"Mungkin salah jika pertemuan itu menyisakan rindu untukku."
AleaLesham
°•°•°•°
Alea yang baru saja selesai mengajar pulang berjalan kaki. Namun, ia mendapati seorang pemuda tersungkur di jalan yang lumayan sepi dan gelap.
"Aduh, gimana ya, bantuin jangan? Tapi daerah ini sepi.. aduuhh.."
Ia berjalan melewati pemuda itu, setelah melewatinya pemuda itu bangun dan menarik tangannya.
"Sini temenin saya.." Alea kaget sehingga tasnya terjatuh.
"Nggak! Lepasin... Tolong..."
Alea terjatuh dan pemuda itu pun jatuh tepat diatas tubuhnya. Ia mendorong sekuat tenaga.
"Lepasin..!!"
Sebuah sinar dari lampu depan motor menyorotinya, ia tak jelas melihat siapa yang ada diatas motor. Hingga lampu itu mati dan seseorang turun menghampirinya.
"Lo kalo mabok ya mabok aja jangan mau ngerusak anak orang!" Lelaki berhelm itu memukul wajah pemuda tadi hingga pemuda itu lari terbirit-birit.
Lelaki itu mengambil tas Alea dan memberikannya.
"Jangan lewat sini kalo ada yang model kek tadi."
"Makasih ya."
Lelaki itu hanya mengangguk dan naik kembali ke atas motor meninggalkan Alea.
"Perasaan aku kenal sama motornya.. hm.. apa itu Rava?" Gumamnya.
Ia menatap kanan dan kiri, takut terulang kejadian tadi ia langsung lari menuju rumah.
Sesampainya dirumah ia terengah dan duduk di kursi depan. Ratih membuka pintu dan mendapati anaknya yang kotor. Alea menceritakan hal yang telah terjadi.
"Syukurlah, nanti kalo pulang lewat jalan ramai ya."
"Iya Bunda.."
Alea yang sudah berganti pakaian tidur terlentang di atas tempat tidurnya dan menatap langit-langit kamarnya.
Ia teringat lelaki yang bernama Rava sejak pagi lelaki itu tidak membuka helmet nya, Alea penasaran dengan wajah pemuda itu.
"Aduuhh.. udah-udah mending sekarang kerjain PR, Lea.." ucapnya pada dirinya sendiri dan bangkit menuju meja belajarnya.
°•°•°•°
Hari ini Alea libur sekolah, ia mengantarkan kue pesanan ke rumah-rumah pembeli. Termasuk rumah Rava.
"Assalamualaikum pak, ini kue pesanan Ibu Ratna."
"Wa'alaikumussalam neng, kata Ibu Ratna neng sendiri yang anterin ke dalam. Beliau ada di halaman lagi nyiram tanaman." Satpam menunjuk ke arah seorang wanita.
"Ouh gitu ya.. yaudah, permisi pak." Satpam hanya mengangguk.
Alea bingung ia harus berkata bagaimana, ia merasa canggung entah kenapa.
"Assalamualaikum bu, apa benar ibu ini Ibu Ratna?"
"Wa'alaikumussalam sayang, iya saya Ibu Ratna."
"Oh iyaa, ini kue pesanan ibu."
"Iya sayang." Ratna mengambil keranjang itu.
"Saya permisi pulang ya, bu."
"Bentar-bentar, nama kamu siapa sayang?"
"Alea ibu.."
"Nama yang cantik seperti orangnya." Alea hanya tersenyum.
Tiba-tiba Rava datang sambil berteriak memanggil ibunya.
"Maa.. mana si kue..." Ucapannya terpotong saat ia menatap ke arah Alea.
"Ini sayang kue nya, oh iya ini anak Ibu namanya Rava, Rava ini anak Ibu Ratih namanya Alea."
"Oh.. sini kuenya ma.." Rava langsung mengambil keranjang kue itu dan menatap ke arah Alea.
"Jadi cewek jangan lemah." Bisiknya pada telinga Alea dan berlalu.
"Ra bilang apa sayang?"
"Nggak kok bu.. Alea permisi ya.. Assalamualaikum.." Alea mencium tangan Ratna dan pulang ke rumah. Dalam benaknya ternyata benar yang menolongnya itu adalah Rava.
"Bukan lemah, udah tau takut." Alea bergumam dalam hatinya.