"Terkadang manusia memang sulit ditebak."
AleaLesham
°•°•°•°
Alea yang baru sampai dirumah membuat ibunya khawatir, ia berkata bahwa telah membantu Rava yang kecelakaan dan ibunya tak usah khawatir.
Alea masuk ke dalam kamarnya, kakinya sakit karena terkilir tadi.
"Aduh.. sakit banget.." Tiba-tiba ia teringat kejadian saat ia jatuh tadi.
"Wajahnya tampan, liatnya juga bikin adem, tapi jantung aku kok degdegan ya.. ehh.. apa sih jadi mikir gini.." Alea menggaruk kepalanya yang tak gatal dan kembali membalur kakinya dengan param kocok.
Esok paginya ia berjalan dengan tertatih menuju sekolah. Ia pura-pura tidak ada yang terjadi di depan ibunya. Alea tak disuruh ibunya mengantar pesanan sebab Ratna memanggil Ratih ke sana.
Alea duduk di bangku taman saat jam istirahat, ia mengerjakan tugas dengan ditemani segelas es jeruk.
"Yah lo, gue cari di kantin malah ada disini." Ujar Nasywa yang datang bersama teman Alea yang lain yaitu Diana.
"Lagian kalian lama di toilet, jadi aku ke sini aja."
"Rajin banget sih, btw lo ikutan olimpiade sains ya?" Tanya Diana pada Alea.
"Iyaa, do'ain ya semoga lancar."
"Aamiin, pastiii..." Ujar kedua sahabatnya.
°•°•°•°
"Yey! Sekarang jamkos gue mau tidur." Ujar Gherry sambil menutup wajahnya dengan jaket.
Rava tengah melamun dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Realdan teman sebangkunya memetik jari di depan wajah Rava.
"Lo kenapa?"
"Gue habis putus sama Natha."
"Lah kenapa?" Gherry membuka jaket yang menutup wajahnya dan bertanya pada Rava.
"Dia selingkuh depan mata gue."
"Yang sabar, Brother!" Gherry menepuk bahu Rava begitu keras.
"Sakit anjir.."
"Yaudah bener sih, sabar aja, toh cewek lo juga banyak." Ujar Realdan.
"Ada yang susah gue dapetin."
"Siapa, Ra? Cewek mana yang susah lo dapetin hem?" Tanya Gherry yang menaruh dagu di lengannya.
"Alea." Saat nama itu disebut Realdan tersedak karena dia sedang minum jusnya.
"Lah lo kenapa, Re-al?" Tanya Gherry pada Realdan dan ia hanya menggeleng.
"What? Alea?" Tanya Realdan tidak percaya.
"Kenapa? Kok lo kaget?"
"Dia calon pacar gue!" Realdan berkata sambil berdiri membuat seisi kelas melihat ke arah mereka yang berada di bangku pojok.
"Udah elah, malu diliatin, onta!" Ujar Gherry menarik tangan Realdan untuk duduk.
Rava yang bersandar ke dinding langsung terduduk tegap dan melepas earphone nya.
"Gue calon tunangannya!" Rava pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
Realdan dengan wajah memerah langsung berdiri dan membalikkan tubuh Rava, satu pukulan tepat di wajah Rava hingga ia terjatuh. Perempuan menjerit karena takut.
"Yaelah malah pada ribut! Udah woy udah!" Ujar Gherry yang berada di tengah-tengah mereka.
Realdan mendorong Gherry ke pinggir dan meraih kerah Rava.
"Kalo lo berani deketin Alea.. liat aja nanti." Saat Realdan hendak memukulnya guru BK datang dan membawa ketiga orang itu ke ruang BK.
"Apa masalah kalian?"
"Cewek bu." Jawab Rava dengan ringan sambil memegang sudut bibirnya yang berdarah.
"Ia mau macarin tunangan saya bu." Lanjut Rava. Membuat Realdan menahan diri untuk memukulnya.
"Haduh, ibu gak ngerti sama anak jaman sekarang, selesaikan masalah kalian baik-baik kalo kalian berantem lagi kalian ibu skors kecuali Gherry. Tapi buat sekarang kalian bertiga berdiri di depan tiang bendera dan hormat selama 3 jam sampai pulang tanpa bergerak."
"Tapi bu panas, ini udah siang.." ujar Gherry.
"Gak ada tapi-tapian.."
Mereka bertiga hormat pada bendera merah putih, semua orang menatapnya dan membicarakan mereka, the most wanted SMA Bakti 1.