Rich berjalan menuju ruangan Nara dirawat. Sudah lima hari Nara kritis dan belum juga siuman dari koma. Selama lima hari pula Rich selalu menemani Nara di rumah sakit. Ia pulang ketika sudah larut malam.
Nara sudah dipindahkan ke ruangan VVIP dan Rich sudah bisa menjenguknya dari dekat meskipun harus memakai baju intensif.
Rich masuk dan duduk di kursi yang berada dekat dengan Bed Nara. Rich memegang erat tangan Nara dan mulai mengelus-elus tangan Nara.
"Hai Nara,udah lama kita gak ketemu. Apa kabar?oh ya, orang tua mu nanyain gimana kabarmu. Aku harus jawab apa? Daddy,mommy,Dom,bahkan Brian juga nanyain gimana kabarmu. Ayo bangun dan kasih tahu aku gimana kabar kamu sekarang" Rich mengelus-elus tangan Nara dan seolah-olah tegar padahal tidak.
Nara belum juga sadarkan diri. Jangankan membuka mata,jari nya bahkan belum bergerak sedikitpun.
"Apa aku harus jujur ke mereka kalo kamu tertembak?apa aku harus katakan pada mereka kalo kamu tersungkur lemah dan kritis selama lima hari disini?jawab aku Nara!" Ucap Rich dengan suara yang mulai ditekan.
Masih tak berkutik. Nara tak kunjung sadar dan Rich sudah kehabisan kesabaran. Ia seperti orang gila yang berbicara dengan orang bisu,tuli,dan juga buta.
"Demi Tuhan tolong bangun Nara! Tolong bangun demi orang tuamu,demi orang tuaku, demi orang-orang yang kamu sayang!Dan kalo mungkin, bangunlah untukku" Air mata Rich mulai membasahi pipinya.
"Baru kali ini ada wanita yang membuatku menangis. Orang bilang aku ini kejam dan gak punya hati atau pun rasa kasihan,gak mungkin bisa nangis. Tapi sekarang di hadapanmu aku ini manusia biasa. Aku juga bisa nangis dan ini pertama kalinya aku nangis di depan wanita" Rich memberikan jeda di ucapannya.
"Kalo benar aku punya rasa sama kamu,aku akui aku mulai punya rasa untukmu. Mungkin yang dikatakan mereka benar,aku mulai jatuh cinta padamu. Jadi tolong bangun,aku gak mau kehilangan kamu untuk sekarang. Demi Tuhan tolong bangunlah Nara!"
Tangan dan baju Nara mulai basah akibat air mata Rich yang berjatuhan. Rich tertunduk,ia tak ingin mendapat harapan palsu lagi kalo Nara akan siuman.
Namun Tuhan berkehendak lain,tangan Nara yang digenggam oleh Rich mulai bergerak. Dengan spontan Rich mendongak melihat apa yang ia rasakan tadi bukanlah khayalan semata. Dan ternyata benar, jari-jari tangan Nara mulai bergerak.
Rich menggenggam erat tangan Nara dan akhirnya perlahan Nara membuka matanya. Rich berteriak memanggil Dokter. Dokter masuk dan menyuruh Rich untuk keluar agar ia bisa memeriksa keadaan Nara. Rich mengangguk dan keluar dari ruangan Nara dengan wajah senang namun khawatir.
Beberapa saat kemudian dokter yang memeriksa Nara keluar. Rich menghampiri dokter dengan setengah berlari.
"Gimana keadaannya,dok?" Tanya Rich khawatir.
"Syukurlah,Nara sudah berhasil melewati masa kritisnya" dokter tersenyum.
"Thank God!Thank you,dok! Rich berjabat tangan dengan dokter.
"Oh ya,apa ada keluarganya yang bernama Rich?Dari tadi Nara selalu memanggil namanya dan sepertinya Nara ingin bertemu dengannya" Pesan dokter tersebut lalu berjalan pergi.
Rich menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia merasa speechless sendiri dan takut jika Nara mendengar semua apa yang dia katakan. Akhirnya Rich melangkahkan kakinya menuju ruangan Nara dengan ekspresi cuek dan dingin seperti biasanya,seolah-olah tidak terjadi apapun.
*** *** ***
"Rich... dimana aku?" Tanya Nara saat Rich masuk dan duduk di sofa yang jauh dari bed Nara.
"Dirumah sakit" jawab Rich cuek.
"Udah berapa lama?"
"Lima hari"
Nara hanya mendengarkan jawaban Rich yang cuek tanpa ingin bertanya lebih lanjut.
Hening...
Rich menghidupkan Tv dan menekan-nekan tombol remote agar terlihat sibuk. Masih juga hening,hanya suara Tv yang terdengar di telinga mereka. Mereka sama-sama bungkam suara.
"Rich,apa boleh aku nanya sesuatu?" Pinta Nara.
Rich Hanya mengangkat sebelah alisnya seolah berkata apa?
"Kenapa tangan dan bajuku basah?" Tanya Nara.
"Gak basah,cuma perasaan kamu aja" jawab Rich cuek.
"Iya basah Rich!coba pegang nih!" Protes Nara.
"What Ever!" Jawab Rich cuek.
"Apa ada yang nangis saat aku koma tadi?" Tanya Nara.
Rich terdiam,ia bingung harus menjawab apa.
"Apa Sam ada di Jepang?" Tanya Nara lagi.
Saat Rich mendengar Nara menyebut nama Sam,ia teringat saat Azuma mengatakan bahwa dalang dibalik ini semua adalah Samuel Whittaker.
Rich masih diam dan tak ingin menjawab.
"Rich tolong jawab pertanyaan ku. Apa Sam ada disini?" Pinta Nara dan mulai mendesak Rich untuk menjawab.
"Jangan banyak Nanya!" Bentak Rich.
Nara terkejut saat dibentak oleh Rich. Ia terdiam dan tidak ingin bertanya ataupun menatap Rich. Rich baru sadar bahwa ia tadi membentak Nara dan timbul rasa bersalah dibenaknya.
"Maaf" kata Rich dengan suara yang mulai menurun.
Nara tak menjawab,ia Hanya mendengar permintaan maaf Rich tanpa berkomentar apapun.
"Gak ada orang yang kamu kenal datang kesini. Aku gak ngasih tahu ke mereka kalo kamu tertembak" jelas Rich.
"Kenapa kamu masih disini?" Tanya Nara.
"Kenapa?ada masalah?gak suka aku disini?" Jawab Rich.
"Aku bosan lihat wajah kamu!" ketus Nara.
"Kalo gitu kenapa nolongin aku?" Tanya Rich.
"Itu..." Nara mengantungkan ucapannya.
"Itu apa?" Tanya Rich penasaran.
"Aku gak tahu kenapa,tapi tubuhku bergerak dengan sendirinya" jawab Nara dengan wajah serius.
"Kok aneh ya jawabannya" Rich kebingungan dengan jawaban Nara.
Nara Hanya mencibir dan tak berkomentar apapun.
"Kamu harus istirahat,aku mau keluar ada urusan" Rich berjalan keluar dari ruangan Nara dirawat.
*** *** ***