Chereads / Fight in Love / Chapter 41 - 40

Chapter 41 - 40

Dua bulan telah berlalu, sudah saatnya Rich kembali ke Spanyol setelah tiga bulan berada di Jepang. Rich sudah mengurus surat perpindahan tugasnya ke Spanyol. Nara mengantar Rich ke bandara dan mengucapkan salam perpisahan.

"Take care!" Ucap Nara dengan lembut.

Rich hanya mengangguk. Rich lalu melangkah kan kaki menuju pintu masuk namun langkahnya terhenti karena suara wanita yang tak asing lagi di telinganya.

"Rich..." Panggil Nara.

Rich menoleh dan kembali mendekati Nara.

"Thank you" Bibir Nara memaparkan senyuman tulus dari hatinya.

Entah mengapa ketika Rich melihat senyuman tulus dari Nara membuat hatinya terasa tenang.

"For What?" Rich menatap Mata Nara dan menyilang kan kedua tangan didepan dadanya.

"Anything,thanks karna udah jagain aku,udah rawat aku saat sakit kemarin,dan makasih karna udah peduli sama aku" Nara masih tersenyum.

"You welcome. Take care oke!" Rich mengacak acak rambut Nara.

Nara tertegun melihat tindakan Rich yang mengacak-acak rambutnya.

"Eh sorry" Rich sadar bahwa ia telah melakukan hal yang Nara tidak di inginkan.

"Gak masalah,kali ini aja" Nara tersenyum.

Rich mengangguk dan tersenyum lalu kembali melangkah menuju pintu masuk. Nara melihat Rich yang mulai berjalan menjauh.

Tiba-tiba Nara melihat sosok pria misterius yang sedang menodongkan pistol ke arah Rich. Dengan capat Nara ke arah Rich.

"Rich!!Awas!!!" Teriak Nara.

Dhoom,suara pistol terdengar di udara bandara. Rich menoleh kebelakang dan melihat Nara tersungkur jatuh ke lantai dengan sebuah luka di dadanya. Dengan cepat Rich berlari menuju Nara.

"Nara!Nara bangun!Nara!" Rich memukul mukul pelan pipi Nara.

Rich terus memanggil nama Nara berharap ia akan bangun. Namun hal itu tak kunjung berhasil. Rich melihat sekitar dan mencari si pelaku penembakan Nara. Ia menemukan sosok pria misterius yang memakai penutup mulut.

Pria misterius itu sadar bahwa Rich telah mengetahui keberadaannya. Ia pun segera lari kabur dari hadapan Rich. tanpa pikir panjang Rich berlari mengejar pria misterius itu. Kejar-kejaran pun berlangsung tapi akhirnya Rich berhasil melepaskan peluru pistol tepat di kaki kiri pria itu dan membuat pria itu jatuh tersungkur seketika. Rich menghampiri pria itu dan memegang kerah baju pria itu.

Pham!Pham!Pham! Suara pukulan Rich melayang di wajah pria itu. Rich lalu membuka penutup mulut pria itu. Rich sedikit terkejut melihat wajah pria misterius itu.

"Azuma?"

"Ya,memang kenapa?" Jawab pria misterius itu yang ternyata adalah Azuma,Rekan kerja Nara.

"Kau tanya kenapa?dasar keparat!" Rich kembali melayangkan sebuah tinju ke arah azuma lagi.

"Siap yang mengirimi mu?" Tanya Rich dengan Mata yang mulai memerah.

Azuma hanya diam dan tak berniat untuk menjawab.

"Jawab aku!" Rich melepaskan pelatuk pistolnya dan sebuah peluru memasuki kaki kanan Azuma.

Azuma meringis kesakitan tapi masih saja diam.

"Jawab bangsat!" Rich kembali melayangkan sebuah peluru namun kali ini ke tangan kanan Azuma.

Azuma masih pada pendiriannya,hanya diam. Rich geram dan kembali melayangkan sebuah peluru di tangan kiri azuma. Sekarang azuma benar tidak bisa bergerak lagi.

Kali ini kemarahan Rich sudah berada di puncak. Rich menodongkan pistol ke kepala Azuma dan itu berhasil membuat Azuma ketakutan dan membuka suara.

"Tunggu,tunggu!Jangan bunuh aku. Akan aku beritahu siapa yang menyuruhku" ucap azuma ketakutan.

"Siapa?" Rich membatalkan niatnya untuk membunuh Azuma.

Azuma menghela nafas lega kemudian baru melanjutkan ucapannya.

"Aku diperintahkan untuk membunuhmu,bukan Nara. Dan aku mendapatkan perintah itu dari stasiun di FBI, Samuel Whittaker" jawab Azuma.

"Atasanmu?dia udah keluar dari FBI empat bulan yang lalu" kata Rich.

"Aku diperintahkan untuk membunuhmu lima bulan yang lalu"

"Gimana bisa?apa dia tahu kalau Nara akan dipindahkan ke Jepang?" Tanya Rich.

"Dia udah merencanakan ini semua. Dia yang merencanakan perpindahan Nara dan dia juga yang memaksa papa Nara agar menyuruhmu ikut bersama Nara" jelas Azuma.

"Jadi ini Rencana Sam! Thank you for your information" Rich berlari kembali ke tempat Nara.

*** *** ***

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit,Rich selalu memegang tangan Nara. Ia tak melepaskan tangan Nara hingga Nara memasuki ruang IGD. Dokter yang memeriksa Nara mengatakan bahwa Nara harus segera di operasi untuk mengeluarkan peluru.

"Come on Nara!You can definitely get past this!you are a strong woman!" Rich menyakinkan dirinya dan juga hatinya bahwa Nara akan baik-baik saja.

Beberapa Jam telah berlalu namun operasi Nara tak kunjung selesai. Rich masih dalam kondisi gelisah. Ia bahkan menelpon Brian untuk menenangkan diri.

"Halo Rich!gimana kabarmu?" Sapa Brian.

"Aku dalam kondisi buruk,man!" Rich panik.

"Tenang Rich dan jangan panik. ada masalah apa?" Brian mencoba menenangkan Rich.

"Nara tertembak!" Rich masih dalam keadaan panik.

"Oh Nara tertembak? itu memang resiko dari pekerjaannya. Lagipula kalau dia tertembak ada kemungkinan dia akan mati dan kamu akan bebas" Brian tertawa senang.

"Jangan asal bicara Brian! apalagi kalau sampai dia mati aku gak akan membiarkannya. Dia yang menyelamatkan aku. Seharusnya aku yang tertembak dan aku yang berada di kamar operasi,bukan dia!" Rich berkata dengan sangat marah.

"Santai Rich. Kau ini kenapa?"tanya Brian

"Kamu gak tahu gimana khawatir banget sekarang!" Jawab Rich mulai tenang.

"Kenapa kamu jadi khawatir banget?Dan kenapa juga Nara menyelamatkanmu?" Tanya Brian heran.

"Aku gak tahu" seru Rich.

"Apa aku harus menyusul mu?"tanya Brian.

"Gak usah. Kamu hanya perlu mengawasi Sam dan Daniel"

"BTW Rich,aku tahu jawaban atas masalah ini"

"Apa?" Rich juga penasaran.

"Kalian mulai jatuh cinta satu sama lain" Brian menggoda Rich.

"Jangan bodoh Brian!itu mustahil" Rich mendengus kesal.

Brian hanya tertawa dan langsung mengakhiri panggilan tersebut. Beberapa menit berselang,Dokter yang menangani operasi Nara keluar dan Rich langsung berlari menghampirinya.

"Gimana dok?" Tanya Rich khawatir.

"Operasi nya sukses namun pasien masih dalam kondisi kritis" jelas dokter.

"Kritis dok?!" Rich terkejut dan juga sedih.

Dokter mengangguk mengiyakan.

"Apa saya bisa melihatnya?" Tanya Rich.

"Untuk sekarang belum bisa, anda hanya bisa melihatnya dari luar saja"

Rich mengangguk mengerti dan membiarkan dokter berlalu begitu saja. Rich duduk di kursi ruang tunggu sendirian. Ia melamun lama dan yang dipikirkan hanya Nara. Rasa penyesalan mulai tumbuh di hatinya.

Rich lalu menyeret langkahnya menuju ruangan Nara. Ia hanya bisa melihat Nara dari balik kaca pintu Ruangan itu. Ia menempelkan tangannya ke kaca pintu kemudian memperhatikan Nara dengan wajah sedih.

"Wake up Nara,please" pinta Rich.

"Tolong bangun,jika bukan untukku. Bangunlah untuk kedua orang tuamu" sambung Rich.

Hening sejenak,Rich terus memperhatikan Nara dan berharap Nara akan siuman ataupun jari-jari nya akan bergerak. Tapi tak ada satupun harapan Rich terkabul.

"Kenapa kamu nolongin aku? Biar aku yang ketembak dan bukannya kamu" Rich sedikit kesal.

Butir-butir bening nan suci mengalir membasahi pipi Rich. Ia menyentuh pipinya yang basah dengan kebingungan. Baru kali ini ia menangis karena seorang wanita.

"Kenapa aku menangis?" Guman Rich.

Lama Rich berfikir namun ia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Ia lantas pulang ke Apartemen Nara untuk beristirahat. Penerbangannya dibatalkan karena Nara tertembak. Rich sudah mengatakan pada Brian untuk menghandle masalah pembukaan cabang bisnisnya di wheltown.

***  ***  ***