"Setiap manusia itu pasti merasakan apa itu cinta, meskipun cinta hadir dengan cara yang salah."
AleaLesham
°•°•°•°
Alea melihat kekasihnya itu tergeletak bersimbah darah karena menolongnya. Semua orang mulai berkerumun mengelilingannya, sedangkan truk yang menabraknya pergi meninggalkannya begitu saja.
"Ravaa...!!!" Teriaknya sambil mendorong orang yang menghalangi jalannya.
Gadis itu langsung memeluk kepala kekasihnya itu.
"A..lea.. ma..afin.. a..ku.." Rava terbata-bata dengan nafas yang sesak.
"Kalian semua kenapa cuman liatin, bantuin bawa ke rumah sakit!!"
Satu persatu orang mulai membantu Rava dan membawanya ke rumah sakit. Alea yang menangis tersedu-sedu saat melihat kekasihnya itu di bawa menuju ruang operasi.
"Raa.. maafin aku, karena aku kamu jadi seperti ini.."
Kepal kedua tangannya berada di keningnya dan ia menangis tersedu.
°•°•°•°
Seorang gadis tengah membungkusi semua kue dagangan ibunya. Gadis itu bernama Alea Lesham Shabilla, yang sering di panggil Lea.
"Lea, kamu nanti bantuin bunda ya bawain kue-kue ini ke tempat pemesan." Ucap Ratih ibunda Alea.
"Iya bunda." Gadis yang mengenakan seragam SMA panjang itu menjingjing sekeranjang kue dan hendak dikirimkan ke tempat pemesan.
"Bunda, Lea berangkat sekarang ya, soalnya sekalian pergi sekolah."
"Iya sayang,, hati-hati dijalan ya.."
Gadis itu mencium tangan Ratih, "Assalamualaikum bunda."
"Wa'alaikumussalam."
Alea duduk di bangku kelas 11 di salah satu SMA Negri di dekat rumahnya, sehingga ia pergi hanya dengan berjalan kaki. Sekeranjang kue yang ia bawa akan ia berikan pada sebuah rumah yang sangat besar milik pengusaha ternama di kotanya.
"Bener gak ya ini rumahnya? Besar banget." Ia bergumam sendiri dan berjalan menuju satpam disana.
"Pak, maaf apa ini rumah Ibu Ratna Raithama?"
"Benar neng, ada apa?"
"Ini ada kue pesanan Ibu Ratna, saya permisi ya pak." Ia memberikan sekeranjang kue pada satpam itu.
"Oh iya neng."
"Assalamualaikum pak."
"Wa'alaikumussalam."
Saat ia ingin beranjak pergi langkahnya terhenti karena sebuah motor besar berwarna merah keluar dari rumah tersebut dan ia berhenti di hadapan Alea.
"Lo yang anterin kue kan?"
"Iya mas, memangnya kenapa?"
"Jangan panggil gue mas, gue Rava, gapapa."
Lelaki yang tampak satu tahun lebih tua darinya itu pergi meninggalkannya begitu saja, Alea hanya mengangkat kedua bahunya dan pergi menuju sekolah.
Alea duduk di bangku kedua depan guru, ia melamun sambil memainkan pulpen di tanganya.
"Lea.." lamunannya terhenti saat teman sebangkunya yang baru saja datang memanggilnya.
"Eh, apa?"
"Lo ngelamunin apaan sih?"
"Nggak, bukan apa-apa, aduh astagfirullah." Ia teringat laki-laki yang ia temui tadi pagi bernama Rava.
°•°•°•°
Bel pulang berbunyi tepat pada pukul 2 siang. Alea dan teman-temannya harus menyelasaikan tugas kelompok disekolahnya sehingga ia pulang begitu sore.
"Lea, gue pulang duluan ya. Udah dijemput doi."
"Iya Nasy." Ucapnya pada Nasywa teman sebangkunya.
Ia pulang ke rumahnya, setelah sampai di rumah ia membersihkan dirinya dan pamit untuk mengajar ngaji di masjid dekat rumah.
"Bun, aku pergi ya.. Assalamualaikum."
Ia mencium tangan Ratih dan pergi menuju Masjid. Ia disenangi oleh anak-anak kecil yang ia ajari, sebab Alea adalah sosok keibuan dan sangat lembut.