot, ia pun terseret walau kakinya tidak berjalan.

Akhirnya Linra ikut makan dulu dengan Riota.

Riota memperhatikan Linra yang sedang makan di hadapannya, dimana selalu porsinya tidak banyak.

Kemudian Riota bertanya.

" Di suruh makan yang banyak kok malah sedikit seperti biasa. "

Linra melihat Riota yang ada di depannya.

" Kalau aku menyendok cukup banyak, nanti sayang tidak habis. Lagi pula porsi ku memang seperti ini. Tubuh ku kecil, berbeda dengan kamu yang harus menyuplai otot-otot yang kamu miliki, apalagi tubuhmu itu hampir 3 kali lipat dari diriku. "

Riota tersenyum.

" Hehehe... Benar juga. Tapi coba tambah sedikit aja. "

Linra menggelengkan kepalanya.

" Tidak apa, aku sudah mulai kenyang kok. Kamu saja yang tambah lagi porsinya, memang aku memasak untuk kamu. "

Riota lalu menyendok lagi nasi dan memakan rendang yang di masak oleh Linra.

" Ya udah, gue tambah lagi. Daging dan pedesnya mantap... Apalagi gue suka rendang. "

Linra tersenyum.

" Silahkan kamu makan. Aku senang kalau ada orang yang suka dengan masakan ku ini. "

Hari minggu itu di penuhi dengan ketenangan dan santai untuk Riota.

Menjelang siang pun, Riota kembali makan setelah bermain game dan menonton Anime.

Linra pun ikut makan, namun setelah makan, ia kembali menghabiskan waktunya di area garasi untuk menyusun beberapa perlengkapan masaknya.

Tiba-tiba Riota teringat kalau ingin mencetak design spanduknya hari ini.

" Oh iya, gue kan harus mencetak design yang semalam gue buat. "

Riota langsung bergegas ke kamar dan mengganti pakaiannya.

Setelah Riota berpakaian rapih, mengambil USBnya yang masih tertancap di CPU komputernya, ia langsung bergegas menuju LInra berada yang sedang ada di dalam garasi.

" Lin, gue hampir lupa kalau hari ini mau buat spanduk promosi kuliner loe. "

Linra yang sedang duduk santai di atas kasur lipatnya itu terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Riota.

" Huaa.. Kamu mengagetkan ku. Apa? sekarang? "

Riota mengangguk.

" Hum.. Ayo, sekarang loe ikut gue. "

lalu Linra berdiri dari tempat duduknya berada dan mengambil sweeter miliknya yang berwarna merah mudah dan putih juga maskernya.

" Baiklah. "

Riota lalu mengeluarkan motornya dan mengunci pintu dalam dan gerbangnya.

Mereka berdua lalu memakai helm full facenya sebelum berangkat.

Namun Riota melihat kalau Linra duduknya menyamping.

" Loe kok duduknya menyamping? Biasa aja kali kayak laki-laki. "

Linra pun menepuk pundak Riota.

( Plakk )

" Apa kamu gila? Dress ku ini pendek, untuk naik turun aku bisa membuka kaki ku terlalu lebar dan membuat bagian bawah ku terlihat orang. Walau begini-begini, aku bukan orang yang mesum tahu. "

Riota tertawa.

" Hahahaha, lagian loe bisa-bisanya pakai Dress pendek begitu, nanti gue tinggalin di jalan, loe pasti di jadiin target penculikan pemerkosaan. "

Linra kembali menepuk pundak Riota.

( Plakk )

" Kamu jahat kalau sampai tinggali aku di jalan, padahal aku tidak sekali pun berfikir menjahatimu. "

Terlihat wajah Linra sendikir agak kurang suka dan terkesan seperti sedih.

Riota tentu hanya sekedar menggodanya sebenranya.

" Ya elah, gue cuma bercanda lagi.. Lagian siapa juga yang mau loe memperlihatkan celana dalamnya kepada orang lain. Pegangan udah di pinggang gue, tapi ingat, jangan ke geeran. Gue cuma gak mau loe jatuh dan akhirnya gue yang kena masalah. "

Linra lalu memegang pinggang dengan sambil bersandar di punggung Riota.

" Se-Seperti ini? "

Riota tersenyum.

" Terserah loe aja lah, kelamaan ngurusin ginian aja, bisa-bisa sampe sore. "

Lalu Riota memacu perlahan motonya meninggalkan rumahnya menuju ke jalan raya untuk ke tempat pembuat spanduk yang ia cari di google map.

Selama dalam perjalanan, Linra merasa malu dan tangan kirinya selalu berada di atas pahanya seraya menutupi Dressnya agar tidak terbuka karena angin yang berhembus, sementara tangan kanannya memegang erat pinggang Riota.

Riota yang melihat dari spion kaca motornya tersenyum dengan tingkah tenang dari Linra.

Ia tersenyum karena membayangkan kalau dirinya seperti memiliki pacar yang cukup cantik dimana dari kakinya juga sudah terlihat mulus, begitu juga lengannya.

Seperti seakan pamer kepada para pasangan lainnya yang sedang berboncengan di jalan, dimana Riota yang biasanya sendiri, sekarang seperti punya pacar yang cantik.

Padahal sebenarnya yang di boncenginya itu adalah laki-laki.

Beberapa pengendara motor laki-laki yang membawa pasangan atau yang sudah berkeluarga pun auto akan melihat kulit mulus dan tubuh kecil imutnya Linra yang sedang bersandar di belakang Riota ketika lampu merah tengah menyala di jalan.

Bahkan sampai ada Emak-emak yang memukul-mukul dan mendorong-dorong suaminya yang melirik-lirik saat ada kesempatan di lampu merah.

Riota sampai tertawa sendiri sambil menunggu lampu merah berubah menjadi hijau.

Setelah cukup lama berada di jalan, Akhirya Riota dan Linra sampai di sebuah gerai pembuatan spanduk dekat jalan.

Ketika Linra membuka helm full facenya, beberapa pegawai laki-laki dan pengunjung laki-laki lainnya yang juga ada di gerai itu langsung auto mengarahkan pandangannya ke arah Linra.

Riota dengan jelas melihat pandangan mereka itu tertuju kepada Linra yang terkesan imut dan cantik itu.

Sampai Riota berkata dengan wajah tersenyum.

" Loe gak ngerasa kalau dari tadi kita di jalan dan sampai di sini, loe jadi perhatian kaum laki-laki karena tubuh dan dandanan imut loe itu. "

LInra langsung menatap sekeliling dan membuat beberapa laki-laki berpaling karena takut jika mereka tahu sedang memperhatikan dirinya.

" Ehh... Jujur, aku jarang keluar kalau tidak bekerja, tapi kalau seperti yang kamu bilang, aku jadi sedikit agak takut. "

Riota pun merangkul bahu Linra dan berkata.

" Tenang aja, mereka pasti gak akan mengganggu loe, karena mereka pasti berfikir kalau gue itu cowoknya, jadi santai aja dan pura-pura loe seperti pacar gue. "

Tiba-tiba Linra melihat wajah Riota dengan lembut di atas kepalanya dan memegang tangan kirinya seraya ingin bergandengan.

" Ka-Kalau begitu, Gandeng tanganku, pura-pura kan? "

Riota merasakan halus dan hangatnya tangan Linra yang ukurannya jauh dari telapak tangannya yang besar itu, lalu menggenggamnya dengan lembut.

" Ya udah, ayo kita duduk di bangku yang tersedia. "

LInra dan Riota pun jalan bersama dengan bergandeng tangan menuju ke depan gerai toko spanduk tersebut.

Lalu ada pegawai laki-laki yang menghampiri dengan tersenyum ramah.

" Ada yang bisa di bantu Mas? "

Riota pun mengambil USB dari kantong jaketnya tanpa melepaskan genggaman tangan Linra.

" Ini Mas, saya ingin mencetak design spanduk, filenya ada di folder bertuliskan spanduk. "

Pegawai itu mengambil USB yang di berikan oleh Riota dan langsung memasukannya ke CPU.

Setelah terbaca, terlihat gambar spanduk yang menarik dan penuh warna di layar komputer milik toko itu.

Linra terkejut melihat design yang bagus itu dan sangat lengkap yang di buat oleh Riota.

" Kamu hebat, bisa design juga. Bagus sekali hasilnya."

Riota pun menarik Linra untuk duduk di kursi dan melihat dirinya dengan penuh rasa bangga dan gembira, karena tidak di sangka, kalau Linra ini di depan publik jadi pusat perhatian.

Laki-laki mana yang tidak bangga jika semisal memiliki pacar yang cantik.

" Gue gito loh.. Apa pun yang gue lakuin dengan telapak tangan gue, pasti jadi sesuatu yang perfect. Apalagi soal programmer. "

Linra pun menatap Riota dengan wajah datar dan berkata.

" Iya, tetapi kalau soal masak, kamu itu orang yang paling parah dan aneh. Masak air saja bisa kebakar airnya, tadi pagi juga, masakan yang aku buat hampir kebakar gara-gara kamu. "

Beberapa laki-laki dan perempuan yang berada di sekitar wilayah itu, termasuk pegawai gerai spanduk itu pun tiba-tiba tertawa tertahan karena cerita LInra.

Riota lalu menaikan satu dahinya dan berkata.

" Hei, gue hanya berusaha membantu, itu cuma gue bolak-balik saja, entah kenapa tiba-tiba muncul api di atasnya. "

Linra lalu berkata.

" Nanti setelah usaha kita bersama berjalan, jangan sekali-kali kamu ikut campur atau menyentuh masakannya, paham? "

Kemudian Riota menggoda Linra dengan berkata sesuatu yang sangat sensitif.

" Paham, tapi tentu saat kita sudah menikah, gue pastinya ikut campur dalam urusan membuat anak. Gak mungkin kan orang lain yang ikut campur, apalagi sendiri. "

Tentu Linra langsung mengerutkan dahinya dan menepuk-nepuk pundak Riota dan berkata.

" Bisa-bisanya kamu bicara mesum seperti itu di luar, dasar bodoh.. Aku ini MNNnnn---- "

Tiba-tiba Riota membungkam mulut kecilnya Linra ketika ingin berkata kalau dirinya ada seorang laki-laki.

Namun ia ganti dengan perkataanya.

" Iya-iya gue tau, gue pacar loe yang berharga, bertubuh besar, penyayang dan perhatian. Gak perlu loe ulangi lagi. "

Mulut Linra masih di dekap oleh telapak tangannya Riota dan masih berusaha untuk melepaskannya.

" HMMN.... HMNMNNN... "

Riota pun tersenyum dimana saat itu jadi pusat perhatian.

Terlihat mereka yang ada di sana seperti merasa iri dan ingin seperti mereka berdua yang pacaran secara harmonis.