"Matanya itu indah, bagaikan danau yang tenang."
AleaLesham
°•°•°•°
Alea diperintahkan oleh sekolah untuk memberikan surat dinas ke SMA Bakti 1, karena jabatannya sebagai wakil ketua OSIS. Ia memiliki surat izin dispen dan pergi menuju sekolah swasta ternama tersebut dengan ketua OSIS, Airin.
"Lea, kamu tau ga sih disana banyak cogan." Ujar Airin sambil mengendarai motor.
"Mungkin, gatau aku.."
"Yah, kita liat nanti ya.." Alea hanya mengangguk.
Setelah sampai disana dan memberikan surat pada kepala sekolah tersebut, Alea melihat Rava dan Realdan di lapang.
"Rava sama Realdan satu sekolah." Ia terus menatap tanpa memperdulikan ocehan temannya itu. Seragam putih abu mereka tak sama dengan seragam sekolah ini yang lebih bagus dan tidak umum.
Alea menatap ke arah mereka hingga ia terhenti karena membenarkan tali sepatunya, saat ia beranjak dan kembali menatap ke arah tiga laki-laki itu, mata Alea bertemu dengan Rava.
Jantung Alea seolah hilang kendali, kini ia terpaku dengan hal itu. Namun, harapannya hancur saat Rava dihampiri seorang gadis berambut coklat dan rok diatas lutut. Alea di panggil oleh Airin untuk mengantarnya ke guru sekolah tersebut.
"Jangan berharap lebih, Lea.." gumamnya dalam hati.
°•°•°•°
Alea yang sedang menggandong tasnya berjalan bersama Airin menuju parkiran dan hendak pulang.
"Lea, aku gak akan balik lagi ke sekolah, males, nanggung bentar lagi pulang.. hey Lea!" Alea yang melamun kaget dengan petikkan jari temannya itu.
"Hmm iya, anterin aku pulang ke rumah aja ya, Rin."
"Okey.."
Tangan Alea terhenti oleh genggaman seseorang, dia adalah Rava.
"Lo pulang sama gue, nyokap gue nyuruh gue jemput lo dan pulang ke rumah gue." Alea mengangkat alisnya dan Airin hanya tersenyum lalu pamit.
"Eh lo temennya Alea, minjem helm yang Alea pake yaa.."
"Iyaa itu helm langganannya juga, gue duluan bye!"
Alea tak berkata satu kata pun, ia bingung dengan ucapan Rava. Rava memasangkan helm ke kepala Alea yang mempunyai rambut panjang terurai.
Tatapannya kembali saling bertemu, kini begitu dekat membuat Alea tertunduk menahan semu.
"Kenapa?"
"Nggaa.."
"Yaudah gue ambil motor. Lo diem disini."
Alea hanya mengangguk, ia mengatur nafasnya lalu naik ke atas motor Rava.
"Pegangan, kalo ngga nanti lo jatoh." Alea hanya menggenggam tas Rava.
"Ck!" Rava menggas motornya dan mengeremnya mendadak membuat Alea memeluk Rava dari belakang.
"Kaya gitu.." Rava membawa motor seperti sedang bercanda ia kadang mengebut dan kadang pelan sambil tertawa.
Alea hanya cemberut tanpa bisa berkata apapun.
°•°•°•°
Sampai di rumah Rava, terdapat kedua orangtua Rava dan ibunya juga adik kecilnya. Mereka menyambut dengan bahagia.
"Aduh.. pasangan serasi ayah." Alea mengrenyitkan dahinya setelah mencium tangan kedua orangtua Rava dan ibunya.
"Coba Ra kamu yang bilang."
"Lo tunangan gue sekarang, kalo lo udah umur 20 tahun kita nikah."
"Hah? Maksudnya?"
"Jadi sayang, kamu ini calon istrinya Rava dan anak mama sama ayah. Kita udah setuju tinggal persetujuan kamu." Ujar ibu Rava sambil memeluk Alea dari pinggir.
Alea menatap ibunya dan ibunya hanya tersenyum sambil mengangguk, dalam benaknya ia tak mau mengecewakan ibunya yang sekaligus menjadi ayah untuknya.
"Iya bu, Alea nurut."
Ibu Rava mencium kening Alea, "Jangan panggil Ibu, panggil mama.. Mama udah mengenal Alea sejak lama dan Alea pasti cocok dengan Rava. Mulai sekarang Alea di anter jemput sama Rava."
"Tapi, Alea minta Rava jangan kaya dulu ya.."
"Iya janji, selama aku sama kamu."
Alea menatap Rava yang tersenyum padanya, kali pertamanya melihat Rava tersenyum untuknya.