Karena hanya ada Mie Instan yang begitu banyak di lemari pendingin dan juga telur, Linra lalu membeli beberapa bumbu dapur di sebuah supermarket dengan uang miliknya di sebuah supermarket dekat jalan raya.
Ketika kembali, Linra memasak Mie instan itu dengan variasi yang tidak pernah di buat oleh Riota.
Aroma dan bentuknya juga di percantik dengan susunan yang di buat oleh Linra.
Ketika siap dan di sajikan di meja ruang tamu rumah Riota, Riota terlihat nafsu makannya meningkat saat melihat Mie Instan dengan telur setengah matang bulat dan di tambah toping sosis juga yang lainnya.
" Ini, aku masakan Mie Instan sederhana. Coba lah. "
Riota pun makan dengan lahap dan fokus untuk makan dengan sambil menikmati rasanya yang begitu enak, apalagi telur yang setengah matang dan Sosisnya, juga beberapa item tambahan yang membuat rasanya lebih berwarna.
" Gila... Gue baru kali ini makan masakan Mie Instan kayak di Restoran yang mahal, gak gue sangka loe bisa buat dengan bahan-bahan sederhana. "
Linra menahan kepalanya di atas meja dengan kedua telapak tangannya sebagai tumpuan di dagunya hingga ke pipi dan tersenyum manis.
" Bagaimana? Enak bukan? Aku banyak belajar hal bumbu dan lainnya yang bisa aku gabungkan dengan beberapa masakan hingga jadinya seperti itu. Kamu suka? "
Riota tersenyum dan terlihat puas.
" Suka. Kalau begitu gue akan buat kontraknya ke loe, tapi syaratnya, loe harus masakin Mie Instan ini dengan cara loe setiap hari. "
Linra namun saat itu menatap serius Riota ketika mendengar kalimat yang ada di belakang.
" Makan Mie Instan setiap hari itu tidak baik, nanti aku masakan yang lainnya saja, aku akan setuju dengan hal tersebut. "
Riota mengulurkan tangan kanannya ke arah Linra yang ada di depannya.
" Kalau begitu, Deal. Jadi gue bisa hemat pengeluaran. "
Linra menjabat tangannya Riota dan berkata.
" Hei, aku di sini untuk bisnis, bukan untuk jadi pembantu kamu. "
Riota lalu tersenyum.
" Kalau begitu, loe bisa belanja keperluan untuk kebutuhan makan kita, itu di luar bisnis ya, loe jadi juru masak sekalian, bagaimana? "
Linra menerimanya dengan tersenyum.
" Kalau sistemnya seperti itu, aku terima. "
Lalu kedua tangan mereka saling menjabat dan deal tentang hal itu.
Setelah Riota makan Mie Instan buatan Linra, Linra menyuruh Riota untuk memasak Mie Instan dengan telur dan bahan seadaanya untuk membuktikan kalau memang dirinya tidak bisa masak.
Ternyata benar saja, saat di sajikan di atas mangkuk dan di taruh di atas meja ruang tamu ...
Linra melihat dengan wajah yang penuh jijik ke arah masakan Mie yang di buat oleh Riota.
" Ini yang kamu sebut Mie? Lebih mirip lendir ingus. Hueeekk... Mienya cair begitu, kamu apaain sih? "
Riota tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
" Ya gak tau, pasti kalau gue masak, hasilnya kalau gak gosong ya begini. "
Linra menatap datar Riota.
" Terus kamu makan? "
Riota menjawab dengan tersenyum.
" Iya lah, sayang kalau di buang. "
Linra memasang wajah jijik sambil menutup mulutnya dengan jari-jari lentiknya itu.
" Iiiiiiuuuhhhh... Serius kamu makan lendir ini? "
Riota lalu membuktikan dengan memakan Mie yang dia buat itu sampai Linra mual-mual dan tidak berani lihat.
Setelah habis di makan oleh Riota, Linra dengan wajah jijiknya menatap Riota.
" I-Itu hal yang paling menjijikan yang pernah aku lihat.. Hueeekk.. Ya Ampun, air mataku sampai keluar. "
Riota lalu berkata.
" Pernah aku masak air, tapi malah airnya kebakar dan membuat pancinya gosong. "
Linra memasang wajah datar seakan benar-benar tidak menyangka ada orang yang bisa sampai memiliki kekuatan power yang bisa membakar air saat di masak.
" Kamu itu mencampur bensi atau memang ada kekuatan aneh. "
Riota tersenyum.
Setelah membahas hal aneh itu, Riota membuat kontrak perjanjiannya langsung dengan laptop dan Print yang ada di kamar lantai dua dan menyuruh Linra menunggu di ruang tamu.
Setelah Riota selesai membuatnya, ia kembali ke bawah dan memberikan beberapa lembaran kontrak tersebut.
Linra saat di berikan kontrak itu, ia membaca dengan seksama dan tidak ada yang memberatkannya.
Mereka berdua duduk di Sofa ruang tamu.
Namun saat itu, Linra mencoba menyarankan sesuatu hal kepada Riota saat sedang proses tanda tangan di ruang tamu tersebut dimana Riota sedang duduk di samping kirinya Linra.
" Ta. Bagaimana kalau garasi dalam yang ada di rumah kamu ini, sementara di jadikan tempat aku tinggal dan untuk base bisnis kita, garasi itu kosong kan? "
Riota melirik ke arah Linra.
" Iya sih, kosong. Tapi kenapa harus di bagasi? Memangnya loe gak punya tempat tinggal? "
Linra tersenyum.
" Enak saja, aku mengontrak tahu, tapi karena beberapa bulan ini tidak mendapatkan pekerjaan, aku jadinya harus pergi, karena tidak bisa membayar sewa bulan ini, dari pada aku bolak balik, lebih efisien kalau aku juga tinggal di sini, Itung-itung biar aku tidak memakai uang modal itu untuk sewa kontrakan dan menjadi penjaga rumah kamu. "
Linra terdiam sejenak dan berfikir.
" Boleh juga sih ide loe, garasi itu emang belum gue gunain sepenuhnya karena rencana memang gue lagi nabung untuk beli mobil nanti, tapi ya untuk Tambah-tambahin usaha beli mobil itu, gue setuju loe pake itu sebagai tempat tinggal loe. "
Linra tersenyum.
" Kalau begitu, besok pagi aku akan menyewa mobil untuk membawa barang-barang di kontrakan ku di bawa ke sini, sekaligus menyewanya untuk berbelanja perlengkapan yang aku butuhkan. "
Riota terkejut mendengar dan keseriusan Linra sampai berfikir sampai seperti itu, dimana artinya memang dia sungguh-sungguh untuk menjalani bisnis kuliner ini.
" Ternyata loe orangnya juga bisa berfikir serius dan efektif ya memanfaatkan sutuasi. "
Linra Tersenyum.
" Itu karena aku serius. Kesempatan ini tidak akan aku sia-sia kan untuk berleha-leha, apalagi ada yang mau memodaliku, tentu aku sangat serius. "
Kemudian Riota mengambil tumpukan uang yang sudah ia siapkan di dalam saku kantong celana panjangnya yang sudah ia ganti dengan celana panjang santai bahan elastis berwarna hitam untuk tidur.
Uang itu ia taruh di atas kertas perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh Linra dan Riota sendiri.
" Ini uangnya, 20 juta. Loe beli apapun untuk kebutuhan masaknya yang gue gak ngerti, tapi ingat, kalau loe pake di luar itu, tolong bilang ke gue dan alasannya. "
Kemudian Linra hanya mengambil satu uang tumpukan bernilai 10 juta yang terbagi dua itu sambil tersenyum dan berkata lembut.
" Akan aku pakai setengahnya dahulu, agar lebih efektif. Tentu aku akan bicarakan hal yang di luar bisnis itu dengan kamu, tenang saja. "
Lagi-lagi Riota benar-benar melihat keseriusan dari Linra yang hanya mengambil setengah yang ia berikan tadi.
" Oh, Ok... Gue akan simpan 10 jutanya kalau loe butuh sesuatu. "
Setelah pembicaraan itu selesai dan Linra masih di rumah Riota, Riota sudah berganti pakaian dengan kaos kutang putih dan terlihat lengan berotot juga lekukan tubuh atletisnya di hadapan Linra.
Malam semakin larut.
Linra yang sedang duduk di samping kanan Riota dimana ia sedang menonton televisi besar di depannya dengan santai, mulai mencoba bicara kembali.
" Riota... "
Riota menjawab tanpa melihat ke arah Linra.
" Apa... "
" Ehh.. Malam ini apa boleh aku menginap di rumah ini? "
Setelah mendengar perkataan itu, baru lah Riota menengok ke arah Linra.
" Hah? Nginep? Loe mau ngapain? Jangan-jangan loe benar-benar berubah jaluR sexnya yah. Jangan dekat-dekat loe... Gue masih suka sama cewek murni. "
Linra menepuk lengan Riota yang penuh otot itu dengan keras dan wajahnya terkesan marah.
( Plakkk.. )
" Kamu itu ya, aku sudah bilang di awal kalau aku ini normal, hanya dandanannya saja yang seperti ini. "
Riota merasa tepukan Linra tidak terasa di lengannya yang penuh otot itu.
" Tepukan loe itu kayak bayi. Tapi yah, walau loe bilang diri loe normal, tapi apa iya? Sementara loe memakai dan bertingkah seperti perempuan, dari tadi gue berharap loe itu membuka bagian bawah Dress loe tanpa sengaja dan melihat celana dalam loe, tapi loe itu duduk rapet banget kayak perempuan biasanya. "
Sonta wajah Linra tersipu malu dan menatap jengkel Riota.
" Pantas saja, beberapa kali aku melihat pandangan kamu ke bawah terus, sebenarnya siapa di sini yang tidak normal? Aku atau kamu? Dasar. "
Riota tersenyum.
" Hehh... Jangan salahin gue, mata gue itu auto kalau lihat yang bening-bening, kebetulan kulit loe bening dan wajar gue sebagai laki-laki ada hasrat, apalagi loe berpakaian Dress dan imut begini, pikiran gue jadi terilusikan dengan fisik loe yang seperti perempuan beneran dari luar. "
Linra lalu berdiri dan menatap jengkel.
" Dengar yah, Riota. Aku berpakaian seperti ini karena ada suatu alasan. Jadi mulai sekarang, tanamkan dalam pikiran kamu, kalau aku ini adalah seorang laki-laki yang jelek dan kumuh saat SMK. Paham kamu. "
Riota tersenyum.
" Iya-iya, tapi kalau gue ngeliat bagian bawah loe dan tiba-tiba gue dapet pemandangan bagus, loe gak boleh protes, Ok.. Kan gue auto, kalau kesempatan itu ada. "
Linra menghela nafas.
" Terserah kamu saja lah, tapi bagaimana? Boleh aku menginap di sini? Aku tidur di sofa ini saja tidak apa. "
Riota mematikan televisinya dan bangun dari duduknya di sofa sambil berkata.
" Iya, silahkan. Gue bawain bantal sama selimut dulu. Kesannya nanti gue tega sekali tidak menyediakan untuk orang tidur. "
Linra tersenyum.
" Terima kasih, Riota. "
Linra lalu keluar dan memasukan motornya ke dalam area garasi luar dan di suruh menggembok pintu gerbangnya dengan gembok besar dan berlapis rantai besar juga.
Malam itu Linra tidur di sofa dengan bantal dan selimut yang di berikan oleh Riota.
Sementara Riota tidur nyaman di kamar mewah dan kasur empuknya dengan perasaan senang dan perut kenyang, karena bisa makan Mie Instan yang di buat oleh Linra dengan rasa yang cukup enak.
Esok paginya di hari sabtu.
Langit pagi masih biru gelap dengan suasana sunyi di area komplek rumah Riota berada, dimana belum ada aktifitas yang signifikan.
Riota seperti biasa bangun pagi dini hari untuk sekedar olah raga santai di depan area teras rumahnya yang cukup luas itu.
Namu saat itu, ia terkejut melihat Linra yang masih tertidur lelap dengan posisi memiringkan tubuhnya itu terkesan terlihat natural dan cantiknya memang menyamai perempuan.
Namun bagian yang paling jadi daya tarik Riota adalah bagian bawah Dressnya yang sedikit terbuka dan terlihat bagian bokongnya Linra yang memakai celana dalam berwarna putih dengan motif merah muda seperti sweeternya.
" Ternyata loe pakai celana dalam perempuan juga. Andai loe itu bukan laki-laki, pastinya nafsu gue udah memuncak gara-gara lihat ini, dasar kampret. Gue cuma bisa liat doank, tapi terbayar sih karena loe itu mulus dan gak buluk. "
Riota tertawa dengan berbisik sambil melihat-lihat tubuh Linra yang sedang tertidur di sofa dengan posisi menyamping.
Namun Riota mencoba bagaimana rasanya mengelus kepala seorang perempuan, berhubung Linra adalah laki-laki, jadi cukup sebagai tutorial dan percobaan.
Riota pun mengelus kepala Linra dengan lembut dimana rambutnya sangat panjang dan lurus.
" Rambutnya halus banget, gila. Ini dia perawatannya pasti serius bisa sampai begini. "
Namun saat sedang di elus itu, Tiba-tiba tangan Linra seperti menepis tangan Riota sambil mengigau sedih.
" Jangan... Aku mohon... Jangan sentuh aku lagi... Hikss.. Aku mohon.. "
Riota tentu kaget dan melihat raut wajah Linra yang sedang tidur itu menjadi sedih.
Karena tidak mau mengganggu lagi, akhirnya Riota bejalan keluar dengan mengendap-endap dan meninggalkan Linra yang sedang mengigau tersebut.
Sesampainya di luar, Riota memulai olah raga rutinya sambil memikirkan apa yang sedang di ngigau kan oleh Linra saat dirinya mengelus kepalannya.
Matahari semakin tinggi dan Riota sedang beristirahat di tempat duduk luar rumahnya sambil bersandar santai.
Kemudian ia masuk ke dalam dan langsung di perlihatkan sesuatu yang tidak terduga.
Linra sedang duduk, namun seperti sedang mengis dan menyeka air matanya.
Karena takut terjadi sesuatu, Riota mendatangi dirinya.
" Linra, loe kenapa nangis? "
Linra yang terkejut dengan kedatangan Riota langsung berdiri dan memalingkan wajahnya lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar mandi.
" A-Aku tidak menangis, Permisi, aku ke kamar mandi dulu. "
Riota mulai curiga dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada Linra beberapa tahun ini saat ia tidak bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama, bahkan dirinya menutupi kisahnya saat di minta cerita.
" Apa sebenarnya yang sedang berusaha loe tutupi. "
Namun Riota menganggap hal itu bukan sesuatu yang harus di cari tahu oleh dirinya, karena hak privasi masing-masing dari orang pasti berbeda-beda.
Setelah balik dari kamar mandi, Linra langsung ke dapur dan memasakan Mie dan bahan yang sebelumnya ia beli semalam untuk sarapan pagi dengan Riota.
Riota saat di suguhkan Mie Instan yang enak itu oleh Linra di atas meja ruang tamu, langsung lahap memakannya dengan wajah tersenyum, sementara Linra dengan santai memakannya sambil terlebih dahulu mengikat rambutnya ke Pony Tail agar tidak ikut termakan rambutnya, karena panjang dari rambut dirinya.
Riota ingin kembali bertanya tentang apa yang tadi terjadi, tapi ia urungkan karena mengingat privasi dirinya.
Riota menggantinya dengan percakapan yang sederhana, yaitu rencanannya di pagi ini.
" Lin, kapan loe mau sewa mobil pindahan dan sekalian beli barang-barang untuk bisnis loe? "
Linra memakan habis Mie itu dahulu yang ada di mulutnya dan kemudian bicara.
" Ehh... Habis makan aku juga akan berangkat, tenang saja, aku pastikan semuanya sudah rampung hari ini. "
Riota senang jika melihat rekan yang begitu cekatan, apalagi dirinya yang juga sebagai orang yang menerapkan aturan hidup dari pagi sampai malam penuh daftar yang rapih.
Jadi hidupnya terkontrol dan teratur, apalagi sebagai seorang yang Perfectionist.
Namun untuk hari libur, semua itu tidak berlaku dan yang berlaku hanya sekedar santai lalu menikmati masa liburannya dengan santai.