Chapter 5 - Bab V

Di dalam dasar hutan belantra, sekelompok manusia berjumlah 3 orang tengah mengawasi sekelompok orang lainnya yang terdiri dari seorang perempuan dan 3 orang laki-laki dari jarak jauh menggunakan sebuah teropong, "Cepat cari wanita yang satunya! aku punya firasat bahwa gadis itu pasti masih hidup, gara-gara kabut tebal kita jadi kehilangan dua orang dasar kabut sialan.."

Kegelapan malam pun mulai menyelimuti hutan, Revan, David, Siska dan pak Handoko pun terpaksa kembali membuka tenda dan kembali ber camping dikarena kan mereka tidak dapat menemukan keberadaan dari Emy, rencananya besok mereka akan mulai kembali menelusuri aliran sungai untuk menemukan tubuh dari Emy baik hidup maupun mati dan apabila tidak juga berhasil ditemukan maka mereka akan segera memanggil tim SAR (Search And Rescue), sebelumnya pak Han telah menemukan sebuah jejak bekas sesuatu yang tergelincir kedalam air sungai dan jelas bukan berasal dari si harimau.

Pria tersebut pun yakin bahwa Emy pasti telah tergelincir dan jatuh ke dalam air sungai yang deras, Revan dan yang lainnya tampak diam membisu sedangkan Siska tidak berhenti menangis di pelukan nya David, Revan dan pak Handoko pun kembali menyelusuri hutan belantara

sambil mengikuti aliran air sungai karena Revan terus-terusan memaksa akan mencari Emy seorang diri dan menembus gelapnya malam di hutan maka pak Handoko terpaksa menemani pencarian nya Emy juga sedangkan David diperintahkan untuk tetap berada di dalam tenda untuk menjaga Siska yang masih syok dan perlu untuk beristirahat.

Pak Handoko memberi syarat untuk melakukan pencarian hanya selama satu jam saja dan setelah itu mereka harus kembali lagi ke dalam tenda apapun yang terjadi karena kalau dimalam hari resikonya berhadapan dengan para hewan buas lebih besar dan minimnya cahaya yang mereka miliki saat ini, Revan pun menyanggupi syarat dari pak Han tersebut dan melanjutkan kembali perjalanan nya sambil berteriak memanggil- manggil nama Emy, setelah satu jam berlalu Revan pun kembali berteriak frustasi dan merasa dirinya tidak dapat melindungi orang yang dia sayangi, pria itupun begitu terpukul dan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri hingga akhirnya terlihat air matanya mengalir dari sela di ujung matanya.

"Maafkan aku Emy, karena telah gagal melindungi mu" isak Revan..

Pak Handoko perlahan mendekati Revan lalu duduk di samping sebelah pemuda tersebut sambil menepak-nepak pundaknya pelan.

"Ini juga adalah kesalahan ku karena tidak mampu melindungi teman kalian, pengalamanku selama hampir seumur hidup berada di dalam hutan ini terasa omong kosong dan seharusnya aku berhenti menjadi seorang pemandu hutan saja setelah kehilangan istri ku"

"Itu juga bukanlah kesalahan bapak bahwa Emy telah menghilang. tapi kenapa dengan istri bapak, apakah dia juga menghilang didalam hutan?"

"Tidak.. akan tetapi dia pergi meninggalkanku karena penghasilanku dari seorang pemandu hutan tidak dapat mencukupi kehidupan rumah tangga kami jadi dia pergi bersama dengan anak perempuan ku setahun yang lalu"

"Apa pantas mengatakan itu sekarang pak?"

"Eh mon Maaf.."

"Dasar pemandu tidak punya akhlak" kata Revan dalam hati.

Mereka berdua pun memutuskan untuk kembali ke tempat tenda, tapi tiba-tiba pak Han berhenti di tengah perjalanan untuk memeriksa sebuah jejak tanah yang berada di sisi sungai yang nampak tidak rata seperti bekas di tanjaki dan benar saja setelah Pak Handoko memeriksa dengan teliti ia pun berhasil menemukan sebuah jejak kaki seperti kucing besar yang kemungkinan adalah jejak kaki si harimau bersama dengan jejak sebuah sepatu dan yang lebih mengejutkan adalah ditemukan juga ceceran darah yang semakin menguatkan bukti bahwa Emy sudah menjadi korban dan di santap oleh sang binatang harimau.

Revan pun tidak kuat lagi menahan berat dari tubuhnya dan ia pun perlahan terjatuh berlutut di atas tanah dihadapan ceceran darah yang lumayan banyak tersebut, Pak Han pun kembali mencoba mencari disekitar area tersebut dan akhirnya menemukan sebuah potongan kain yang berasal dari sebuah jaket hoodie berwarna biru tua yang pernah dipakai sebelumnya oleh Emy sebelum gadis cantik itu pun menghilang, pak Han pun memberikannya kepada Revan dan pemuda itu kembali menangis sambil memeluk erat kain berwarna biru tua tersebut, setelah menjadi lebih tenang pak Han pun segera menarik tubuh Revan berdiri lalu membawanya pergi kembali ke tempat teman-temannya yang sedang menunggu mereka di tempat camping.

Pak Handoko dan Revan pun akhirnya sampai di tempat dimana mereka mendirikan sebuah tenda, David dan Siska pun keluar dari dalam tenda setelah mereka mendengar sebuah langkah kaki dari pak Han dan Revan, terlihat raut wajah dari mereka berdua tampak begitu terguncang lalu Siska pun berjalan menghampiri Revan yang nampak sangat terpukul dan berdiri dihadapannya.

"Gimana loe dah berhasil menemukan jejak dari Emy, lalu dimana dia sekarang hah? cepetan jawab!" Siska memegang kedua tangan Revan dan dengan mata yang berkaca-kaca gadis itu terus menerus menggoncang tubuh Revan yang tertunduk, pemuda itu pun langsung saja menyerahkan sebuah potongan kain berwarna biru tua kepada Siska sambil menggelengkan kepala nya, pak Han langsung berbicara..

"Maafkan saya semuanya karena telah gagal melindungi teman kalian, saya dan nak Revan telah menemukan sebuah jejak kaki dari si harimau dan jejak sepatu, ditambah dengan ceceran darah yang cukup banyak disekitar tempat jejak kaki tersebut berada" Siska pun terlihat pucat akibat syok dan kelelahan, tubuh gadis cantik tersebut pun akhirnya ambruk dan langsung sigap ditangkap oleh Revan, Emy adalah sahabat baiknya Siska dan Siska pun telah menganggap Emy seperti saudara kandung nya sendiri dan merekapun telah menjadi sahabat sejak duduk di bangku SMP, David pun segera membopong tubuh Siska kedalam tenda lalu mereka pun memutuskan untuk beristirahat.

*** *** ***

Emy yang sedang membopong tubuh seorang pria itu pun, tiba-tiba kantung baju miliknya menyangkut pada ranting pohon dan karena dipaksakan ditarik akhirnya kain dari kantung berwarna biru tersebut pun sobek akan tetapi gadis cantik tersebut tetap acuh saja dan melanjutkan perjalanan dengan jalan yang ditumbuhi rerumputan hijau dan masuk kedalam hutan, darah masih mengalir keluar dari luka pemuda tersebut akibat cakaran harimau dan membuat Emy khawatir.

Meskipun gadis tersebut belum bisa mempercayai apa yang dilihat sebelumnya ia masih tetap ingin menolong pemuda tampan tersebut yang tengah sekarat hingga mengabaikan teman-temannya yang mungkin saat ini tengah mati-matian mencari keberadaan dirinya, Emy berfikir dia telah meninggalkan sebuah jejak lewat potongan kain dari kantung jaket hoodie nya meski itu tidak dapat membuktikan bahwa dirinya masih hidup namun prioritas utamanya saat ini adalah menolong pemuda yang tengah terluka parah akibat telah melindunginya dari serangan hewan buas.