2 tahun lalu.
Sehari setelah kelulusan, Lan Wangji datang ke kantor Jiang Fengmian.
Ia bertanya perihal keberadaan Wei Wuxian.
Namun, tentu Jiang Fengmian berkelit. Ia berkata tak tau apapun tentang kepergian Wei Wuxian.
Ia telah berjanji pada putranya untuk merahasiakan kemana ia pergi. Ia bahkan mengabaikan amukan Jiang Cheng dan istrinya. Ia bungkam pada kesedihan Jiang Yanli, juga...
Jin Jixuan, yang kerap memintanya memberitau dimana Wei Wuxian berada.
Dan sekarang, tuan muda kedua Lan pun turut bertanya hal serupa.
Dimana Wei Wuxian?
Jiang Fengmian menggeleng tak mengerti.
"Lan Er Gongzi. Aku tidak tau dimana A Xian. Anak itu pergi tanpa pamit, kau tau kan?"
Jiang Fengmian duduk dengan cara elegan sambil meminum tehnya.
"Tuan Jiang, jika anda berpikir bisa membohongiku seperti anda membohongi orang lain, anda keliru. Saya tau anda membantu kepergiannya."
Pemuda Lan itu bertanya dengan dingin dan datar.
Jiang Fengmian mengubah posisi duduknya, ia bersandar pada sandaran sofa hitamnya dan menatap kyrus pada mata Lan Wangji.
Ia mencoba mencari kelemahan pria itu.
Namun yang ia temukan hanyalah sebuah tekad yang sangat besar, juga..
Kerinduan.
Apa anak ini memiliki perasaan seperti itu pada putranya?
"Kenapa aku harus memberitaumu?" Tanya Jiang Fengmian dingin.
"Aku mencintainya." Jawab Lan Wangji tegas.
Jiang Fengmian sedikit terkejut mendengar itu. Ia tak berpikir tuan muda Lan aakan berterus terang begini.
"Jika kau mencintainya, maka biarkan dia pergi. Itu yang terbaik."
Jiang Fengmian berdiri, ia merapikan jasnya dan menatap Wangji yang masih tak bergeming.
"Lan Er Gongzi, aku ada rapat sebentar lagi."
Lan wangji ikut berdiri, ia menatap Jiang Fengmian, "tuan Jiang. Aku akan datang lagi besok."
"Tidak. Tidak perlu repot, jawabanku tetap sama."
"Aku akan tetap datang, sampai anda memberitauku dimana Wei Ying."
Jiang Fengmian menatap kepergian Lan Wangji.
Ia tak terlalu ambil pusing dengan perkataan pemuda itu. Ia yakin, itu pasti hanya bualan.
Ia tak akan membuat putranya terluka untuk kedua kalinya.
.
.
Namun kenyataannya, ucapan Lan wangji tempo hari bukanlah sebuah bualan.
Tuan muda kedua Lan menepati janjinya.
Ia datang hampir setiap hari dengan pertanyaan yang sama.
Awalnya, Jiang Fengmian terus bungkam.
Namun kemudian, dua tahun berlalu.
Setelah kelahiran cucunya dari Jiang Yanli, melihat kebahagiaan mereka bersama Jin Jixuan, dan bagaimana Lan Wangji bertekad, ia mulai memikirkan Wei Wuxian.
Mungkin putranya itu memiliki kesempatan untuk bahagia seperti itu juga.
Lan Wangji mungkin orang yang tepat untuk putranya.
Seperti sebelumnya, Lan wangji kembali datang.
Namun sebelum pemuda Lan itu membuka suara, Jiang Fengmian lwbih dulu bertanya.
"Apa kau benar-benar mencintainya?"
Lan Wangji mengangguk pasti. "Ya."
"Lan Er Gongzi, kau memiliki masa depan yang cerah. Kenapa kau memilih mencintai A Xian? Apa alasanmu?" Jiang Fengmian mencoba menekan atmosfer diruangan ini menjadi lebih dingin.
"Aku hanya mencintainya. Apa aku memerlukan alasan untuk itu?"
Jiang Fengmian tertawa remeh. "Anak muda sepertimu selalu sentimentil."
Lan Wangji tidak menjawab.
"Apa kau akan tetap mencintainya meski ia telah cacat?"
Untuk pertanyaan ini, Lan Wangji mengernyit heran. Dan Jiang Fengmian menyeringai.
"Aku tidak peduli."
Jawab Wangji kemudian.
"Bagaimana jika dia mengandung anak orang lain?"
Lan Wangji tersentak, ia pikir ia barusaja salah dengar.
"Maaf?"
Jiang Fengmian kembali menyeringai. "Ya, putraku memiki ke istimewaan. Ia bisa mengandung layaknya perempuan. Ia pernah tidur dengan orang lain dan melahirkan anak pria itu. Bagaimana menurutmu? Apa kau masih ingin tetap mengejarnya?"
Lan Wangji terlalu terkejut.
Apa itu yang membuat Wei Yingnya pergi dengan begitu tiba-tiba?
"Dia melahirkan anak Jin Jixuan. Menantuku sendiri. Bukankah ini mengerikan? Klanmu adalah Klan yang menjunjung tinggi moral bukan? Sedangkan A Xianku, dia sudah rusak."
Suara tegas Jiang Fengmian melemah.
Ia selaku terpukul setial kali membahas hal ini.
"Tuan Jiang, kumohon. Katakan, dimana Wei Ying?"
Kali ini, bukan hanya memohon. Lan wangji bahkan tanpa ragu berlutut dihadapan Jiang Fengmian.
Membuat pria itu terkejut setengah mati.
Apa perasaan Lan Wangji memang sedalam itu?
"Wangji, A Xian memiliki masa lalu yang buruk. Kenapa kau tak melepasnya saja?" Jiang Fengmian mulai melunak.
"Tuan Jiang, terlepas dari semua yang dialami Wei Ying, aku tetap mencintainya. Aku tidak peduli seperti apa masa lalunya karena aku tidak hidup untuk masa itu, aku hadir untuk masa depannya. Aku mungkin tidak bisa menghapus masa lalunya yang buruk, tapi aku bisa memastikan kebahagiaannya dimasa depan. Masa lalu hanyalah waktu yang telah berlalu, kenapa aku harus menyerah karena itu?"
Jiang Fengmian seketika menarik Wangji bangkit dan membawanya duduk disampingnya.
"Wangji, A Xianku sudah banyak melalui hal sulit. Saat Jin Jixuan berbahagia dengan kelhiran putranya, aku mengingat bagaimana A Xian berjuang sendirian di ruang operasi. Aku menyayangi putriku, tapi juga merasa tak adil untuk A Xian."
Mata Jiang Fengmian berkaca-kaca.
"Wangji, untuk terakhir kali aku bertanya, apa kau benar-benar masih ingin mengejar A Xian?"
"Jawabanku tak pernah berubah, Tuan Jiang."
Setelah dua tahun penantian. Lan Wangji akhirnya mengetahui keberadaan Wei Yingnya.
Tanpa ragu ia terbang ke negara dimana Wei Yingnya berada, ia pindah ke kampus dimana Wei Yingnya belajar, ia membeli rumah tepat disamping rumah pemuda itu.
Semua kebetulan yang terjadi pada Wei wuxian, bukanlah kejadian murni.
Semua itu telah direncanakan secara matang oleh Lan Wangji.
.
.
"Jadi itu sebabnya ia tak merasa terkejut ketika A Yu memanggilku mama." Wei Wuxian berbisik lemah.
Ia merasa lemas dengan apa yang ia dengar.
Apa Lan Wangji mencintainya sampai sedalam itu?
Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan pria itu.
Wei Wuxian segera beranjak dan hendak berlari kearah pintu, "A Xian, kau mau kemana?" Ia menahan tangan putranya.
"Paman, aku harus bertemu dengan Lan zhan." Ia memelas. Jiang Fengmian melepaskan tangan Wei Wuxian dan membiarkannya pergi.
Ia berharap putranya bisa menemukan kebahagiannya sekarang.
.
.
Wei Wuxian berlari seperti orang gila, ia bahkan tak peduli pada jam yang telah menunjuk pukul 11 malam.
Dalam pikirannya, ia harus bertemu dengan Lan Wangji sekarang dan meluruskan perasaannya.
"Lan Zhan!" Tangan kurus itu mengetuk pintu rumah Wangji berulang kali.
Hingga beberapa ketukan terakhir pintu terbuka dan menampilkan Lan Wangji yang menatap heran, "Wei Ying?"
Tanpa ragu Wei Wuxian menubrukan tubuhnya pada Wangji.
Ia menangis dipundak itu.
"Lan Zhan. Maafkan aku, jangan membenciku atas apa yang kukatakan waktu itu."
Wangji melepaskan pelukannya namun Wei Wuxian menolak.
"Wei Ying, kenapa?" Ia mengelus punggung itu.
"Lan Zhan, kau tidak membenciku kan?"
"Kenapa aku harus membencimu?"
Wei Wuxian melepaskan pelukannya, ia menatap Wangji dengan mata sembab penuh air mata. "Kau mengabaikanku dan A Yu."
"Maaf, aku hanya tidak ingin membuatmu tidak nyaman." Jawab pemuda itu lembut. Ia mengusap lelehan air mata dipipi Wei Yingnya.
"Lan Zhan. Aku mencintaimu."
Tangan Wangji membeku.
"Aku sangat mencintaimu bahkan saat kita masih SMA dulu. Aku hanya tidak sadar, juga karena kau terlalu dingin padaku dan suka menghukumku. Tapi aku sangat mencintaimu, Lan Zhan. Aku men- mmph."
Lan wangji menghentikan pernyataan cinta Wei Wuxian yang sedikit nyeleneh.
Ia menenggelamkan pemuda itu dalam ciuman yang dalam dan penuh perasaan.
We Wuxian menarik kepalanya dan terengah, keduanya saling menatap.
Baik Wangji maupun Wei Wuxian, mereka saling tersenyum. Merasakan debaran yang berpacu, merasakan euforia tas perasaan yang akhirnya tersampaikan.
"Aku juga mencintaimu, Wei Ying." Wangji kembali membawa keduanya dalam ciuman yang lebih dalam dan bergairah.
Ia membawa pemuda Wei kedalam gendongannya dan berlalu menuju kamar.
Wangji menjatuhkan kekasihnya ke atas tempat tidur dan memeluknya erat disana.
Tanpa kata, hanya saling menatap. Wei Wuxian tanpa ragu mengalungkan kedua tangannya dileher Lan Wangji ketika pria itu mulai bertindak lebih.
Ia merasa tak pernah sebahagia ini sebelumnya.
.
.
Disisi lain, Jiang Fengmian tengah mengelus kepala cucunya yang tertidur pulas.
Ia menatap ruangan disebrangnya dan tersenyum kecil.
Ia bukannya tak tau apa yang dilakukan putranya dan Lan Wangji.
Ia hanya berharap, kali ini tidak akan berakhir seperti dua tahun lalu.
Semoga Lan Wangji adalah seseorang yang akan membahagiakan putranya.
Ia kembali menatap Xiao Yu, "nak, sepertinya kau akan segera punya adik."
Ia terkekeh dengan pemikirannya.
.
.
"Lan Zhan, kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku?"
Wei Wuxian berbaring diatas tubuh Lan Wangji, tubuh polos keduanya hanya tertutupi selapis selimut tebal dengan aroma Lan Wangji.
Pri Lan itu mengelus punggung telanjang kekasihnya.
"Aku tidak ingin kau melarikan diri lagi."
Wei Wuxian mengangguk, ia mengerti.
Dirinya hanya akan kembali melarikan diri jika Wangji berterus terang bahwa ia mengetahui keadaannya pada hari pertama pertemuan mereka.
Trauma yang dialaminya begitu dalam.
Dan Lan Wangji memahaminya bahkan tanpa perlu penjelasan.
Ia mencium dada telanjang Wangji, "maafkan aku." Bisiknya.
"Wei Ying." Wangji meraih tubuh Wei Wuxian dan mensejajarkan wajah mereka. "Tidak ada kata maaf antara kau dan aku, okay?"
Wei Wuxian mengangguk, ia mengecup bibir Wangji kemudian terkekeh.
"Lan Zhan, bagaimana dengan pamanmu? Bukankah dia memembenciku?"
Hening sejenak.
"Paman mengizinkanku."
"Benarkah? Kau tidak berbohong?" Wangji mengangguk.
Pamannya mengizinkannya. Meski ia harus melalui hukuman berat sebelum mendapat restu pria yang telah membesarkannha itu.
"Lan Zhan. Apa tidak apa-apa?"
"Hm?"
"Kau tau pasti. Aku.. sudah rusak." Wei Wuxian tersentak ketika Wangji membantingnya ke atas kasur, pria itu kembali mengukungnya dengam tubuh besar pria itu.
"Jangan mengatakan hal seperti itu, Wei Ying. Bagiku, kau tetap berharga."
Wei Wuxian tersenyum, ia mengelus wajah Lan Wangji dengan jarinya.
"Kenapa kau bisa mencintaiku seperti ini?"
Wangji mengecup kening Wei awuxian lama, "aku tidak tau. Yang kutau, aku hanya mencintaimu karena kau adalah Wei Ying. Terlepas dari semua hal yang kau alami."
"Apa kau tidak keberatan dengan kehadiran Xiao Yu?"
"Semua yang berharga untukmu adalah yang berharga untukku juga, Wei Ying. Dia juga akan menjadi putraku."
Wei Wuxian menatap Lan Wangji terkejut.
"Apa maksudmu?"
Wangji menarik diri dari Wei Wuxian, ia ikut menarik pemuda Wei itu dan mendudukannya dipangkuannya.
"Wei Ying, menikahlah denganku."
Mata Wei Wuxian berkaca-kaca, "tapi, Lan Zhan, kita-"
Wei Wuxian tak menyelesaikan kalimatnya.
Mereka bahkan baru saling jujur pada perasaan mereka, dan sekarang Lan Wangji melamarnya secepat ini?
"Aku tidak ingin membuang waktu terlalu banyak. Aku ingin memastikan bahwa kau benar-benar menjadi milikku dalam ikatan suci, Wei Ying."
Wei Wuxian menutup mulutnya dan menangis terharu, ia menghambur kedalam pekukan Lan Wangji. "Ayo kita menikah Lan Zhan. Tapi setelah itu kau tidak boleh pergi, aku akan memasungmu jika kau berani meninggalkanku."
Wangji tertawa mendengar itu.
Bagaimanapun Wei Wuxian tetaplah Wei Wuxian.
.
.