"Cinta itu bagaikan nada, mengalun penentram jiwa."
AleaLesham
°•°•°•°
"Shadaqallahul 'azhim.." Alea yang selesai mengajar ngaji disalami oleh murid-muridnya.
"Hati-hati di jalan ya sayang.."
"Iya kak.. Assalamualaikum.." ucap semua muridnya.
"Wa'alaikumussalam.."
Saat hendak keluar masjid, tangannya digenggam oleh seseorang dia adalah teman sejak kecil Alea, Realdan Abipsyara.
"Maaf anda siapa?" Tanya Alea pada Realdan.
"Aku Realdan temen kecil kamu, masa gak inget?" Realdan yang menggunakan baju koko putih dan peci itu melepas tangan Alea.
"Oh ya? MasyaAllaah kok pangling sih.."
"Pasti, kamu juga pangling kita udah sepuluh tahun gak ketemu."
"Iyaa, ngobrol sambil jalan aja ya.."
"Iyaa, oh ya kamu sekolah dimana?" Tanya Realdan yang berjalan di samping Alea.
"Di SMA Negri Harapan Bangsa. Kamu?"
"Gila SMA favorit tuh, aku di SMA Bakti 1."
"Iya sekolahku favorit tapi sekolah kamu mahal tuh, anak pengusaha semua.. iya jelas kamu juga.."
"Haha nggak tau tuh, dari kapan ngajar ngaji?"
"Dari kelas 9 SMP, buat nambah penghasilan juga dan semoga lillah. Oh ya lagi fokus ujian ya, bentar lagi kan US, aku libur.."
"Iyaa semangatin dong."
"Semangat Re-aldan!"
"Gak gitu nyebutnya.." Hidung Alea di tarik oleh Realdan.
Alea hanya tertawa, hingga keheningan pun berlangsung cukup lama, Alea sudah sampai di depan rumahnya.
"Lea, aku mau nanya dong."
"Apa? Tinggal nanya."
"Kamu udah punya pacar?"
"Lah kok nanya itu sih?"
"Gapapa nanya aja. Punya ga?"
"Keliatannya?" Realdan hanya tersenyum dengan pertanyaan itu dan ia pamit untuk pulang.
Alea tak menganggap pertanyaan itu serius, ia menganggap bahwa Realdan adalah teman main masa kecilnya, meskipun mereka berbeda.
°•°•°•°
Alea tengah mengerjakan tugasnya, ia selalu sibuk dengan hal itu padahal ia baru selesai ujian tengah semester.
Minggu depan Alea libur karena ujian sekolah kelas 12, ia memanfaatkan waktu itu untuk membantu ibunya dan merawat adik laki-lakinya yang masih berusia 4 tahun namanya Arkhan.
"Teh! Buka pintu.." suara adiknya yang berteriak sambil mengetuk pintu.
"Buka aja, sayang.."
Anak kecil yang imut itu menghampiri kakaknya dengan sedikit berlari. Ia membawa boneka dan sebuket bunga juga sebatang coklat.
"Ini buat teteh dari kak Realdan." Alea terkejut.
"Hah? Kak Realdannya mana?"
"Udah pulang."
Ia bingung dengan hal ini dan teringat dengan pertanyaan darinya itu tentang ia mempunyai kekasih atau tidak.
"Aku mau coklatnya.."
"Iya ambil aja sayang."
"Makasih, teh ayah kemana? Aku ga pernah liat ayah."
Alea yang sedang melamun tiba-tiba kaget dengan pertanyaan adiknya itu. Ayahnya meninggalkan mereka begitu saja saat Arkhan masih dalam kandungan dan memilih wanita yang jauh lebih kaya. Namun, Alea tidak bisa menceritakan hal itu pada Arkhan yang masih kecil.
"Ayah.. lagi banyak urusan, nanti juga ketemu kok."
"Ohh kapan?"
"Nanti sayang, sekarang kamu tidur ya dan jangan nanya hal ini ke bunda."
"Iya teh, malam." Arkhan mencium pipi Alea yang putih itu dan pergi lalu menutup pintu kamar Alea.
Alea terdiam dan tiba-tiba air matanya terjatuh.
"Maaf, Ar. Nanti kalo kamu udah dewasa teteh ceritain semuanya. Aku gak mau bunda sedih lagi inget hal itu."
Alea kembali mengerjakan tugasnya hingga selesai.